Warga Desa Pikat Tolak Keras Dibuka Kembali TPA Sente

protes 33333
Warga Desa Pikat melakukan protes kepada Dinas DLHP Klungkung saat pertemuan. (ist)

SEMARAPURA | patrolipost.com – Masyarakat Desa Pikat menyampaikan penolakan keras terhadap rencana dibuka kembali Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sente di Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Klungkung, Bali. Sebelumnya, TPS Sente telah ditutup pada akhir Desember 2017 silam. Namun nyatanya sampah kembali dibuang di lokasi tersebut.

Setelah sampah kembali overload, meluber dan menuai protes dari warga setempat, TPA Sente pun kembali ditutup pada awal Desember 2023 lalu. Namun kini Pemkab Klungkung justru berencana kembali membuka TPA tersebut.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertamanan (DLHP) Kabupaten Klungkung, I Nyoman Sidang menjelaskan bahwa pihaknya menggelar pertemuan dengan pihak Desa Pikat untuk memohon permakluman membuang sampah kembali di TPA Sente. Terlebih pada saat hari raya keagamaan dan nasional seperti Galungan, Kuningan, Nyepi, hingga Tahun Baru, sampah yang dihasilkan masyarakat akan melonjak 50 persen.

“Kita memohon izin agar bisa diizinkan untuk membawa sampah kesini (TPA Sente). Kita juga berkoordinasi dengan pihak desa, dengan Pak Pj Bupati, makanya kita ingin bertemu langsung juga dengan pihak adat agar masyarakat memahami dulu kalau Pemda memang belum mampu mengelola sampah kota secara maksimal,” tegasnya Kamis (28/12).

Sebab meskipun sudah ada TOSS, menurutnya perlu didukung dengan alat, sarana dan SDM yang mumpuni. “Kami juga akan terus berkoordinasi untuk bisa mengambil langkah strategis agar kita bisa segera lepas dari masalah sampah ini,” imbuhnya.

Adapun salah satu upaya yang dilakukan pihaknya adalah memaksimalkan pengadaan alat berat yang menurutnya sudah mendapatkan anggaran Rp2,5 miliar. “Kemarin dua alat berat kita di TPA Sente rusak dan harapannya bisa kita proses di e-catalog (pengadaan) pada Januari 2024 dan pada Februari 2024 sudah datang,” lanjutnya.

Ia pun tak menampik jika pihaknya sangat kewalahan mengelola sampah dari masyarakat ini. Namun pekerjaan itu akan lebih mudah apabila masyarakat mampu memilah sampahnya di rumah masing-masing.

“Seandainya masyarakat bisa mengolah sampah dari rumah, kita tinggal mengolah sampah organiknya,” lanjutnya.

Sidang pun menyebutkan jika setiap harinya ada 18 truk ditambah 7 pikap sampah yang yang dihasilkan masyarakat di wilayah Kota Klungkung atau sekitar 30 ton. Sedangkan per harinya TOSS maksimal hanya bisa mengolah 11,5 ton dengan peralatan dan SDM yang ada saat ini.

“Sisanya dibawa ke TPS dan sekarang TPS ditutup itulah masalahnya, untuk mempercepat pengolahan sampah kita bahkan berlakukan 2 shift di TOSS,” tandasnya.

Terkait hal tersebut, Ketua BPD Desa Pikat, I Wayan Sudiasa menjelaskan bahwa rencana dibukanya kembali TPA Sente ini artinya mengingkari SK Bupati Klungkung tahun 2017 terkait penutupan TPA tersebut.

“Padahal anjing liar, Alu (biawak,Red) berkembang biak di sana, lingkungan juga tidak bagus. Lalu untuk apa buat TOSS?” ujarnya.

Saat ditanya apakah hal ini menunjukkan jika program TOSS gagal? Sudiasa mengatakan jika ia tidak berhak menilai hal itu. Yang jelas sebagai masyarakat ingin agar TPA Sente benar-benar ditutup.

“Kami tidak berhak menilai, entah gagal atau tidak (TOSS). Yang jelas ini TPA kan sudah 25 tahun beroperasi, jadi warga tetap menolak,” tandasnya.

Ditambahkan oleh salah seorang tokoh masyarakat Desa Pikat, I Made Mandia, sesuai dengan hasil pertemuan di Pura Dalem pada tahun 2017 silam, warga menginginkan agar TPA itu ditutup. Namun kini menurutnya pemerintah melanggar kesepakatan itu.

“Apalagi faktanya sampah yang dibuang kesini sampai membludak sehingga masyarakat merasa keberatan dengan bau sampah yang menyengat setiap pagi,” tegasnya.

Selain itu, hasil pertanian warga yang memiliki lahan disekitar TPS juga menurun karena diganggu hama yang berkembangbiak di dalam sampah. Termasuk Alu (biawak) yang banyak berkembangbiak di TPA dan sering kali memakan telur ayam dam ayam warga.

“Alu ini juga berkeliaran hingga perkampungan, kalau dicari 1.000 ekor ada. Saya pernah bunuh Alu di tengah perutnya ada 5 telur ayam,” sebutnya.

Tak hanya itu saja, ternak sapi warga yang sering kali mencari makan disekitar TPA juga ada yang sampai mati. Pemkab Klungkung juga sempat berjanji memberikan vitamin gratis setiap bulan serta kompensasi untuk petani di wilayah TPA yang terdampak, namun nyatanya hal itu hanya omong kosong belaka.

“Jadi kami menolak rencana dibukanya TPA Sente lagi,” pungkasnya. (855)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.