Bupati: Proyek Geothermal Sangat Penting untuk Masyarakat

Bupati Manggarai Barat, Agustinus Ch Dula
Danau Sano Nggoang di Desa Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat terlihat indah dan terjaga kelestariannya oleh masyarakat tempatan. (fri)

LABUAN BAJO | patrolipost.com – Bupati Manggarai Barat, Agustinus Ch Dula sangat mengapresiasi segala bentuk proyek pembangunan yang terjadi di wilayah Kabupaten Manggarai Barat. Perhatian Pemerintah Pusat yang begitu besar sangat menyentuh semua aspek, baik Infrastruktur jalan, pelabuhan, bandar udara dan kawasan wisata. Tidak terkecuali proyek eksplorasi  energi panas bumi (Geothermal) di Desa Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang.

Menurut Bupati Dula, proyek pembangunan panas bumi sangat penting bagi masyarakat Manggarai Barat. Hal itu disampaikan Bupati Dula usai menerima bantuan dana corporate social responsibility (CSR) dari PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) Persero, kemaren.

Bupati Dula memaparkan, proyek pembangunan energi panas bumi (Geothermal) di Desa Wae Sano merupakan satu satunya proyek Geothermal yang masih dikelola. Hanya saja menurutnya, proyek untuk sementara dihentikan dikarenakan situasi Covid-19.

”Dalam rangka pembangunan tenaga listrik. Kami ikut merasa menikmati pemboran. Karena sudah dari Flores Timur sampe Flores Barat, tinggal Wae Sano saja yang masih dikelola. Karena kondisi Covid, pengelolaan pengerjaan lanjutan pemboran ini belum bisa berjalan dan tetap memang kita melakukan sosialisasi karena memang ada kelompok kelompok yang memang tidak setuju,” kata Bupati Dula.

Dengan kehadiran proyek geothermal ini, Bupati Dula merasa berterimakasih kepada PT SMI Karena telah melakukan pengerjaan hotmix jalan dari jalan Negara menuju Danau Sano Nggoang.

Terkait adanya penolakan dari sebagian warga di Desa Wae Sano terhadap proyek geothermal ini, Bupati Dula kembali mengajak masyarakat untuk memanfaatkan dengan sebaik baiknya momentum perhatian Pemerintah Pusat.

”Ada kelompok yang tidak mendukung. Kelompok yang tidak setuju dan juga ada kelompok-kelompok luar yang berdomisili di Nunang yang ikut back up. Tetapi, saya berprinsip tidak ada pembangunan yang berjalan mulus di Mabar ini. Apalagi pembangunan kita di Mabar ini menangkap momentum perhatian dari pemerintah Pusat, seperti geothermal ini, murni program Pemerintah Pusat untuk Mabar,” jelas Bupati Dula.

Selain itu menurutnya, terkait alasan kelompok kelompok yang tidak mendukung proyek geothermal ini yakni kehadiran geothermal akan merusak lingkungan dan budaya masyarakat setempat sudah terjawab pada saat dilakukannya sosialisasi dengan Warga Wae Sano.

”Bahkan sebelum penolakan dulu, sudah ada sosialisasi dan kehadiran SMI yang menjadi ujung tombak dari BUMN Kementrian Keuangan itu tidak mungkin melakukan pekerjaan ini tanpa sosialisasi lebih dulu dan itu sudah berjalan dan dikerjakan. Bahwa ada yang menolak itu bagi saya dinamika,” lanjut Bupati Dula.

Kemudian Bupati Dula juga meyakini bahwa apa yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat melalui BUMN dan dalam sosialisasinya menunjukan proyek geothermal tidak akan merusak lingkungan.

”Kalau dalam sosialisasinya tidak merusak lingkungan kenapa kita takut, dan kenapa BUMN yang hadir kok tidak kita dukung? Apa memang ada program dari negara yang ingin merusak Manggarai Barat? Karena kita setuju, maka berjalanlah proyek ini, termasuk CSR ini,” imbuh Bupati Dula.

Menurut Bupati Dula, hal yang menjadi paling penting adalah pembangunan geothermal ini juga didukung oleh mayoritas masyarakat Desa Wae Sano. Dukungan masyarakat ini menurutnya dikarenakan tujuan proyek geothermal ini akan mensuplai kebutuhan listrik di wilayah Manggarai Barat. Selain itu sumber yang digunakan bukan menggunakan tenaga fosil melainkan panas bumi yang dianggap ramah lingkungan.

Terkait komunikasi dengan LSM yang menentang proyek geothermal ini, Bupati Dula berharap agar LSM yang dimaksud mau mendengarkan Pemerintah Pusat dan Kabupaten serta tidak membenarkan diri sendiri yang pada akhirnya menimbulkan polemik ditengah masyarakat yang berkepanjangan.

”Kalau memang ahli yang bertemu ahli, dan ahli yang tolak kalah, yah berarti kita kalah. Selesai. Oleh karena itu, pada saat sosialisasi kami mau LSM itu hadir, yang kontra hadir, para ahli masing – masing kelompok itu hadir sehinggah terjadi tukar pendapat yang begitu baik dan menyenangkan bagi masyarakat,” demikian Bupati Dula. (334)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.