Remaja ‘Newton dari Gaza’ Rancang Sistem Listrik untuk Menerangi Tenda Pengungsi

remaja gaza
Remaja pengungsi Palestina Hussam Al-Attar yang dijuluki oleh orang-orang 'Newton'. (ist)

RAFAH | patrolipost.com – Remaja Hussam Al-Attar (15) telah menciptakan sumber listriknya sendiri untuk menerangi tenda pengungsi tempat ia dan keluarganya berada. Al-Attar menggunakan dua kipas angin yang ia ambil dari pasar bekas dan dipasang pada beberapa kabel.

Keluarga Hussam menjadi pengungsi bersama jutaan penduduk Palestina akibat serangan zionis Israel di gaza. Sebagai pengakuan atas kecerdikannya, orang-orang di sekitar tenda kamp memberinya julukan: Newton dari Gaza.

“Mereka mulai memanggil saya Newton-nya Gaza karena kemiripan antara saya dan Newton,” kata Al-Attar di Rafah, Rabu (7/2/2024).

“Newton sedang duduk di bawah pohon apel ketika sebuah apel jatuh di kepalanya dan dia menemukan teori gravitasi. Dan kita di sini hidup dalam kegelapan dan tragedi, dan roket-roket berjatuhan ke arah kita, oleh karena itu saya berpikir untuk menciptakan cahaya, dan melakukannya,” ungkap remaja tersebut.

Ilmuwan Inggris Isaac Newton, yang membuat kemajuan besar dalam bidang fisika, matematika, dan astronomi pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18, menonjol dalam imajinasi populer karena kisah apel.

Lebih separo dari 2,3 juta penduduk Gaza kini berdesakan di Rafah, di tepi Selatan jalur tersebut dekat pagar yang memisahkannya dari Mesir.

Keluarga Al-Attar telah memasang tenda mereka di sisi rumah satu lantai, memungkinkan Hussam naik ke atap dan memasang dua kipasnya, satu di atas yang lain, untuk bertindak sebagai turbin angin kecil yang mampu mengisi baterai.

Dia kemudian menyambungkan kipas angin ke kabel yang melintasi rumah, dan menggunakan sakelar, bola lampu, dan sepotong kayu lapis tipis yang direntangkan ke dalam tenda untuk menciptakan sistem pencahayaan khusus untuk keluarganya.

Dia mengatakan dua percobaan pertamanya gagal dan butuh beberapa saat baginya untuk mengembangkan sistem hingga dia berhasil pada percobaan ketiga.

“Saya mulai mengembangkannya lebih lanjut, sedikit demi sedikit, hingga saya bisa menyambungkan kabel-kabel itu melalui ruangan hingga ke tenda yang kami tempati, sehingga tenda tersebut memiliki penerangan,” ujarnya.

“Saya sangat senang bisa melakukan ini, karena saya meringankan penderitaan keluarga saya, ibu saya, ayah saya yang sakit, dan anak-anak adik laki-laki saya yang masih kecil. Serta semua orang di sini yang menderita karena kondisi yang kami jalani selama perang ini,” katanya.

Perang tersebut dipicu oleh militan dari kelompok Islam Palestina Hamas yang menyerang Israel Selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menculik 253 orang, menurut Israel. Sebagai balasannya zionis israel yang sudah puluhan tahun menindas Palestina bersumpah untuk menghancurkan Hamas dan membebaskan para sandera.

Israel menanggapinya dengan serangan militer besar-besaran di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 27.000 orang, menurut pejabat kesehatan setempat. Serangan biadab itu menyebabkan pengungsian massal dan kelaparan di seluruh Palestina.

Di tengah keputusasaan, Hussem Al-Attar tetap berpegang teguh pada mimpi dan ambisinya.

“Saya sangat senang orang-orang di kamp ini memanggil saya Newton dari Gaza, karena saya berharap dapat mencapai impian saya menjadi ilmuwan seperti Newton dan menciptakan penemuan yang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat Jalur Gaza tetapi juga seluruh dunia,” pungkasnya. (pp04)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.