Proyeksi Bank Indonesia, Ekonomi Bali tahun 2022 Bakal Tumbuh di Atas Enam Persen

2022 01 14 20 49 41 420
2022 01 14 20 49 41 420

Silaturahim Industri Perbankan dan Outlook Ekonomi Bali 2022 yang digelar Bank Indonesia Bali.

 

Bacaan Lainnya

GIANYAR | patrolipost.com – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menyelenggaran kegiatan “Silaturahim Industri Perbankan dan Outlook Ekonomi Bali 2022”, Selasa (11/1/2022) di Kebon Vintage, Biaung, Gianyar. Acara dihadiri oleh Wakil Gubernur Bali, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Kepala Ombudsman Bali, Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Provinsi Bali, pimpinan perbankan Bali, serta media.

Wakil Gubernur Provinsi Bali, Prof. Dr. Ir. Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati, M.Si menyampaikan bahwa Bali perlu meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, daya tahan terhadap tekanan ekonomi, serta meningkatkan daya saing.

“Dalam kaitannya dengan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, Bali telah mencapai vaksinasi di atas 100 persen untuk dosis I dan di atas 90 persen untuk dosis II,” sebutnya.

Dari sisi daya tahan terhadap tekanan ekonomi, Bali perlu melakukan diversifikasi sektor ekonomi dengan tidak hanya bertumpu pada industri pariwisata saja. Sementara untuk meningkatkan daya saing, Bali perlu membangun sustainable tourism.

Ia mengimbau para Walikota dan Bupati di Bali perlu melibatkan asosiasi dalam mengeluarkan izin pembangunan hotel guna menyeimbangkan jumlah supply dan demand. Di samping itu, pelaku usaha saat ini tengah terjebak pinjaman-pinjaman yang irasional.

“Oleh karenanya, dukungan perbankan melalui kemudahan pembiayaan dan restrukturisasi kredit bagi pelaku usaha di Bali sangat diperlukan,” katanya lagi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho menyampaikan mobilitas masyarakat hingga Desember 2021 yang menunjukkan perbaikan seiring dengan membaiknya level PPKM. Indikator sektor pariwisata pada triwulan IV 2021 menunjukkan adanya peningkatan jumlah wisatawan nusantara.

“Kinerja konsumsi swasta pada periode yang sama juga mengalami pertumbuhan positif yang tercermin dari peningkatan Survei Konsumen, Survei Perdagangan Eceran, kredit konsumsi, dan konsumsi listrik rumah tangga,” tuturnya.

Berkaca pada data-data tersebut, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan IV 2021 mencapai 2,1-2,9 persen (yoy) dan sepanjang tahun 2021 sebesar -2,2 s.d. -1,4 persen (yoy). Pemulihan ekonomi Bali akan berlanjut di tahun 2022 dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,4-6,2% (yoy). Sementara itu, inflasi diperkirakan juga akan meningkat, namun masih dalam kisaran target 3%  1% (yoy).

Transaksi pembayaran nontunai menggunakan QRIS juga terus mengalami peningkatan. Sampai dengan Oktober 2021, tercatat jumlah transaksi QRIS mencapai 982 ribu transaksi dengan nominal sebesar Rp75 miliar. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 555% (ytd) dari sisi transaksi dan 345% (ytd) dari sisi nominal.

“Ke depan, dukungan perbankan tetap diperlukan untuk mendorong perluasan adopsi QRIS oleh merchant baru di seluruh Kabupaten/Kota di Bali,” imbuh Trisno Nugroho.

Ia menilai dalam jangka pendek, terdapat tantangan berupa kasus Covid-19 dunia dan wisatawan nusantara yang masih terbatas. Dalam jangka panjang, terdapat tantangan berupa ketergantungan tinggi pada sektor pariwisata dan pariwisata Bali yang belum sepenuhnya quality tourism. Oleh karenanya, rekomendasi jangka pendek diberikan untuk fokus kepada wisatawan nusantara, program work from Bali, implementasi CHSE, serta digitalisasi dan on boarding UMKM. Dalam jangka panjang, Bali dinilai perlu melakukan diversifikasi ekonomi dan quality tourism.

Ketua ISEI Provinsi Bali, DR. I Nyoman Mahendra Yasa menyampaikan terdapat tiga dampak besar pandemi Covid-19 pada perekonomian, yaitu konsumsi rumah tangga/daya beli yang jatuh cukup dalam, adanya ketidakpastian yang berkepanjangan, serta seluruh dunia mengalami pelemahan ekonomi.

“Di samping itu, terdapat tiga isu strategis di Bali, yakni rentannya sektor pariwisata, turunnya daya beli masyarakat, serta disparitas antar sektor dan wilayah,” ungkap Mahendra Yasa.

Lebih lanjut dikatakan, pertumbuhan ekonomi Bali yang secara historis selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional, pada tahun 2020 berada di bawah perekonomian nasional. Adanya penambahan tingkat pengangguran di Bali juga salah satunya disebabkan oleh pandemi Covid-19, khususnya dari sektor pariwisata.

Meski demikian, kabar baik datang dari tren Indeks Pembangunan Manusia Bali yang berstatus tinggi (75,50). Oleh karenanya, diperlukan strategi untuk menghadapi pandemi Covid-19, yakni adaptasi kebiasaan baru dalam setiap aktivitas,

“Momentum memperkuat sektor riil dengan prioritas peningkatan inklusivitas dari sisi penawaran, momentum memperkuat daya beli dianggap mampu menciptakan multiplier effect dari sisi permintaan, serta mengurangi disparitas antar sektor dan wilayah (sinergitas dan konektivitas),” tutupnya. (wie)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.