Terendah se-Indonesia, Target Bali 2024 Turunkan Stunting Jadi 6 Persen

bkkbn
Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN RI dr Eni Gustina bersama Kepala Perwakilan BKKBN Bali, Sales Brabar. (ray)

DENPASAR | patrolipost.com – Kepala Perwakilan BKKBN Bali, Sales Brabar mengatakan, stunting di Bali berada di posisi terendah se-Indonesia. Menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di tingkat nasional sebesar 21,6 persen, sedangkan di Bali 8 persen. Meski demikian, Brabar menegaskan Bali akan menurunkan menjadi 6 persen pada tahun 2024.

“Di Bali stuntingnya sudah turun, yang sebelumnya sebesar 10,9 persen (SSGI 2021) menjadi delapan persen. Tetapi target kita turunkan dua lagi supaya jadi enam persen di tahun depan,” ungkapnya saat menghadiri acara Peran Perempuan Mendukung Gerakan Makan Ikan (Gemari) untuk Pemenuhan Hak Anak di Serangan, Denpasar, Sabtu (26/8/2023) lalu.

Bacaan Lainnya

Kendati terendah, namun BKKBN terus melakukan edukasi dan sosialisasi pencegahan stunting. Pencegahan stunting harus dilakukan secara pentahelix, melibatkan semua pihak. Saat ini, BKKBN memiliki inovasi dapur stunting (Dasat). Untuk itu, pihaknya melibatkan pakar gizi.

“Bapak Presiden mengharapkan di tahun 2024, angka stunting harus menjadi 14 persen secara nasional. Dan di Bali, Bapak Gubernur Bali Wayan Koster juga menargetkan mencapai 6 persen,” katanya.

Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN RI dr Eni Gustina menjelaskan, dalam membangun sebuah keluarga perlu dan penting melakukan persiapan secara fisik dan juga mental. Untuk calon pengantin, BKKBN memiliki aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil). Jika mau menikah, pihaknya berharap para calon ibu mengisi aplikasi tersebut.

“Kalau ada risiko, maka akan ada notifikasi di aplikasi itu. Boleh menikah tapi tunda dulu kehamilannya,” imbuhnya.

Dikatakan Gustina, hamil di luar nikah merupakan persoalan yang memicu stunting. Kalau tidak direncanakan (kehamilan, red), otomatis sel-sel telur tidak sehat. Ketika dibuahi, maka menjadi bayi yang tidak sehat. Beberapa kemungkinan risikonya, mulai dari kelahiran bayi dengan berat rendah, prematur, potensi terjadi kematian bayi, hingga juga kematian ibu.

“Hamil di luar nikah sangat-sangat berisiko. Selama kehamilan, mulai empat bulan makanan ibu hamil harus bergizi supaya mencegah terjadinya stunting,” ujarnya. (007)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.