Rayakan Siwaratri, Sucikan Diri di Pura Campuhan Windhu Segara

Jero Mangku Ketut Maliarsa serta beberapa pelinggih di Pura Campuhan Windhu Segara.

DENPASAR | patrolipost.com – Pura Campuhan Windhu Segara disebut tempat suci perpaduan beragam kultur dan aliran kepercayaan di Indonesia. Bertepan perayaan Siwaratri, sejumlah warga melaksanakan ritual dengan mensucikan diri di Pura Campuhan Windhu Segara yang terletak di Pantai Padang Galak, Kesiman Sanur, Denpasar, Jumat (24/1/2020).

Umat Hindu di Bali memperingati Siwaratri melaksanakan pangelukatan (penyucian diri) di pura sebagai rangkaian dari pelaksanaan Brata Siwaratri (berdiam diri/tidak berbicara, berpuasa, dan berjaga/tidak tidur). Hari Siwaratri sekaligus menjadi hari piodalan bagi Pura Campuhan Windhu Segara dengan berbagai rangkaian ritual upacara.

Bacaan Lainnya

Jero Mangku Ketut Maliarsa mengatakan, dalam piodalan diadakan pelepasan satwa sebagai bukti bahwa umat menghormati dan menghargai sesama makhluk hidup.

“Kami mengadakan piodalan dan melakukan pelepasan satwa sebanyak 100 ekor burung perkutut dan merpati serta satwa lainnya, seperti landak, pelepasan penebaran puluhan ikan di Sungai Ayung yang letaknya di sebelah pura,” kata Jero Mangku Ketut Maliarsa kepada patrolipost.com di Pura Campuhan Windhu Segara, Jumat (24/1/2020).

Selain itu, pura yang dikenal dengan pelukatan cengkir sudamala ini memiliki sumber pertemuan air suci, percampuran antara sungai dan laut menjadi sarana alami tradisi melukat.

“Istimewanya adanya pertemuan Sungai Ayung dan laut merupakan kawasan suci sebagai sumber pelukatan,” ujarnya.

Jro Manggu juga menyebutkan bahwa Pura Campuhan Windhu Segara terdiri dari beragam pelinggih sesuai dengan konsep, yakni terdapat pelinggih Ida Betara Baruna, Brahma, Wisnu, Siwa (Tri Murti), Ratu Gede Dalem Ped, Ratu Bagus Padang Galak, Taksu Agung, Gedong Ratu Pantai Selatan, Dewi Gangga, Padmasana, Pemutaran Madara Giri (Pusering Jagat), Siwa Linggam, Ratu Niang Sakti, PrajaPati, daerah taman beji pelukatan ada pelinggih Dewi Kwam Im, Siwa Budha, Rambut Sedana, Panca, Sapta Tirta dan Gedong Siliwangi.

“Pura ini mencakup semua kultur dan aliran kepercayaan. Rabu (22/1/2020) kemarin, yang ikut serta menghias pura, pelinggih dan gedong adalah warga dari Jawa Barat. Karena yang dipuja di sini adalah Dewa yang ada di Gunung Salak, sehingga di sini semua ada dan terdapat gedong Siliwangi,” ungkapnya.

Selain itu, tak banyak yang tahu keunikan tentang Pura Campuhan Windhu Segara ini. Pura ini segala persiapan dalam rangkaian ritual upacaranya tidak mempersembahkan upakara (sesajen) berupa daging.

Jero Mangku Ketut Maliarsa mengatakan, sesuai ajaran Weda bahwa tidak dianjurkan untuk membunuh sesama makluk hidup meskipun digunakan sebagai sarana persembahyangan.

“Upacara tidak menggunakan daging jenis apapun. Persiapan semua disajikan vegetarian, karena kitab Reg Weda mengatakan jangan membunuh apapun,” imbuhnya.

Objek wisata religi ini juga biasa digunakan beberapa orang dan juga wisatawan melakukan tradisi melukat. Selain menyucikan diri, pura yang memiliki letak strategis ini menyuguhkan panorama laut beraroma mistis dengan ombaknya yang galak serta berlokasi di kawasan Taman wisata Bali Festival yang sudah terbengkalai. (cr02)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.