Pelaku Usaha Transportasi Tolak Kehadiran Mobil Online di Labuan Bajo

mobil online
Anggota Masyarakat Peduli Transportasi Wisata Labuan Bajo (Militan) foto bersama usai memberikan keterangan pers, Senin (8/4/2024). (afri)

LABUAN BAJO | patrolipost.com – Masyarakat Peduli Transportasi Wisata Labuan Bajo (Militan)  menolak kehadiran transportasi berbasis online di Labuan Bajo.  Penolakan ini didasari pada kekhawatiran akan munculnya berbagai dampak buruk di Labuan Bajo, mulai dari kemacetan, polusi udara, peningkatan angka kriminalitas hingga lonjakan jumlah kendaraan.

Koordinator Militan, John Da Costa menyebutkan Labuan Bajo merupakan kota yang seharusnya tidak menjadi pusat industri transportasi, melainkan lebih layak dijaga sebagai kota wisata yang nyaman dan terjaga keasriannya.

Bacaan Lainnya

John menyebut, para pelaku transportasi di Labuan Bajo tidaklah menolak kemajuan melalui hadirnya sistem digitalisasi namun dalam konteks transportasi, digitalisasi harus mengarah pada pengembangan sistem transportasi yang lebih baik dan berkelanjutan.

Hal ini mencakup pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan operasional transportasi, menyediakan layanan yang lebih terjangkau dan mudah diakses, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat lokal.

“Namun, perlu dicatat bahwa transportasi berbasis online seperti Grab Car bukanlah satu-satunya solusi transportasi digital yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Labuan Bajo,” ungkapnya, Senin (8/4/2024).

Hal yang menjadi pertimbangan lainnya adalah keberadaan layanan transportasi online seperti Grab dalam jangka panjang diperkirakan akan memicu kemacetan yang signifikan dan lonjakan jumlah kendaraan bermotor.

Hal ini kata John akan berpotensi merusak keadaan lalu lintas yang sudah teratur dan mengganggu kenyamanan wisatawan maupun masyarakat lokal.

“Lonjakan jumlah kendaraan bermotor yang akan ditimbulkan oleh layanan transportasi online Grab dapat meningkatkan polusi udara di Labuan Bajo. Dampak buruk dari polusi udara ini akan berpotensi merusak ekosistem dan kesehatan masyarakat setempat,” tuturnya.

Adanya peningkatan aktivitas kendaraan bermotor juga disebutkan dapat berkontribusi terhadap peningkatan tingkat kriminalitas di Labuan Bajo. “Lonjakan jumlah kendaraan membuka peluang bagi kegiatan kriminal seperti pencurian, perampokan, dan tindak kejahatan lainnya,” beber John.

“Dalam situasi kemacetan, tingkat stres yang dialami oleh penduduk dan pengunjung Labuan Bajo akan meningkat. Hal ini akan mengurangi kualitas pengalaman wisata dan menciptakan dampak negatif terhadap kesejahteraan psikologis masyarakat,” lanjutnya.

Infrastruktur transportasi di Labuan Bajo menurut pelaku usaha transportasi masih belum memadai untuk menangani lonjakan jumlah kendaraan bermotor. Kondisi jalan yang sempit dan minimnya fasilitas parkir akan semakin diperparah dengan kehadiran layanan transportasi online Grab dan sejenisnya.

“Dengan demikian, digitalisasi transportasi di Labuan Bajo harus bertujuan untuk memberikan solusi yang holistik dan sesuai dengan kebutuhan lokal, sambil memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat,” sebutnya.

Militan juga menanggapi pernyataan Bupati Manggarai Barat dr Yulianus Weng yang menyebutkan banyak wisatawan yang tak nyaman dengan layanan transportasi di destinasi wisata Labuan Bajo.

“Banyak tamu yang merasa kurang nyaman dengan jasa transportasi yang saat ini tersedia,” kata dr Weng saat mengikuti Forum Diskusi dan Kolaborasi akselerasi digitalisasi layanan/ produk pariwisata yang diselenggarakan oleh bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan kegiatan Kemenparekraf di Labuan Bajo belum lama ini.

Militan menyebutkan mereka memiliki pandangan yang berbeda terkait pernyataan yang disampaikan oleh Wakil Bupati Manggarai Barat. Pelaku Transportasi di Labuan Bajo selama ini disebutkan telah  berkomitmen untuk memberikan layanan  transportasi yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan serta kenyamanan para wisatawan yang  mengunjungi Labuan Bajo.

Komitmen mereka dibuktikan melalui peningkatkan kualitas layanan melalui pemeliharaan kendaraan, pelatihan kepada pengemudi, serta investasi dalam teknologi dan sistem manajemen yang lebih baik.

Komitmen ini pun menjadi bagian dari pemahaman akan betapa pentingnya peran transportasi yang nyaman dan aman dalam mempengaruhi pengalaman wisatawan  selama berlibur di Labuan Bajo. Selain itu, untuk menciptakan layanan wisata yang aman dan nyaman, para pelaku usaha transportasi terbuka dalam menerima berbagai kritikan membangun.

“Kami secara rutin mendapatkan umpan balik dari para pelanggan kami, baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara, dan berupaya secara aktif untuk memperbaiki layanan kami berdasarkan masukan yang diberikan. Namun, kami juga menyadari bahwa tidak semua wisatawan mungkin memiliki pengalaman yang sama, dan kami selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun untuk terus meningkatkan kualitas layanan kami,” sebut Jhon.

Adapun Forum Diskusi dan Kolaborasi akselerasi digitalisasi layanan/ produk pariwisata yang diselenggarakan oleh bidang Produk wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenparekraf disebut menjadi awal mula rencana masuknya transportasi online Grab di Labuan Bajo.

Hadirnya transportasi online Grab Car ini sendiri tidak mendapatkan respons positif dari para anggota Militan. Mereka menganggap penerapan tarif yang disediakan justru mengurangi pendapatan para pelaku transportasi.

“Contoh Saya punya mobil, biaya operasional perhari saya start biaya bensin 50 ribu, kemudian ke bandara dapat tamu 60 ribu. Dipotong biaya parkir 7.000, sisanya masih ada sedikit yang saya peroleh, sementara kalau Grab dia turunkan harga Rp 40.000 kemudian potongan ke grab 20 persen, 8 ribu, belum lagi parkir, biaya operasional untuk beli BBM itu 50, jadi kami dapat minus kalau pakai Grab. Itu dasarnya. Jadi jika kami ikut aplikasi Grab kami tidak mendapatkan sesuatu,” sebut John Apong, salah satu anggota Militan.

Alih alih menghadirkan transportasi online, Militan justru meminta para pemangku kebijakan untuk lebih berfokus dalam membenahi ketersediaan sarana dan prasarana transportasi umum di kota Labuan Bajo.

“yang selalu dikatakan orang orang yang punya kebijakan ataupun punya kepentingan dengan Grab, mereka selalu berdalih ini untuk kepentingan masyarakat dan kepentingan wisatawan. Sebenarnya yang harus dibenahi adalah sisi transportasi umum, jangan kita langsung melangkah jauh dengan transportasi online sementara sarana pendukung belum memadai,” sebut John Da Costa. (334)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.