Tak ada Jembatan, Pengendara Rogoh Kocek Rp 10 Ribu Sekali Lewat di Wae Rina

Sepeda motor sedang didorong melewati jembatan darurat oleh penjaga jembatan dengan tarif Rp. 10.000. (rob)

WAE RINA | patrolipost.com – Banyaknya infrastruktur jalan dan jembatan yang rusak parah secara mutlak menghambat mobilitas masyarakat. Hal ini tergambar jelas dengan terhambatnya mobilitas masyarakat dari Kampung Deno, Desa Deno, Kecamatan Lamba Leda Selatan menuju Waer, Desa Watu Arus, Kecamatan Lamba Leda Timur, Manggarai Timur, NTT. Pasalnya, jembatan yang pernah dibuat hanyut bersama banjir saat musim hujan.

Saat ini, setiap pengendara yang melintasi kali Wae Rina harus membayar Rp. 10.000 sekali lewat. Pembayaran ini untuk melintasi jembatan bambu yang dibuat masyarakat sekitar Wae Rina.

Bacaan Lainnya

Seorang pengendara yang tidak mau namanya dimediakan menjelaskan kepada patrolipost.com, perjalanan dari Deno menuju Waer membutuhkan biaya tambahan Rp 20.000 untuk pergi dan pulang. Hal ini merugikan pengendara dan menguntungkan masyarakat  pembuat jembatan bambu tersebut.

“Hal ini merugikan kami yang melintasi jalur ini. Coba dikalikan saja Rp. 10.000 setiap kali lewat. Misalkan setiap hari ada kepentingan di Waer dan sekitarnya, sebulan kita keluarkan uang yang cukup banyak hanya untuk bayaran melintasi jembatan bambu tersebut,” ujar pengendara tersebut di Wae Rina, Kabupaten Manggarai Timur, Senin (16/8/2021).

Masyarakat sekitar Kampung Deno dan Waer lebih memilih jalur ini karena cukup menghemat waktu perjalanan dibandingkan memilih jalur yang lain.  Oleh karena itu, meskipun berbayar masyarakat terpaksa melintasi jalur tersebut.

Seorang pengendara lainnya malah menjelaskan tentang peran pemerintah untuk lebih peka dengan situasi yang ada. Menurutnya pengerjaan proyek jembatan, apalagi untuk sungai seukuran Wae Rina mesti direncanakan dengan perhitungan yang cermat dan tidak dikerjakan asal jadi sehingga tidak hanya dinikmati hanya sementara waktu oleh masyarakat sekitar.

“Selain fokuskan anggaran untuk penanganan Covid-19 di Manggarai Timur, Jembatan maupun ruas jalan yang sudah rusak berat juga perlu diperhatikan,” imbuhnya.

Pembangunan jalan di Kabupaten Manggarai Timur selama ini terkesan hanya berfokus pada titik tertentu. Sebut saja jalur Watu Ci’e-Wae Wake yang sedang dikerjakan dan akan di hotmix. Pengerjaan jalan ini sudah berulang kali dan hanya di bagian itu saja. Proyek jalan akan mubazir kalau hanya hotmix sebagian dan bagian lainnya rusak parah.

Masyarakat tentunya tidak mengharapkan jalan dihotmix semuanya, hanya saja satu ruas jalan perlu diperhatikan dan diperbaiki. Dari Golo Bongko sampai pertigaan menuju Heso juga bahkan tidak bisa dilintasi pengendara sepeda motor sekalipun. Titik kerusakan di sebelah Timur Lonto Ulu juga tetap jadi ‘neraka’ bagi pengendara. (pp04)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.