Inilah Rangkaian Upacara dan Makna Rahina Pagerwesi

Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti (Ida Rsi Putra Sara) saat ditemui patrolipost.com di Griya Bhuwana Dharma Shanti, Rabu (11/12).

DENPASAR | patrolipost.com – Di Hari Raya Pagerwesi yang yang jatuh pada hari ini, Rabu (11/12/2019)  umat Hindu di Bali melaksanakan upacara di sanggah/merajan hingga ke pura lainnya. Pagerwesi dirayakan setiap enam bulan atau 210 hari sekali.

Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti (Ida Rsi Putra Sara) mengatakan bahwa Hari Raya Pagerwesi jatuh setiap Buda Kliwon (Rabu kliwon) wuku Sinta. Hari Raya Pagarwesi berkaitan erat dengan Hari Raya Saraswati yang jatuh pada Saniscara (Sabtu) Umanis Watugunung. Hari Raya Saraswati dirayakan untuk menyambut datangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pembekalan kepada umat manusia.

“Pagerwesi yang jatuh pada Rabu Kliwon wuku Sinta ini erat kaitannya dengan Saraswati, datangnya ilmu pengetahuan sebagai bekal,” kata Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti (Ida Rsi Putra Sara) saat ditemui patrolipost.com di Griya Bhuwana Dharma Shanti, Rabu (11/12).

Ida Rsi Putra Sara menuturkan, setelah Hari Saraswati yang berketepatan di Dina Saniscara (Sabtu), terdapat beberapa tahapan hari yang saling berhubungan menuju Hari Raya Pagerwesi. Tepat pada dina Redite (Minggu), yaitu hari penyucian diri dengan membersihkan diri di segara (pantai) atau di kolam mata air yang disebut Banyupinaruh.

Selanjutnya, pada dina Soma (Senin) disebut sebagai Somaribek. Dina Anggara (Selasa) dinamakan Sabuh Mas sebagai hari umat manusia akan menerima pahala dan rezeki, jika menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi di jalan dharma.

Sabuh Mas juga memberikan pengetahuan itu supaya menjadi berguna. Pada hari tersebut umat Hindu di Bali memuja Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Mahadewa.

Menurut Ida Rsi Putra Sara, setelah Saraswati terdapat beberapa tahapan hari yang saling berhubungan menuju Hari Raya Pagerwesi. Dina Redite (hari Minggu) ada hari penyucian diri dengan membersihkan diri di segara (pantai) atau di kolam mata air yang disebut Banyupinaruh. Banyupinaruh ini dilakukan agar ilmu pengetahuan yang sudah dianugerahkan oleh Sanghyang Widhi dapat digunakan untuk tujuan mulia. Pada dina Soma (Senin) disebut sebagai Somaribek.

“Berikutnya Dina Anggara (Selasa) dinamakan Sabuh Mas sebagai hari umat manusia akan menerima pahala dan rezeki, jika menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi di jalan dharma dan Sabuh Mas juga memberikan pengetahuan itu supaya menjadi berguna,” tuturnya.

Sedangkan hari raya Pagerwesi diartikan bahwa pager yang merupakan pagar atau pelindung, dan wesi yang berarti besi. Pagerwesi itu berguna untuk membatasi atau membentengi ilmu pengetahuan sudah digunakan dalam fungsi kesucian, dapat dipelihara, dan dijaga agar selalu menjadi pedoman bagi umat manusia sehingga dapat menjadi pegangan hidup yang kuat dan tidak disalahgunakan.

“Hari raya Pagerwesi memuliakan Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan manifestasinya sebagai Sanghyang Pramesti Guru (Tuhan sebagai guru alam semesta),” pungkas Ida Rsi. (cr02)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.