Pemkab Matim Bekerjasama dengan Pemprov NTT Tuntaskan Stunting

talk show
Kegiatan Talkshow Pemkab Matim dengan Pemprov NTT dalam Menyatukan Persepsi Tuntaskan Stunting. (ist)

BORONG | patrolipost.com – Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur (Matim) samakan persepsi dan satukan langkah dengan pemerintah Provinsi NTT untuk jalankan komitmen tuntaskan stunting. Hal ini disampaikan para narasumber dalam saat Talk Show Radio yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Biro Administrasi Pimpinan yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur melalui Dinas Komunikasi dan Informatika yang digelar di Sentra IKM Rana Tonjong, Kamis (24/3/2022).

Talkshow tersebut mengambil Tema “Kolaborasi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur Dalam Rangka Menurunkan Angka Stunting di Kabupaten Manggarai Timur”.

Bacaan Lainnya

Hadir sebagai Narasumber, Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur yang diwakili Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Iwan M Pelokila, Bupati Manggarai Timur Agas Andreas SH MHum dan Heremias Dupa SKom MSi selaku Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Timur, dengan moderator Penyiar LPPL Radio Kabupaten Manggarai Timur, Hendrikus Gostal Fandi.

Acara Talkshow  dihadiri langsung 10 orang perwakilan tokoh yang ada di Matim. Talkshow disiarkan oleh Radio Manggarai Timur pada gelombang 105,3 Mhz dan live streaming pada Facebook Media Center Manggarai Timur dan Kanal Youtube Manggarai Timur TV.

Dalam kesempatan pertama, Bupati Manggarai Timur mengungkapkan bahwa kasus stunting di Kabupaten Manggarai Timur memang terjadi dan itu pasti ada di desa-desa.

“Ada beberapa desa yang jumlah kasusnya tinggi dan ada beberapa desa dengan jumlah kasus yang rendah. Tentunya hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor demografis, serta sarana dan prasarana kesehatan. Desa yang jumlah kasusnya tinggi itu ditetapkan sebagai Loco Stunting, sehingga bisa diintervensi secara khusus.

“Pada tahun 2019, posisi kasus stunting sebesar 18,7 % lalu turun di tahun 2020 sebesar 16,3 %, lalu pada bulan Agustus tahun 2021 sebesar 13,7 %, dan pada bulan Februari 2022 ini menjadi 11,6 %,” kata Bupati Agas.

Bupati Agas menambahkan, target RPJMD Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2024 itu menjadi 7 %. Bayi yang ditimbang pada bulan Februari tahun 2022 ini mencapai 23.787 bayi, dan yang didapati stunting berjumlah 2.766 bayi (11,6%).

Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur dalam menekan jumlah stunting ini adalah dengan membentuk Tim Pendamping Warga di Kabupaten Manggarai Timur, yang dibentuk bulan Januari tahun 2022. Tim ini terdiri dari bidan, kader kesehatan, dan ada PKK. Tim ini ada di setiap desa.

“Tim ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah yang dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur dalam menekan jumlah stunting. BKKBN dan kepala desa juga diharapkan untuk bisa mengintervensi secara dini keluarga-keluarga baru sehingga bisa dicegah sedini mungkin,” ungkap Bupati.

Selanjutnya pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur, diwakili Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Iwan M Pelokila, mengatakan masalah stunting ini bukan semata-mata urusan Kesehatan. Masalah stunting ini adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang, jika dibandingkan dengan umur, sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO.

Menurut Iwan, banyak faktor multidimensional yang menyebabkan dan mempengaruhi adanya stunting, seperti kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, menderita penyakit infeksi yang berulang, hygiene dan sanitasi buruk, akses pangan, pola asuh anak, ketersediaan air bersih, kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah dan sebagainya.

“Kondisi inilah yang membawa kita pada fakta yang disebut sebagai prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita, dimana indikator ini mengukur persentase anak balita yang tingginya di bawah ketinggian rata-rata penduduk acuan,” jelasnya.

