Linen RSUP Sanglah, Aman 

Kepala instalasi Binatu RSUP Sanglah I Made Surata Witarsa.

 

Bacaan Lainnya

 

DENPASAR | patrolipost.com – Jangan takut dimasa pandemi dengan linen, seprai dan handuk yang disediakan RSUP Sanglah, karena aman melalui proses dan prosedur pencucian sesuai standar. Hal tersebut di klaim Kepala instalasi Binatu RSUP Sanglah, Selasa (7/7/2020).

Kepala instalasi Binatu RSUP Sanglah I Made Surata Witarsa mengungkapkan layanan binatu di RSUP Sanglah tidak hanya untuk proses pencucian saja, tetapi menjamin kualitas dan standart cucian yang ada di rumah sakit. Proses pencucian dibagi menjadi dua yakni, brush line yang infeksius dan non infeksius. Masing-masing proses pencucian tersebut ada standartnya.

“Jadi kalau linen infeksius itu proses sesuai dengan standart yang dianjurkan Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI),” ungkapnya.

Penggunaan standart dimulai dari penggunaan chemicalnya, mecanicalnya, time, dan temperaturenya.
“Dalam penggunaan linen infeksius kita menggunakan standart temperature yang ada. Jadi sekitar 70 sampai 90 derajat. Bahwa ketika temperature tinggi itu lebih bagus? Tidak,” terangnya.

Namun, penggunaan temperature tinggi rendahnya tergantung pada jenis chemical yang gunakan karena ada beberapa bahan chemical yang justru menjadi rusak ketika menggunakan temperature tinggi. Binatu RSUP Sanglah telah memiliki 5 mesin cuci yang secara keseluruhannya double barrier. Selanjutnya dengan adanya covid-19, RSUP Sanglah melakukan penambahan mesin infeksius.

“Jadi sekarang tiga untuk infeksius karena linen non infeksius berkurang sehingga kami gunakan 2 non infeksius. Baik itu bersumber dari pasien ataupun dari tenaga kesehatan itu sendiri itu semua karena aktivitasnya melayani pasien,” terangnya.

Sementara itu, selama pandemi covid-19 biasanya linen itu diantar oleh petugas ruangan laundry rumah sakit.

“Sekarang untuk linen infeksius dari ruang perawatan covid-19 memang kita jemput ke ruang perawatan covid-19. Tujuannya adalah untuk keamanan, jadi kita menggunakan prosedur. Prosedur misalnya dari sisi cara menyimpan, jadi linen itu harus disimpan dalam kresek kuning, diikat, kemudian dibawa dengan petugas yang memakai standart dua kurang lebih menggunakan pakaian kerja, sepatu, gaun panjang yang diposable use, memakai masker bedah, penutup wajah dan pelindung kepala,” papar Witarsa.

Kemudian, setelah linen infeksius itu sampai di laundry, kresek pembungkus tidak langsung dibuka, melainkan kresek beserta linen dicuci.

“Jadi kita masukkan kedalam mesin, bukanya baru di dalam. Kreseknya kita cuci, plastik kuning dicuci. Supaya betul-betul aman. Jadi kita cuci dalam kategori linen infeksius. Sehingga tidak khusus covid-19 infeksius yang lain juga kita kelola seperti itu,” jelasnya.

Selain linen rumah sakit, binatu RSUP Sanglah juga melayani linen yang dari pasien covid-19. Hal tersebut dilakukan terhadap pasien yang pertama datang dari rumah sakit yang menggunakan baju rumahan. Setelah berada di RS, pasien tersebut akan disarankan untuk dicuci pakaiannya di rumah sakit.

“Supaya betul-betul keluarga mereka aman. Jangan sampai mereka pulang justru menimbulkan rantai penularan. Jadi kita juga harus berpikir pada dampak di luar rumah sakit itu sendiri. Jadi yang pertama kita kelola disini, kemudian kita cuci, baru kita izinkan untuk membawa pulang,” tuturnya.

Sedangkan untuk pasien covid-19 di RSUP Sanglah telah disiapkan baju.

I Made Surata Witarsa menuturkan hampir distribusi 100 baju per hari, termasuk handuk untuk pegawai dan dokter sebanyak 300-an. Keseluruhannya dikelola dengan prosedur yang aman di RSUP Sanglah.

Menurut Witarsa setelah covid-19, linen yang termasuk kategori infeksius lebih tinggi karena disebakan adanya ruang perawatan covid-19, termasuk pemakaian baju oleh petugas yang setiap saat berganti.

Pemakaian baju kerja di musim covid-19 ini, para petugas kesehatan menggunakan uniform yang disediakan rumah sakit berupa baju setelan ruang operasi. Baju tersebut tidak dibawa pulang dan dikelola di rumah sakit sesuai prosedur penanganan cucian linen yang aman.

“Sehingga akan terjadi peningkatan, kalau dulu hampir 1 ton dan sekarang malah hampir 1 ton 300 kg linen yang kita kelola dalam satu hari,” tambahnya.

Terkait penyebaran virus covid-19, menyebabkan masyarakat yang menjalani perawatan di rumah sakit takut dengan linen, seprai dan handuk yang disediakan rumah sakit. Ketakutan berlebihan tersebut dikarenakan rasa khawatir akan tertular virus covid-19.

I Made Surata Witarsa mengklaim, bahwa linen rumah sakit justru lebih aman, karena melalui proses dan prosedur pencucian sesuai standar. Selain itu, mesin cuci yang digunakan di RSUP Sanglah double barrier, serta menggunakan 6 chemical dengan tingkat alkali yang diatur sesuai standart, sehingga memutus rantai infeksius.

“Tidak usah takut dengan linen rumah sakit, tidur dirumah sakit dengan seprai rumah sakit, handuk rumah sakit. Tolong hilangkan itu. Kami menjamin rantai pemutus penyebaran saat dilakukannya proses sesuai prosedur,” pungkas Witarsa. (cr02)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.