Pelaku Wisata Nilai Pengelolaan Taman Nasional Komodo Belum Maksimal

kapal wisata
Kapal nelayan di spot wisata Pantai Long Beach, Taman Nasional Komodo. (ist)

LABUAN BAJO | patrolipost.com – Pelaku pariwisata di Labuan Bajo menyoroti kondisi pengelolaan kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT, yang dianggap belum maksimal.

Sorotan ini salah satunya terkait kondisi sarana dan prasarana yang tersedia dalam kawasan yang sangat minim sementara jumlah aktivitas wisata meningkat.

Bacaan Lainnya

Ketua Asosiasi Kapal Wisata (ASKAWI) Kabupaten Manggarai Barat, Ahyar Abadi mengungkapkan, jumlah kunjungan wisatawan di kawasan TNK setiap tahun semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan adanya aktivitas kapal wisata dalam kawasan yang sangat padat, namun tidak diimbangi dengan ketersediaan sarpras yang memadai.

“Artinya dengan kepadatan aktivitas wisata ini maka pemerintah pusat maupun daerah untuk bekerja sama dengan BTNK untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang digunakan oleh wisatawan, misalnya WC di Pulau Padar itu cuma ada tiga,” katanya.

Sementara menurut dia, jumlah kunjungan ke Pulau Padar itu sangat tinggi dan di Pulau Komodo juga ada beberapa. Fasilitas-fasilitas ini juga harus dibangun untuk menunjang aktivitas wisatawan.

Ia juga mengungkapkan, saat ini persediaan mooring di wilayah laut sangat terbatas bahkan satu mooring itu bisa dipakai oleh beberapa kapal.

“Kemudian untuk wilayah laut harus perbanyak persediaan mooring di beberapa tempat wisata atau yang sudah masuk dalam kawasan TNK,” katanya.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies/ASITA) Manggarai Raya Evodius Gonsomer juga menyoroti kondisi bawah laut dalam Kawasan yang tidak diperhatikan.

Dia mengatakan meski tujuan awal penataan TNK adalah untuk konservasi namun lantaran pengelolaan Taman Nasional Komodo tidak dilakukan oleh pihak yang memiliki kompetensi dalam bidang konservasi, hal ini mengakibatkan sejumlah hal penting luput dari pengawasan.

“Bagaimana dia mau buat konservasi kalau tidak punya keahlian di bidang itu, apa yang dia sudah buat, yang ada hanya kawal tamu itu, itu saja. Nah konservasinya kita belum tau mana yang sudah dia lakukan” katanya.

Padahal kawasan TNK kata dia sudah sangat mendesak untuk dilakukan konservasi. Salah satunya yakni perbaikan terumbu karang, karena 95 persen wisatawan asing itu datang untuk diving. Ia menyebut, ASITA telah menerima banyak keluhan wisatawan terkait kondisi terumbu karang yang rusak.

Ia juga pertanyakan apakah Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) sudah melihat kondisi bawah laut seperti apa dan apa yang sudah dia lakukan untuk merehabilitasi terumbu karang yang sudah rusak oleh jangkar kapal maupun pemboman.

Ia juga kritisi hasil kerjasama BTNK dan PT Flobamor yang tidak nampak dalam upaya konservasi kawasan TNK. Ia menyebut belum melihat hasil kerjasama yang nyata dari BTNK dan PT Flobamor terkait konservasi, selain terkait kejadian para Naturalis guide.

“Ini kan apa yang dilakukan oleh TNC (The Nature Conservacy) itu dulu, itu saja belum maksimal karena butuh waktu yang sangat panjang dan biaya yang sangat besar, Flobamora kerjasama dengan BTNK apa yang sudah dilakukan? Kalau memang sudah melakukan sesuatu untuk konservasi itu, coba ditunjukkan,” katanya.

Senada juga disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi NTT, Viktor Pance yang mengungkapkan bahwa secara umum konservasi sudah dikukuhkan secara aturan melalui Undang-undang oleh pemerintah pusat.

Namun dalam pelaksanaan sangat mudah ditemukan beberapa kendala-kendala, seperti ada beberapa kawasan yang sudah dikapling atau dibebaskan dari zona konservasi untuk dijadikan kawasan pengelolaan.

Kondisi ini mengakibatkan ruang gerak penduduk lokal dalam kawasan yang bermata pencaharian sebagai nelayan menjadi sempit.

“Beruntung para nelayan di Pulau Komodo sudah dilatih dan dibina untuk menjadi kader konservasi. Mereka mencari ikan menggunakan pola ramah lingkungan,” tuturnya.

Hingga Juli 2023, jumlah kunjungan ke Taman Nasional Komodo berdasarkan data Balai Taman Nasional Komodo sudah mencapai 122.101 orang. Jumlah ini diharapkan mampu melampaui jumlah kunjungan di tahun 2022 dengan total kunjungan mencapai 182.676 kunjungan baik wisatawan Nusantara maupun Mancanegara.

Menjadi kawasan destinasi favorit para wisatawan, pengelolaan Taman Nasional Komodo diharapkan tetap mengedepankan upaya upaya konservasi alam dan lingkungan yang nyata. Selain habitat Komodo, TN Komodo juga memiliki dunia bawah laut yang terbaik di dunia yang harus dirawat, dijaga serta dilestarikan. (334)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.