Vaksin Nusantara Tuai Polemik, Sejumlah Tokoh Dukung BPOM

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny K Lukito. (ist )

JAKARTA | patrolipost.com – Anggota DPR dan beberapa tokoh bakal disuntik vaksin Nusantara. Padahal vaksin Nusantara ini belum ada persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk uji klinis tahap II. Karena menjadi polemik, beberapa tokoh menyampaikan secara terbuka mengenai dukungannya terhadap BPOM ini.

Salah satu deklarator, Natalia Soebagjo membacakan pernyataan terbuka untuk memberikan dukungannya terhadap BPOM. Menurutnya, setiap penelitian perlu diputuskan oleh lembaga yang memiliki otoritas dalam hal ini adalah BPOM.

“Kami bersikap berpegang pada pendirian BPOM yang merupakan badan resmi di Indonesia dan bekerja berdasarkan prosedur dan integritas ilmiah. Biarkan BPOM bekerja tenang bersama tim pakarnya. Kami percaya pada integritas keilmuan dan independensi BPOM,” ujar Natalia dalam jumpa pers secara virtual di Jakarta, Sabtu (17/4).

Natalia menambahkan, selama ini BPOM telah mengabdi untuk menjaga kesehatan masyarakat Indonesia ini. Mereka yang bekerja di BPOM telah membuktikan diri sebagai patriot tanpa banyak retorika, teguh menghadapi tekanan dari mana saja.

“Nah kami warga republik berdiri bersama mereka (BPOM-Red),” tegasnya.

Setiap penelitian dan pengembangan vaksin dan obat harus dihargai sebagai ikhtiar membuka kemungkinan baru melawan pandemi Covid-19. Namun untuk menghadapi pandemi dengan menggunakan vaksin Covid-19 ini harus dengan asas-asas ilmiah.

“Namun tentu dengan tetap mengindahkan asas-asas ilmiah. Mari kita ingat bahwa hidup mati jutaan rakyat,” ungkapnya.

Adapun pernyataan terbuka terhadap dukungan terhadap BPOM ini didikung oleh, Alissa Wahid, Ananda Sukarlan, Mustofa Bisri, Abdillah Toha, Adi R. Adiwoso, Akmal Taher, Anak Agung Gede Ariawan, Ananda Sukarlan, Andreas Harsono, Anita Wahid, Arief T. Surowidjojo, Azyumardi Azra, Betti Alisjahbana, Boediono, Butet Kertaradjasa, Christine Hakim.

Kemudian Djoko Susilo, Emil Salim, Erry Riyana Hardjapamekas, Goenawan Mohamad, Harkristuti Harkrisnowo, Henny Supolo Sitepu, Imam B. Prasodjo, Ismid Hadad, Isnani Suryono Salim, Jajang C. Noer, Joko Anwar, Kemal Azis Stamboel, Komaruddin Hidayat, Kuntoro Mangkusubroto, Lelyana Santosa, Lies Marcoes, Lukman Hakim Saifuddin, Maria Hartiningsih.

Selanjutnya Mayling Oey, Mochtar Pabottingi, Natalia Soebagjo, Nida P.H. Nasution, Olga Lydia, Omi K. Nurcholish Madjid, Pandu Riono, Pratiwi Sudarmono, R. Hario Soeprobo, Ratna Sitompul, Sandra Hamid, Saparinah Sadli, Sarwono Kusumaatmadja, Shanti L. Poesposoetjipto, Sigit Pramono, Siti Masmuah.

Lalu ada nama, Sjamsiah Achmad, Suryono S.I. Santoso, Suwarno Wisetrotomo, Syakieb Sungkar, Tini Hadad, Ulil Abshar Abdalla, Unggul Budi Husodo, Usman Hamid, Zainal Arifin Mochtar, dan Zumrotin K. Susilo.

Diketahui, langkah anggota dewan berbondong-bondong menerima penyuntikan vaksin Nusantara ini bertentangan dengan sikap BPOM. Hingga saat ini, BPOM belum mengizinkan tim Vaksin Nusantara melanjutkan riset uji klinis ke tahap II.

Alasannya menurut Kepala BPOM Penny Lukito, tim belum melaporkan tindakan korektif yang telah diminta atas apa yang sudah dikerjakan di uji klinis tahap satu. Vaksin Nusantara yang dikembangkan dari sel dendritik yang biasa digunakan dalam terapi kanker, Penny menerangkan, masih harus memenuhi beberapa syarat.

Di antaranya, Cara Uji Klinik yang Baik (Good Clinical Practical), Proof of Concept, Good Laboratory Practice dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (Good Manufacturing Practice).

Terawan dkk, kata Penny, telah mengabaikan banyak aspek dalam pelaksanaan uji klinis fase I. Di antaranya, proof of yang belum terpenuhi dan antigen yang digunakan pada vaksin tersebut tidak memenuhi pharmaceutical grade.

Hasil dari uji klinis fase I terkait keamanan, efektivitas atau kemampuan potensi imunogenitas untuk meningkatkan antibodi juga dinilai belum meyakinkan. (305/jpc)

 

Pos terkait