Wisatawan Banyak Batalkan Kunjungan ke Nusa Penida

Sejumlah wisatawan mulai membatalkan booking penginapan di Nusa Penida. (ilustrasi/net)

SEMARAPURA | patrolipost.com – Niat untuk meminimalisir terjadinya penyebaran Covid-19 di wilayah Bali, dengan terbitnya surat edaran Gubernur Nomor 2021 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kegiatan masyarakat selama Natal dan Tahun Baru 2021, ternyata berdampak terhadap penginapan di Nusa Penida.

Pasalnya, dengan adanya surat edaran tersebut bukannya wisatawan senang, malah banyak wisatawan yang justru membatalkan pesanan kamar yang sudah mulai terjadi pemesanan menjelang akhir tahun 2020. Pembatalan itu karena mereka merasa terbebani dengan kewajiban tes swab.

Kondisi ini dibenarkan oleh pemilik penginapan Semabu Hill, I Komang Somajaya, Rabu (16/12). Menurutnya pasca beredarnya surat edaran gubernur tersebut ada sekitar lima paket bookingan yang melakukan pembatalan. Menurut Somajaya yang memberatkan wisatawan adalah tes uji usap (swab) Polymerase Chain Reaction (PCR) pada H-2 sebelum keberangkatan jika ke Bali melalui transportasi udara.

Disebutkannya harga PCR swab test di bandara bisa berkisar dari Rp 1,4 juta hingga Rp 900 ribu. Somajaya mengungkapkan, keberatan dialami wisatawan domestik terutama yang menengah ke bawah.

“Sudah ada yang cancel booking, sekitar lima paket,” tutur pria yang memiliki dua penginapan dengan total kamar sebanyak 40 unit.

Somajaya mengungkapkan, kewajiban swab tersebut membuat biaya berlibur ke Bali semakin mahal.

“Kita kan kedatangan tamu domestik bukan internasional. Mestinya rapid test seperti penyeberangan laut, bukan swab,” ungkapnya.

Pada akhir tahun ini penginapan di Nusa Penida menyasar wisatawan domestik. Mengingat penerbangan internasional ke Bali belum juga dibuka. Somajaya berharap dengan berlakunya rapid test untuk masuk ke Bali dapat menekan kasus Covid-19 di Bali sehingga pariwisata kembali pulih.

“Harapannya 50 persen kamar terisi di akhir tahun agar bisa mempekerjakan semua karyawan lagi,” harapannya.

Komang Somajaya secara jujur mengakui, baru membuka penginapan pada awal Desember ini karena selama masa pandemi penginapannya terpaksa ditutup untuk menerima kunjungan wisatawan, disamping itu karena tidak ada tamu yang datang. Karena kondisi ini seluruh karyawan terpaksa diliburkan, tidak bekerja.Tentu saja penginapannya mengalami banyak kerugian akibat tidak beroperasi karena harus membayar biaya perawatan, termasuk biaya listrik dan karyawannya yang dirumahkan. (855)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.