Ketua LVRI Sekaligus Tokoh Puri Agung Bangli Berpulang

alm aa gde ardana
Almarhum Anak Agung Gede Bagus Ardana. (ist)

BANGLI | patrolipost.com – Mendung duka menyelimuti Kabupaten Bangli setelah putra terbaiknya, yakni Anak Agung Gede Bagus Ardana (90) meninggal dunia pada hari Senin (21/2/2022).

Pria yang juga tokoh puri Agung Bangli dan menjabat sebagai Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Markas Cabang Bangli, ini meninggal dalam perawatan di RSU Bangli. Almarhum yang juga seorang maestro lukis ini sudah sejak lama menderita penyakit bronitis.

Sementara pihak keluarga kini masih melakukan rembug terkait pelaksanaan upacara untuk adik dari pahlawan Kapten AA Anom Mudita ini. 

Putra kelima AA Gde Bagus Ardhana yakni AA Gde Putra Temaja Ardana mengatakan, almarhum memiliki riwayat sakit bronkitis. Sakit tersebut diderita sejak puluhan tahun.  Bahkan karena  penyakit yang dideritanya sejak tahun 1980  almarhum berhenti merokok.

Lanjut pensiunan pegawai Kejaksaan ini, tiba-tiba pada Minggu (20/1/2022) pagi kondisi  ayahnya drop hingga dilarikan ke RSU Bangli. “Kami larikan ke UGD, dilakukan pemeriksaan dan harus rawat inap,” ujarnya, Selasa (22/2/2022). 

Kondisi semakin menurun pada Senin (21/2/2022 ) dari ruang rawat dipindahkan ke ruang ICU. Hanya beberapa jam di ruang ICU, almarhum dinyatakan meninggal dunia. “Sekitar 2-3 jam saja di ruang ICU,” sebutnya.

Sebelum dilarikan ke rumah sakit, almarhum masih melakukan aktivitas seperti biasa. Di usia yang sudah sepuh, almarhum masih melakukan aktivitas seperti melukis atau menghadiri kegiatan di masyarakat. 

AA Gde Bagus Ardhana merupakan pelukis dengan aliran semi realis. Menurut Agung Temaja, almarhum sudah menghasilkan banyak lukisan.

“Lukisan kebanyakan mengangkat cerita Ramayana dan Mahabarata. Untuk menghasilkan satu lukisan waktunya tidak tentu karena almarhum melukis ketika ada inspirasi,” ujarnya.  

Almarhum melukis tidak hanya untuk menjadi sumber penghasilan. Bahkan  sebuah hasil karya almarhum berupa lukisan  anoman  ngobor alengka sempat  mau ditukar dengan mobil, namun ditolak.  

“Hasil karya tersebut kebanyakan diberikan pada teman dekat. Hasil karya almarhum juga  diberikan kepada tokoh seperti menteri sebagai cinderamata,” ujarnya. 

Disampaikan pula menjelang tutup usia, almarhum masih membuat lukisan tetapi belum rampung. Selain itu, almarhum juga sering membantu untuk ngodak (rehab) barong. 

Disamping itu  jika ayahnya tersebut sejak kecil sudah dilibatkan dalam upaya melawan penjajah. Pada usia 12 tahun sudah ikut dalam misi yang dikoordinir kakaknya yakni Kapten AA Gde Anom Mudita.

“Almarhum anak ke empat dari 6 bersaudara dan Kapten Anom Mudita adalah anak kedua. Almarhum diberikan tugas saat malam hari, jadi pagi masih sekolah,” sambungnya. 

Terkait perjuangan melawan penjajah tertuang dalam buku Merdeka Seratus Persen Kapten TNI AA Gde Anom Mudita. Dalam buku tersebut juga menceritakan tugas yang diterima AA Gde Bagus Ardhana. 

Disinggung terkait pelaksanaan upacara pelebon, Agung Temaja mengatakan jika pihak keluarga masih akan meminta petunjuk Sulinggih. Pihak keluarga sudah sempat berkoordinasi dengan prajuru adat Banjar Pande dan Puri Agung. 

Selain itu masih komunikasi dengan LVRI provinsi dan Kodim 1626/Bangli. Kemungkinan akan dilaksanakan upacara pelepasan secara militer.

“Seperti apa upacara, pelaksanaanya masih kami komunikasikan dengan keluarga dan adat,” imbuhnya. (750)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.