Digitalisasi Perkuat UMKM Tangguh di Masa Pandemi Covid-19

2021 10 25 20 56 472021 10 25 20 56 47 611
2021 10 25 20 56 472021 10 25 20 56 47 611

Sebaran digitalisasi sistem pembayaran di Bali.

 

Bacaan Lainnya

 

DENPASAR – Sekalipun dunia saat ini dilanda pandemi Covid-19 selama kurang lebih hampir dua tahun, namun ada 12,5% UMKM Bali yang tangguh atau tidak berdampak dengan pandemi Covid19. Angka ini adalah jumlah yang besar. Artinya, saat dimana sektor pariwisata Bali semuanya berdampak pandemi Covid-19, namun masih ada UMKM yang bertahan atau tidak berdampak.

Jumlah UMKM yang berdampak memang lebih banyak dibanding dengan yang tidak berdampak. Sebab pandemi Covid-19 berpengaruh pada pembatasan mobilitas masyarakat dan berdampak signifikan pada penurunan kinerja PDB dan perdagangan ritel yang mayoritas pelakunya adalah UMKM. Namun di sisi lain, digitalisasi membantu memperkuat resilience (ketangguhan) UMKM di tengah pandemi Covid19. Secara nasional sebelum pandemi, UMKM di Indonesia yang berjumlah hampir 64,2 juta dan memiliki peran strategis atau kontribusi terhadap PDB mencapai 57,24% (sekitar Rp5.721,14 Triliun).

Berangkat dari situlah lantas BI melanjutkan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar. BI juga berupaya memperkuat strategi operasi moneter guna meningkatkan transmisi stance kebijakan moneter yang ditempuh, mendorong pengembangan instrumen pasar uang untuk mendukung pembiayaan UMKM sejalan dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), hingga perluasan akses Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dalam rangka mendukung program pemulihan ekonomi dan pengembangan UMKM.

Bisa dibilang tantangan terbesar UMKM di tengah pandemi saat ini adalah penjualan menurun (68% dari pengaduan UMKM), diikuti masalah permodalan dan distribusi. Jenis usaha yang terdampak bervariasi antara lain jasa, kreatif seperti kuliner dan fashion, pariwisata serta otomotif. Wilayah UMKM terdampak terutama di Pulau Jawa. Selain pada kesehatan manusia, pandemi Covid-19 juga berdampak terhadap memburuknya sistem keuangan yang ditunjukkan dengan penurunan berbagai aktivitas ekonomi domestik.

Sejalan dengan pergeseran pola perilaku preferensi masyarakat di masa pandemi Covid-19 yang mengedepankan faktor keamanan dan kesehatan, kini masyarakat di Bali, dari sisi merchant pada khususnya, telah beradaptasi dengan penggunaan metode pembayaran digital berbasis QRIS ini. Hal tersebut ditunjukkan dengan berkembang pesatnya jumlah merchant di Bali yang yang sudah menerapkan digitalisasi pembayaran berbasis QRIS. (Arief Wibisono)

 

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.