Warga Datangi Kejari Bangli, Pertanyakan Penanganan Kasus Korupsi Dana Desa Adat Sulahan

warga sulahan
Warga Sulahan saat datangi kantor Kejari Bangli. (ist)

BANGLI | patrolipost.com – Beberapa warga dari Dusun/Desa Sulahan, Kecamatan Susut mendatangi kantor Kejaksaan Negeri Bangli, Senin (18/3/2024). Maksud dan tujuan warga mendatangi kantor Kejari Bangli tiada lain ingin mempertanyakan sejauh mana perkembangan penangan kasus dugaan korupsi dana BKK Provinsi Bali untuk Desa Adat Sulahan. Kedatangan warga diterima Kasi Pidsus Kejari Bangli Putu Gede  Dharma  Putra SH.

Ditemui usai pertemuan dengan warga, I Dewa  Putu Adnyana Putra mengatakan sejatinya penanganan kasus dugaan korupsi dan BKK Provinsi Bangli  untuk desa Adat Sulahan sudah bergulir sejak dua tahun lalu.  Beberapa orang  saksi telah diperiksa, bahkan hasil audit dari Inspektorat Provinsi telah diserahkan ke Kejaksaan.

Bacaan Lainnya

“Kasusnya sudah sejak lama ditangani pihak Kejaksaan, beberapa pihak juga telah dimintai keterangnya,” ungkap Dewa Adnyana didampingi warga I Wayan Suda  dan Jro Tawa serta warga lainnya.

Kata  Dewa Adnyana  sebelumnya mengacu dari pemberitaan di media masa, Kajari Bangli  Era Indah Soraya mengatakan untuk penetapan tersangka, pihak Kejari Bangli masih menunggu hasil audit  kerugian negara  yang dilakukan oleh auditor internal.

”Hampir tiga bulan berlalu, hasil audit belum juga turun, bisa dibilang kasus masih jalan di tempat,” sebutnya.

Pihaknya berharap penanganan kasus ini bisa secepatnya tuntas, sehingga  tidak memunculkan adanya kesan penanganan kasus mandeg dan seolah olah ada yang kebal hukum.

Sementara itu, Kasi Intel Kejari Bangli Ketut Gunarta mengatakan bahwa kehadiran warga untuk menayakan penganan kasus  dana Desa Adat yang bersumber dari APBD Semesta Berencana Provinsi Bali.

Pihaknya menegaskan bahwa Tim Pidsus sudah melakukan pemeriksaan. “Petugas tidak diam terhadap kasus tersebut. Bahkan dalam minggu ini atau minggu depan, Tim Pidsus akan memeriksa 500-an orang saksi,” ujarnya didampingi Kasi Pidsus, Putu Gede Dharma Putra.

Menurutnya saat ini sedang proses penghitungan dari auditor Kejati Bali. “Siapa tahu nanti ada kerugian yang lebih besar lagi,” ujarnya.

Lanjutnya, dana untuk desa adat diperuntukan untuk perhyangan, palemahan dan pawongan. Dana dari pemerintah ini tentu harus ada pertanggung jawabannya.

Diakui perlu ketelitian dalam penyidikan kasus ini karena dana dimanfaatkan untuk kegiatan non fisik seperti membeli babi, membeli nasi dan lainnya.

“Kita harus bekerja ekstra, begitu juga auditor. Sementara untuk hasil  audit Inspektorat, data tersebut untuk mendukung proses penanganan kasus ini. Namun demikian tetap dilakukan audit dari internal yakni auditor Kejati Bali. Untuk data tidak boleh asal-asalan pada saat sidang tidak dapat dipertanggungjawabkan,” tegas  Darma Putra, seraya menambahkan, pihaknya memastikan penanganan kasus tetap berjalan.

Disinggung rencana pemeriksaan saksi mencapai 500 orang, kata Darma Putra dana tersebut ada dimanfaatkan untuk pemberian bantuan pangan non tunai. Bahwa ada 500-an orang yang menerima. Untuk itu akan diminta keterangan, dalam penangan kasus tidak boleh diambil sample, tetapi keseluruhan yang terlibat di dalamnya.

“Kami masih merancang teknisnya untuk memeriksa keterangan para saksi ini,” jelasnya. (750)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.