Pengeboman Israel di Gaza Semakin Intensif, Kamp Pengungsi Terkena Dampaknya

kota gaza
Suasana perang yang berlangsung setelah gencatan senjata antara Israel-Hamas. (ist)

GAZA | patrolipost.com –  Pasukan Israel mengebom wilayah luas di Jalur Gaza, menewaskan dan melukai puluhan warga Palestina, pada Minggu (3/12/2023). Pengeboman intensif dari Israel membuat  warga sipil di wilayah yang terkepung mencari perlindungan di wilayah Selatan yang semakin menyusut.

Kamp pengungsi Jabalia di Utara daerah kantong yang dikuasai Hamas termasuk di antara lokasi yang terkena serangan.  Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan beberapa orang tewas akibat serangan udara Israel di sana.

Bacaan Lainnya

Sebuah rekaman video yang beredar setelah serangan tersebut menunjukkan seorang anak laki-laki yang ditutupi debu abu-abu, duduk sambil menangis di tengah reruntuhan semen dan puing-puing bangunan yang runtuh.

“Ayahku syahid (dibunuh),” serunya dengan suara parau.

Seorang gadis dengan kaus merah muda, juga tertutup debu, berdiri di antara tumpukan puing sambil berkata: “Tidak, tidak, tidak.”

Pemboman dari pesawat perang dan artileri juga terkonsentrasi di kota Khan Younis dan Rafah di Selatan Gaza, kata warga, dan rumah sakit berjuang untuk mengatasi aliran korban luka. Belum ada komentar langsung dari Israel mengenai tindakan mereke yang mengebom pemukiman padat tersebut.

Peperangan baru terjadi setelah berakhirnya jeda tujuh hari pada hari Jumat dalam pertempuran antara pasukan Israel dan militan Hamas yang memungkinkan terjadinya pertukaran sandera Israel dan tahanan Palestina.

Kekerasan tersebut terjadi meskipun ada seruan dari Amerika Serikat yang merupakan sekutu terdekat Israel agar Israel menghindari kerugian lebih lanjut terhadap warga sipil Palestina.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, lebih dari 15.523 orang tewas dalam kurun waktu hampir dua bulan peperangan yang terjadi setelah serangan lintas batas Hamas di Israel Selatan pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 warga Israel dan lebih dari 200 orang disandera.

Israel mengatakan mereka bertindak untuk memusnahkan Hamas, dan mengatakan bahwa hal itu merupakan ancaman mematikan bagi keberadaan negara Yahudi itu.  Serangan awal Hamas dan perang berikutnya merupakan episode paling berdarah dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer, berbicara kepada ABC News mengatakan bahwa tekanan militer adalah untuk memaksa Hamas membuat kesepakatan mengenai pertukaran tahanan dan sandera lebih lanjut.

“Dan tekanan militer itu berlanjut pada hari Jumat (setelah gencatan senjata berakhir) dan akan terus berlanjut dalam beberapa hari dan minggu mendatang.”

Penduduk Gaza mengatakan pada hari Minggu (3/12/2023) bahwa mereka khawatir serangan darat Israel di wilayah Selatan akan segera terjadi.  Tank-tank telah memotong jalan antara Khan Younis dan Deir Al-Balah di Gaza tengah, yang secara efektif membagi Jalur Gaza menjadi tiga wilayah.

Militer Israel memerintahkan warga Palestina untuk mengevakuasi beberapa daerah di dalam dan sekitar Khan Younis.  Mereka memasang peta yang menyoroti tempat perlindungan yang harus mereka tuju di sebelah barat Khan Younis dan Selatan menuju Rafah, di perbatasan dengan Mesir.

Namun warga mengatakan bahwa daerah-daerah yang diperintahkan untuk mereka datangi malah diserang. Tank-tank Israel menembaki sektor timur Rafah pada Minggu pagi, kata warga.  Belum ada komentar langsung dari Israel mengenai hal itu.

Hampir tidak ada ruang bagi lebih banyak pengungsi di wilayah Selatan setelah ratusan ribu orang melarikan diri dari invasi darat Israel di wilayah utara wilayah kantong tersebut, kata penduduk.

“Sebelumnya, kami sering bertanya pada diri sendiri apakah kami akan mati atau tidak dalam perang ini, namun dalam dua hari terakhir sejak hari Jumat, kami khawatir ini hanya masalah waktu saja,” kata Maher, ayah tiga anak berusia 37 tahun.

“Saya warga Kota Gaza, lalu kami pindah ke Al-Karara di Jalur Gaza bagian Selatan dan kemarin kami mengungsi ke tempat perlindungan yang lebih dalam di Khan Younis dan hari ini kami mencoba melarikan diri karena pemboman ke Rafah,” ujarnya.

Para pejabat PBB dan warga mengatakan sulit untuk mengindahkan perintah evakuasi Israel karena akses internet yang tidak merata dan tidak adanya pasokan listrik secara teratur.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Sabtu bahwa Israel sedang berkoordinasi dengan AS dan organisasi internasional untuk menentukan daerah aman bagi warga sipil Gaza. (pp04)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.