Ribuan Seniman Terlibat Dalam Pawai Budaya HUT ke-820 Bangli

malam hiburan
Suasana pawai budaya HUT Bangli ke-820. (ist)

BANGLI | patrolipost.com – Serangkaian HUT Bangli ke-820 dilangsungkan pawai budaya di Alun- alun Bangli, Senin (13/5/2024). Parade budaya melibatkan sekitar 2.000-an seniman. Parade Budaya dibuka oleh Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta serta dihadiri Kepala Bidang Standarisasi Koperasi UKM RI, Baihaki.

Bersamaan pula  Bupati Sedana Arta juga membuka pameran UMKM yang dipusatkan di Alun-alun Bangli. Pawai budaya yang dimulai pukul 15.00 Wita ini, mampu menyedot ribuan penonton.

Bacaan Lainnya

Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta menyampaikan apresiasi dan mendukung pelaksanaan pawai budaya serangkaian HUT Bangli. “Mudah-mudahan dengan parade ini, kita di Kabupaten Bangli tetap mempunyai komitmen di tengah modernisasi penguatan terhadap seni budaya Bali tetap terjaga, lestari dan selalu melahirkan regenerasi yang baru,” kata Bupati asal Desa Sulahan, Kecamatan Susut ini.

Dengan itu keberlangsungan, keberlanjutan dari tatanan kehidupan di Bali senantiasa lestari seperti warisan yang sudah diwariskan para pendahulu.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Bangli I Wayan Sugiarta mengatakan parade/pawai budaya sebagai wahana bagi seniman muda di Kabupaten Bangli untuk mengekpresikan jiwa estetika dalam bentuk karya seni.

Pawai budaya melibatkan 2.010 orang seniman. Pawai diawali dengan penampilan duta Kabupaten Bangli pada PKB ke-26 di Provinsi Bali. Duta Kabupaten Bangli mengangkat tema Jana Kerti, Parama Guna Wikrama, Harkat Martabat Manusia Unggul.

Kemudian penampilan selanjutnya, Kecamatan Susut yang menampilkan gebogan bunga, gebogan buah, gong suling, busana khas pengantin, permainan tradisional, ogoh-ogoh dengan iringan balaganjur.

“Permainan tradisional yang ditampilkan megoak-goakan. Untuk Kecamatan Susut melibatkan 325 orang,” jelasnya.

Berikutnya, penampilan Kecamatan Tembuku yang menampilkan gebogan buah, gebogan bunga, payas agung, payas pengantin gora Bangli dan payas menek bajang. Ditampilkan tari baris, fragmentari yang mengangkat cerita Dukuh Suladri. Selain itu ada pula ogoh-ogoh Bhutaning Rare.

Lanjut Wayan Sugiarta, untuk Kecamatan Bangli menampilkan gong suling, parade anak-anak SLB dan kepala sekolah, gebogan bunga, gebogan buah, busana adat Desa Pengotan, permainan tradisional, ngerebeg agung, serta ogoh-ogoh.

Sementara itu, untuk Kecamatan Kintamani menampilkan fragmentari yang berjudul Sapatha Sidhi. “Karya ini merupakan kolaborasi para seniman muda dari perwakilan seluruh desa di Kintamani,” ujarnya.

Di sisi lain Camat Kintamani Ketut Erry Soena Putra menjelaskan, Sapatha Sidhi berkisah tentang kutukan dalam cerita Jaya Pangus dan Kang Ching Wei. Kutukan Bhagawan Siwa Gandhu menyebabkan kerajaan Jaya Pangus kala itu hancur akibat perjuangan cinta sang Raja Jaya Pangus terhadap Kang Ching Wei yang tidak mendapat restu dari pendeta kerajaan.

Termasuk Kutukan Dewi Danu karena rasa sakit hati akibat Sri Raja Jaya Pangus berbohong. Kutukan ini adalah kesaktian yang disebut sebagai Sapatha, sebuah kemampuan untuk mengutuk dengan kuasa yang sangat besar yang disebut Sidhi/Kasidhian.

Kisah heroik dan romantis ini divisualisasikan ke dalam garap fragmentari dengan judul Sapata dengan bentuk grap fragmentari yang tetap menonjolkan khazanah Kintamani sebagai daerah dataran tinggi yang memiliki ciri khas kehidupan masyarakat agraris, terutama kehidupan masyarakat Wingkang Ranu sebagai penyangga Danau Batur yang secara turun temurun menjaga Danau Batur melalui ritual dan tingkah laku didasarkan ketulusan rasa bhakti kepada bhatara yang berstana di danau dan Gunung Batur.

“Sapata Sidhi ini kumandangkan kekuatan, tanggung jawab, dan perjuangan moral, yang mengajarkan bahwa kekuatan sesungguhnya bukan hanya dalam kekuatan fisik, tetapi juga dalam kekuatan hati yang tulus,” jelasnya.

Diakui untuk penampilan fragmentari ini, waktu latihan terbilang singkat. Untuk efektif kurang dari 2 minggu ini. Hal ini karena kepastian untuk mengirim parade baru sebulan yang lalu. “Kendala lain, menyesuaikan waktu mengingat banyak melibatkan anak-anak. Latihan dilakukan pada malam hari,” ujarnya. (750)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.