Leles, Tradisi Gotong-royong ala Manggarai yang Masih Lestari hingga Kini

kelompok leles
Kelompok 'leles' saat bergotong royong memanen padi di sawah Bernad. (ist)

BORONG | patrolipost.com – Setiap daerah mempunyai tradisi khas dan unik, tak terkecuali dalam hal kerja sama dan gotong-royong. Orang Manggarai juga mempunyai tradisi unik dalam hal meringankan pekerjaan terutama saat musim tanam padi dan saat panen. Tradisi itu disebut ‘Leles’.

Pantauan patrolipost.com, Sabtu (15/4/2023), sekelompok masyarakat di Lambaleda Selatan, Manggarai Timur sedang menjalankan tradisi gotong royong ‘Leles’. Pemilik sawah,  Bernadus mengatakan pola kerja ‘Leles’ sangat meringankan pemilik sawah.

Bacaan Lainnya

“Leles sangat meringankan pemilik sawah. Panen di sawah saya hari ini terdiri dari 20 perempuan untuk mengetam padi dan 10 laki-laki untuk bekerja merontokkan bulir-bulir padi pakai mesin rontok. Diperkirakan panen padi selesai pada tengah hari,” jelas Bernad.

Dalam tradisi “Leles” sekelompok orang tersebut bergiliran dari sawah satu ke sawah lainnya untuk saling membantu dalam meringankan pekerjaan pemilik sawah.

“Anggota kelompok ‘Leles’ dipastikan mendapat jatah satu hari untuk membawa anggota kelompok ke sawahnya saat panen padi. Karena Leles ini, lahan sawah meskipun besar akan selesai dipanen tak sampai sore,” ujarnya.

Setelah panen di sawahnya, Bernad akan menunggu pemberitahuan anggota leles lainnya yang hendak memanen padi.

Leles dalam bahasa Manggarai disebut juga ‘wenggol’ dan  ‘emi lime’. Namun ada sedikit perbedaan antara Leles dan Emi Lime. Emi Lime tidak membentuk satu kelompok yang terorganisir, sementara leles mirip sebuah komunitas gotong-royong. (pp04)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.