Korban Bentrokan dengan Debt Collector di Munang-maning Dimakamkan

Suasana rumah duka korban tewas akibat bentrokan, Gede Budiarsana di Desa/Kecamatan Kubutambahan. (cha)

SINGARAJA | patrolipost.com – Gede Budiarsana (34), korban tewas  bentrokan dengan kelompok debt collector di Desa Tegal Arum, Monang-maning, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, beberapa waktu lalu akhirnya dimakamkan di Setra Desa Adat Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Sabtu (31/7/2021) siang. Terlihat polisi menjaga cukup ketat di tengah keharuan keluarga mendiang  Budiarsana mengikuti proses penguburan tersebut sejak dari rumah duka di Banjar Dinas Kubuanyar.

Tidak saja keluarga, namun sebagian besar warga banjar setempat ikut mengantarkan jenazah Budiarsana ke setra.

Keponakan korban Benny Wandana mengatakan, semua proses penguburan jenazah korban berjalan cukup lancer, baik sejak dari rumah duka hingga ke tempat penguburan di setra desa.

“Diawali dengan mesiram pukul 09.00 Wita kemudian makisang ring pertiwi (dimakamkan) pukul 14.00 Wita,” tutur Benny, Sabtu (31/7/2021).

Sementara ibunda korban, Ni Nyoman Sri Mini, dan istri korban, Ni Made Hirayanti, terlihat cukup syok namun terlihat tegar saat menerima tamu yang datang ikut berbelasungkawa. Sri Mini, mengaku berat menerima kenyataan anaknya (Budiarsana) meninggal dengan cara dibunuh.

“Berat sekali rasanya. Saya masih tidak terima anak saya diperlakukan begitu. Tidak berperikemanusiaan, saya harap (pelaku) dihukum dengan berat,” ucap Sri Mini sedih.

Sedangkan Hirayanti menyebut soal firasat sebelum suaminya meninggal dengan cara tragis. Firasat itu, kata Hirayanti, ada gelagat yang tidak biasa yang dilihat dari suaminya. Salah satunya, selalu ikut kemana pun dia pergi.

“Itu seperti isyarat kalau suami saya akan meninggalkan semuanya. Sempat juga saya disuapin makan. Dia bilang, kapan lagi bisa nyuapin istri, saat itu saya berpikir positif,” ucapnya.

Hirayanti juga mengaku sudah menerima kenyataan yang dia hadapi bersama anak-anak dan keluarganya. Hanya saja Hirayanti meminta kepada semua pihak untuk menghapus semua video maupun foto yang memperlihatkan kejadian tewasnya suaminya yang sempat viral di sosial media. Ia khawatir tiga orang anaknya yang masih berusia 13 tahun, 8 tahun dan 5 tahun akan terganggu kejiwaannya.

“Kami berharap dengan sangat agar video dan fotonya dihapus saja. Anak-anak masih kecil. Kalau tidak dihapus akan membekas, ada jejak digitalnya. Saya khawatir ini akan mengganggu kesehatan mental anak-anak,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Desa/Perbekel Desa Kubutambahan, Gede Pariadnyana mengatakan, keberadaan  anak-anak korban akan menjadi perhatian Pemerintah Desa Kubutambahan, terutama untuk meringankan biaya masa depannya.

“Kami akan tindaklanjuti melalui DTKS agar dapat kami ajukan beasiswa pendidikannya. Kami ikut prihatin,” tandasnya. (625)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.