Warga Desa Tembok Buleleng Bangun Tower Internet dari Bambu

1 tower bambu
Warga Desa Tembok membangun tower jaringan internet dari bahan bambu. Kehadiran tower setinggi 15 meter ini diharap bisa memenuhi kebutuhan jaringan seluruh warga desa. (cha)

SINGARAJA | patrolipost.com – Demi bisa mendapat akses internet, warga Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng membangun tower setinggi 15 meter dari bambu. Tower yang dibangun secara gotong-royong di Balai Banjar Dinas Sembung ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan jaringan internet seluruh warga.

Pekerjaan pembangunan tower berikut pirantinya bekerja sama dengan organisasi Common Room, ICT Watch, Common Room, Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).

Bacaan Lainnya

Kepala Desa/Perbekel Desa Tembok, Dewa Komang Yudi Astara mengatakan, keputusan untuk membangun tower menyusul di daerah tersebut minim akses internet. Disamping itu, banyak pelajar yang tempat tinggalnya jauh dari jangkauan intrenet (blank spot) rela datang ke Kantor Desa untuk mengakses internet gratis untuk mengerjakan tugas sekolah.

Dengan kondisi itu, pihak desa mengusulkan agar internet di Desa Tembok bisa dinikmati luas terutama para pelajar.

“Jaringan internet yang ada di Desa Tembok ini nantinya hanya dapat digunakan oleh masyarakat untuk kepentingan belajar, serta layanan public,” kata Yudi Astara.

Penggunaan bahan bambu untuk membangun jaringan tower dilakukan untuk menekan biaya. Tower dari bambu membutuhan biaya sekitar Rp 20 juta lebih, lengkap dengan peralatan jaringan lainnya. Bahkan hasil uji lab di Institut Teknologi Bandung (ITB) akan tahan antara 5 hingga 7 tahun.

”Bambu yang digunakan dijamin kuat dari hantaman bencana seperti angin kencang dan gempa,” ujarnya.

Saat ini pengerjaannya tower bambu ini sudah memasuki progres 60 persen. Jika selesai nanti, kecepatan internet mencapai 20 Mbps dan bisa melayani masyarakat di Banjar Sembung, bahkan dimungkinkan bisa menjangkau hingga di Banjar Ngis. Sembari menunggu pembangunan tower selesai, pihak desa sedang melakukan bimbingan teknis kepada masyarakat bagaimana nantinya mengelola dan menjaga tower ini. Karena, pemeliharaan tower akan diserahkan sepenuhnya ke desa.

“Pemerintah desa juga akan membatasi penggunaannya internet agar tidak disalahgunakan masyarakat hanya untuk  bermain game atau bermain sosial media. Ini untuk mengantisipasi dampak negatif game online  dan bersosmed. Namun kalau Browsing tidak masalah, intinya agar tidak disalahgunakan,” imbuhnya.

Direktur Common Room, Gustaff Iskandar mengatakan, pengembangan infrastruktur internet berbasis. Dan tahun ini komunitas di wilayah pedesaan dan tempat terpencil memang merupakan agenda tahunan.

“Desa yang dipilih tahun ini adalah Desa Tembok karena inisiatif dan kesiapan dari kepala desanya,” ungkap Gustaff Iskandar.

Menurut dia, untuk pengembangan jaringan internet ada beberapa pihak yang turut membantu pendanaan. Salah satunya Kedutaan Inggris. Sebab dalam program Rural ICT Camp juga  ada seminar, pendampingan teknis kepada masyarakat, ajang berbagi pengetahuan, lokakarya, serta pameran atau pertunjukan seni, dengan mengundang 40 peserta di seluruh Indonesia.

”Khusus untuk pembangunan tower beserta peralatan yang dibutuhkan, murni menggunakan APBDes Tembok,” ucapnya.

Dibangunnya tower berbahan bambu ini akan memberikan hak yang sama antara masyarakat desa dan perkotaan dalam hal akses internet. Hal ini akan membantu mempermudah pelayanan pemerintahan desa, pendidikan, dan pemberdayaan UMKM.

“Kami ingin akses internet dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, serta pemulihan ekonomi pasca Covid-19,” tandasnya. (625)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.