Kisah PMI Asal Bangli di Tengah Konflik Rusia-Ukrania, Selamatkan Diri Dari Ledakan Rudal, Sembunyi di Bunker KBRI

desak made yuni
Desak Made Yuni saat ditemui di rumahnya Desa Sulahan Kecamatan Susut Bangli, Bali. (sam)

BANGLI | patrolipost.com – Konflik antara negara Rusia dengan Ukrania menimbulkan trauma mendalam bagi para pekerja imigran Indonesia (PMI) yang mengais rezeki di negara yang dipimpin Presiden Volodymyr Zelensky. Walau telah tiba dengan selamat di Tanah Air, bayang-bayang kengerian dari konfilik bersenjata tersebut masih terbawa para pekerja imigran.

Seorang PMI yang bekerja di Ukrania, Desak Made Yuni (30) menuturkan, sebelum bekerja sebagai karyawan SPA di Kota Kiev Ukrania, dia sempat bekerja di Maladewa dan beberapa tempat terapis yang ada di Bali.

”Karena pandemi Covid hampir 1,5 tahun menganggur dan ketika ada lowongan kerja ke Ukrania, Saya coba ajukan lamaran dan akhirnya diterima,” ujar PMI asal Desa Sulahan, Kecamatan Susut ini.

Selanjutnya pada bulan November 2021 langsung terbang menuju Ukrania. Memang awalnya kondisi masih aman walaupun terjadi konflik di wilayah Donbas.

“Sebelumnya kondisi masih aman, walaupun terjadi konflik di wilayah Donbas masyarakat masih beraktifitas secara normal dan warga Ukrania percaya konflik tidak akan meluas,” ujar Desak Yuni ketika ditemui di kediamannya Desa Sulahan, Kecamatan Susut, Selasa (8/3/2022).

Situasi mendadak berubah ketika Rusia melakukan invansi militer dengan sasaran kota Kiev. Serangan pertama terjadi pada tangal 24 Februari, sekira pukul 05.00 pagi hari, dimana terdengar suara sirene yang disusul suara ledakan yang sangat keras.

“Kami merasa was-was, apalagi serangan rudal yang diiringi suara ledakan terjadi setiap hari,” ungkap istri dari Dewa Made Budi Hartawan.

Lanjut Desak Yuni, melihat kondisi yang menghawatirkan keselamatan, pihak Kedutaan Besar Repulik Indonesia (KBRI) langsung merespon yakni sore hari langsung melakukan evakuasi warga negara Indonesia. ”Proses evakuasi berlangsung sangat cepat, kami hanya bawa dokumen dan beberapa pakaian saja,” jelasnya.

Sambil menunggu situasi aman, para WNI berkumpul di KBRI selama lima hari.  Selama tinggal di KBRI mereka dilayani dengan baik. Jika terjadi serangan rudal, mereka disarankan turun menyelamatkan di lantai bawah tanah (bunker) di kantor KBRI.

“Ukuran bunker sekitar 5×6 meter, kami kumpul di sana selamatkan diri bersama puluhan WNI lainnya, walaupun tinggal di bunker suara ledakan terdengar dan dibarengi dengan guncangan,” sebutnya seraya menambahkan selama tinggal di KBRI tidak sempat tidur.

Selang lima hari, pada tanggal 28 Februari terjadi gencatan senjata. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk keluar dari Ukrania. Karena kondisi bandara hancur, maka proses evakuasi dilakukan lewat jalur darat. Setelah menempuh perjalan hampir 24 jam rombongan tiba di Rumania.

”Saat perjalanan keluar dari Ukrania pemeriksaan sangat ketat, hampir 7 pos pemeriksaan kami lewati,. Setiap pos yang dilewati  tentara Ukrania meminta kami tunjukan paspor dan buka masker,” sebutnya.

Sampai di perbatasan dengan Rumania rombongan harus jalan kaki selama 30 menit.  Sampai di Rumania rombongan ditampung di salah satu hotel dan esoknya baru berangkat menuju Tanah Air. Penerbangan dari Rumania menuju Jakarta ditempuh dalam waktu 17 jam.  Setelah tiba di Jakarta rombongan jalani karantina selama tiga hari.

“Setelah proses karantina berakhir, kami langsung terbang menuju Bali. Kami tiba di rumah pada Senin kemarin sekira pukul 23.30 Wita,” ujarnya.

Walaupun telah tiba dengan selamat, Desak Made Yuni mengaku masih trauma dengan kejadian yang sempat dialaminya. ”Jika dengan suara keras  atau barang yang jatuh kami sontak kaget,” sebutnya, seraya mengucapkan terima kasih kepada pemerintah karena dengan sigap telah melakukan proses evakuasi kembali ke Tanah Air. (750)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.