Tata Kelola Festival, Menuju Festival Bali Jani Lebih Berarti

Kadis Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan 'Kun' Adnyana 

DENPASAR | patrolipost.com – Dalam rangka tata kelola festival untuk memberikan ruang kreativitas seni, Dinas Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Bali menggelar acara Workshop Tata Kelola Festival dengan kegiatan pembinaan SDM Tenaga Kebudayaan Tahun 2019 di ruang Cinema Taman Budaya Bali, Rabu, (3/12/2019).

Dinas Kebudayaan Provinsi Bali menggelar workshop tata kelola festival untuk membangun ruang pelaku seni berinteraksi, dan kolaborasi terkait tata kelola festival yang baik bagi seluruh potensi seni yang berkembang di Bali. Kegiatan diikuti 90 peserta dari Dinas Kebudayaan 9 kabupaten di Bali, sanggar/komunitas/yayasan seni se-Bali.

Kadis Kebudayaan I Wayan ‘Kun’ Adnyana mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu program untuk memberikan ruang bagi para pelaku seni berkumpul memberi masukan terkait tata kelola festival dan mediasikan pandangan yang sama bagi pelaku seni, yang tampil juga harus memiliki sound festival dan menjadi bagian utuh acara ferstival tersebut.

“Workshop ini memberi ruang bagi para pelaku seni, komunitas dan sanggar. Dengan berkumpul dapat mendiskusikan terkait tata kelola festival yang baik serta mengenang tujuan dari kelahiran festival Bali, dan memediasikan pandangan yang sama sehingga ketika tampil sudah memiliki sound festival,” ungkap Kedis Kebudayaan I Wayan ‘Kun’ Adnyana kepada patrolipost.com, Selasa (3/12/2019).

Terkait dengan tata kelola festival Bali Jani 2020 I Wayan ‘Kun’ mengatakan akan mengembangkan sertifikasi untuk sanggar/yayasan/sekaa yang saat ini baru ada 30 komunitas yang bersertifikasi dengan harapan tahun 2020 dapat mencapai 200 komunitas yang bersertifikasi sehingga dengan memiliki sertifikasi komunitas tersebut dapat pengakuan dan dengan mudah mengisi acara-acara penting dari kenegaraan maupun acara festival lembaga swasta. Sertifikasi ini berbeda dari sertifikasi yang dicanangkan Kemendikbud.

“Sertifikasi ini berbeda. Kalau Kemendikbud itu sertifikasi profesi atau perorangan, kalau dari kita itu komunitas yang akan disertifikasi,” pungkasnya.

Kegiatan yang menghadirkan dua narasumber seniman I Wayan Gde Yudane dan Putu Satria Kusuma memaparkan materi tata kelola festival, menuju festival Bali Jani lebih berarti.

I Wayan Gde Yudane menyampaikan tujuan festival untuk menginspirasi beragam audiens melalui pengalaman artistik yang luar biasa. Dalam 7 karakteristik yang menguraikan kualitas, inspirasi, aspirasional, inovatif, terlibat, kalaboratif, dan khas.

Menurutnya, festival bukanlah platform yang pasif, tetapi harus menyajikan platform yang ditugaskan untuk menginspirasi. Festival mengakui bahwa ada beragam spektrum audien dan merangkul keragaman ini. Ini juga merupakan tugas bagi Festival untuk secara aktif melibatkan dan mengembangkan berbagai jenis audiens. Berfokus pada keragaman juga merupakan penelitian penting untuk tidak melihat angka kehadiran saja, yang terlalu menyederhanakan cara merefleksikan dampak Festival.

“Festival dapat melakukan semua ini hanya dengan pengalaman artistik yang hebat dalam programnya dan kolaborasi dengan para seniman,” tutur Yudane dalam penyampaian materi.

Sedangkan Putu Satria Kusuma memaparkan, Bali sarat festival anatomi FSBJ merencanakan melibatkan birokrat, kurator dan relawan. Satria juga mengatakan bahwa seni modern dianaktirikan kebudayaan. Perlakuan yang tidak adil, tapi tidak pernah mati dan tetap hidup dalam nestapa.

“Seni modern atau tradisi baru dianaktirikan oleh kebudayaan, diperlakukan tidak adil tapi tetap hidup dalam nestapa dan menjadi sisipan. Diluar negeri seni modern menjadi industry kreatif yang bernilai ekonomi,” ujar Satria.

Yudane menyampaikan indikator keberhasilan festival bahwa meskipun indikator kuantitatif, seperti jumlah kehadiran, diperlukan, ini tidak boleh menjadi fokus utama dalam menilai keberhasilan festival. Seharusnya juga ada sekeranjang indikator kualitatif dan jangka panjang dari dampak festival terhadap dukungan produksi karya berkualitas dan pengembangan artistic. Seperti ulasan nasional maupun internasional, liputan media, dan bagaimana festival telah mengembangkan jangkauannya dalam jangka panjang, keberlanjutan finansialnya, dan karenanya akan ada motivasi yang cukup bagi festival untuk menyeimbangkan kebutuhan artistik dan keuangannya, juga perlu mematuhi tingkat transparansi dalam kegiatan dan informasi keuangannya. (cr01)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.