Lebih jauh Iwan Pelokila juga menyampaikan keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap persoalan gizi setiap anggota keluarganya. Peran keluarga sangat diperlukan dalam mendidik dan mengawasi langsung akan asupan gizi yang diberikan kepada anak agar seimbang.

“Mesti diingat bahwa asupan gizi pada anak sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak, karena usia-usia pertumbuhan anak sangat menentukan tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan dan produktifitasnya,” ungkap Iwan Pelokila.

Dalam talk show tersebut, Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Timur Heremias Dupa menyatakan bahwa tren data stunting dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2024 sangat menarik. Menarik karena target RPJMD sudah mendekati target yang telah ditetapkan. Hal ini dimulai dari komitmen dan politik kepemimpinan lima tahun terakhir mulai dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2024, kita melihat pada visi dan misi maka dalam salah satu misinya adalah untuk meningkatkan kualitas manusia dan kualitas kesehatan manusia.

“Jika kita melihat pada angka ini, maka sangat menarik karena kerja keras kita dalam upaya menurunkan angka stunting di Kabupaten Manggarai Timur ini sudah mencapai angka ideal karena target RPJMD sampai tahun 2024 itu berada di angka 7,5%,” jelas Politisi PAN tersebut.

Heremias juga mengungkapkan,  selain faktor kesehatan ada juga faktor non kesehatan, misalnya program rumah layak huni yang dari 56.000, ada 13.000 rumah yang menjadi target dan itu sudah diintervensi dari tahun ke tahun kecuali tahun 2022 karena ada permasalahan Juknis yang datang terlambat karena sudah ada penetapan APBD.

“Sanitasi juga menjadi salah satu faktor non kesehatan selain air bersih dan kota layak anak. Itu semua merupakan komitmen dari visi dan misi Kabupaten Manggarai Timur 2019-2024. Memang kita sedikit gelisah karena ini merupakan peluang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, generasi unggul dan bonus demografi menuju 2045,” jelas Heremias.

Diakhir dari talkshow radio tersebut masing-masing narasumber menyampaikan harapannya dalam upaya penurun angka stunting di Kabupaten Manggarai Timur.

“Stunting itu masalah, oleh karena itu harus dicari akar masalahnya. Karena dia masalah, maka harus ada komitmen bersama lintas sektor, dan juga komitmen bersama lintas generasi. Lalu harus ada kampanye publik juga terkait dengan dampak negatif dari stunting, misalnya akan mempengaruhi pertumbuhan generasi unggul 10 atau 15 tahun kemudian,” tegas Heremias.

Selanjutnya Iwan M Pelokila menyatakan bahwa stunting memang telah menjadi isu sentral karena merupakan refleksi dari masa depan bangsa Indonesia, masa depan Nusa Tenggara Timur khususnya Kabupaten Manggarai Timur.

“Bisa dibayangkan bila saat ini, banyak anak kita yang menderita stunting, maka akan sulit bisa berkompetisi dengan bangsa lain dalam menghadapi dan menjalani era global. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen dan kerja sama kita semua dalam berkolaborasi, dengan bekerja diluar kebiasaan dan bekerja secara luar biasa untuk bisa mengatasi masalah stunting,” ungkapnya.

Bupati Manggarai Timur Agas Andreas, dalam ungkapan akhirnya menyampaikan bahwa kita semua sudah mengetahui bahwa stunting ini adalah sebuah masalah, masalah persepsi.

“Karena persepsi mengarah kepada perilaku. Dari perilaku mengarah kepada sikap, dan dari sikap mengarah kepada tindakan. Dari tindakan mengarah kepada hasil. Untuk itu, kita mesti merubah persepsi ini, cara pandang kita terhadap keluarga baru karena mereka adalah pencipta generasi baru,” tutur Agas. (pp04)

Pos terkait