Petani di Ceko Gelar Aksi Protes, Kerahkan Traktor ke Pusat Kota Praha

demo traktor1
Para petani mengemudikan traktor di Praha, Republik Ceko saat melakukan protes terhadap kebijakan pertanian Uni Eropa. (ist)

PRAHA | patrolipost.com – Ratusan petani Ceko mengendarai traktor mereka ke pusat kota Praha, Senin (19/2/2024) sehingga mengganggu lalu lintas di luar Kementerian Pertanian. Para petani Ceko  bergabung dalam protes terhadap tingginya biaya energi, menghambat birokrasi dan Kesepakatan Hijau Uni Eropa.

Melansir reuters, para petani di seluruh Eropa telah turun ke jalan tahun ini, termasuk di Polandia, Prancis, Jerman, Spanyol, dan Italia, untuk melawan harga rendah dan biaya tinggi, impor murah, dan kendala perubahan iklim Uni Eropa.

Para petani Ceko berencana untuk bergabung dalam protes minggu ini, mana traktor memblokir satu jalur jalan utama melalui Praha, uang memperlambat lalu lintas.

Menurut laporan reuters, beberapa ratus pengunjuk rasa yang bersiul dan mencemooh di luar Kementerian Pertanian meneriakkan “Malu” dan “Mundur” dalam komentar yang ditujukan kepada menteri tersebut, namun Menteri Pertanian Ceko tidak menemui penyelenggara protes traktor.

Pemerintah mengatakan penyelenggara tidak ada hubungannya dengan pertanian sebenarnya.

“Demonstrasi hari ini tidak memiliki banyak kesamaan dengan perjuangan untuk kondisi yang lebih baik bagi para petani,” kata Perdana Menteri Petr Fiala di platform media sosial X, seraya menambahkan bahwa beberapa penyelenggaranya pro-Rusia atau memiliki tujuan politik lainnya.

“Kami sedang bernegosiasi dengan mereka yang mewakili petani dan mendiskusikan apa kebutuhan pertanian kami,” kata Fiala.

Kamar Agraria (AK) telah menyerukan protes mereka sendiri untuk bergabung dengan petani Eropa lainnya di penyeberangan perbatasan pada hari Kamis pekan lalu dan tidak ikut protes traktor pada hari Senin.

Keluhan utamanya adalah kebijakan pertanian UE, distorsi pasar, dan rendahnya harga pembelian yang disebabkan oleh surplus di tengah murahnya impor dari luar blok tersebut.

Para petani juga mengeluhkan meningkatnya biaya yang terkait dengan perjuangan UE terhadap perubahan iklim yang dituangkan dalam Kesepakatan Hijau (Green Deal), yang menetapkan peraturan pertanian bagi 27 anggota blok tersebut selama beberapa dekade.

“Petani putus asa dalam situasi tanpa harapan ini dan tidak tahu apa yang bisa mereka harapkan dalam waktu dekat, apalagi masa depan yang akan datang,” kata presiden AK Jan Dolezal pekan lalu.

“Mereka membutuhkan stabilitas dalam lingkungan bisnis,” tandasnya. (pp04)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.