Makna Motif ‘Mata Manuk’ pada Kain Songke Manggarai, Berikut Ulasannya

songke manggarai ok
Kain Songke Manggarai dengan perpaduan berbagai jenis motif. (rob)

BORONG | patrolipost.com – Kain Songke Manggarai dengan motif ‘Mata Manuk jadi viral setelah dipakai para pemimpin negara-negara ASEAN pada KTT-42 ASEAN di Labuan Bajo. Motif ‘Mata Manuk’ pada kain songke mempunyai makna filosofis yang erat kaitannya dengan adat dan budaya Manggarai Raya.

Namun demikian, setiap motif pada kain songke Manggarai mempunyai makna filosofis yang maknanya berbeda-beda sesuai dengan jenis motif pada kain tersebut. Pada satu kain songke akan dipadukan berbagai motif sehingga membentuk satu kesatuan yang lengkap.

Khusus motif Mata Manuk, seorang Budayawan Manggarai, Jefrin Haryanto menjelaskan secara detail tentang makna motif kain songke yang menjadi pilihan saat momentum istimewa KTT ASEAN tersebut.

“Motif Mata Manuk (mata ayam) memiliki model trapesium dengan filosofi nilai budaya yang sangat tinggi serta nilai religius masyarakat Manggarai Barat. Motif ini dikaitkan dengan Tuhan yang Maha Melihat,” ungkap Jefrin Haryanto kepada patrolipost.com, Jumat (12/5/2023).

Budayawan yang juga seorang Psikolog tersebut mengatakan, perbuatan manusia tidak ada yang luput dari pengamatanNya. Mata ayam yang berbentuk bulat diyakini menggambarkan ketajaman penglihatan sehingga menarik perhatian.

“Mata manuk itu memperlihatkan relasi tak terpisahakan antara Pencipta (Jari agu dedek) dengan orang Manggarai. Tuhan Maha melihat dan sumber pengetahuan yang disimbolkan pada bentuk kelopak mata trapesium dan mata yang bulat pada ayam, yang menjadi salah satu mahluk hidup yang dihormati orang Manggarai,” jelas Jefrin.

Menurut Jefrin, masyarakat adat Manggarai menjadikan ayam sebagai hewan persembahan kepada leluhur. Segala sesuatu yang berkaitan dengan ritual adat Manggarai pasti membutuhkan ayam sebagai bahan persembahan utama.

“Ayam adalah representasi persembahan paling mulia dari orang Manggarai kepada Tuhan. Pembagian konsep antropologis, sosiologis, pertanian, mengikuti alur trapesium, yang kemudian hari ini dinamai oleh orang Manggarai Barat sebagai motif mata manuk. Di wilayah aslinya yakni di Satarmese dan sekitarnya, motif ini disebut Bangkar,” tandas Jefrin.

Sementara itu mengenai jenis-jenis motif kain Songke, Jefrin pun beberkan berapa jenis motif yang pasti ada hubungannya dengan filosofi kehidupan orang Manggarai.

“Motif Wela Kawu (Bunga Kapuk), bermakna keterkaitan antara manusia dengan alam sekitarnya. Berikut, motif Ranggong (Laba-laba), bersimbol kejujuran dan kerja keras. Selanjutnya, motif Ju’i (garis-garis batas), pertanda keberakhiran segala sesuatu, yaitu segala sesuatu ada akhirnya, ada batasnya,” jelasnya.

Selain itu, ada juga motif Ntala (Bintang), berkaitan dengan harapan yang sering dikumandangkan dalam tudak, doa “porong langkas haeng ntala” supaya senantiasa tinggi sampai ke bintang. Maksudnya agar senantiasa sehat, diberikan umur yang panjang dan memiliki ketinggian lebih dari orang lain dalam hal membawa perubahan dalam hidup.

Kemudian motif Wela Runu (Bunga Runu), yang melambangkan bahwa orang Manggarai bagaikan bunga kecil tetapi memberikan keindahan dan hidup di tengah-tengah kefanaan ini. (pp04)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.