Mitos Kemunculan Ikan Oarfish Tanda akan Terjadi Gempa dan Tsunami, LIPI Berikan Penjelasan

Kemunculan ikan oarfish ke permukaan laut hingga sampai ke pantai sering dikaitkan dengan tanda akan terjadinya gempa dan tsunami. (ist)

JAKARTA | patrolipost.com – Saat ini beberapa wilayah Indonesia tengah dibuat cemas dengan adanya peringatan terkait tsunami yang kemungkinan akan terjadi dalam waktu dekat.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun terus mengkampanyekan upaya penyelamatan diri dalam media sosialnya terkait masalah tsunami.

Baru-baru ini juga telah membahas mitos tentang penemuan ikan oarfish yang kerap dikaitan dengan bakal terjadinya gempa besar dan tsunami. Namun anggapan terkait kemunculan ikan oarfish yang dijadikan tanda akan terjadinya gempa dan tsunami itu sempat dibantah

Bantahan ini disampaikan oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono. Menurutnya munculnya ikan oarfish ke permukaan bukanlah pertanda gempa besar dan tsunami.

Diketahui, oarfish merupakan biota laut yang tinggal di laut dalam. Sebagaimana diberitakan Galamedia.com sebelumnya dalam artikel “Disebut Akurat Jadi Pertanda Datangnya Gempa dan Tsunami, Ikan Ini Naik ke Permukaan untuk Mati”, terkait kemunculan ikan ini, Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Selvia Oktaviyani membenarkan bahwa oarfish tergolong ikan yang tinggal di laut dalam.

“Jenis oarfish memang merupakan jenis ikan yang hidup hingga ribuan meter, tetapi terkadang juga muncul ke permukaan,” ujar Selvia.

Menurutnya, perilaku ikan oarfish yang muncul ke permukaan karena merasakan perubahan di tempat hidup atau habitatnya. Tak hanya itu, naiknya ikan oarfish juga diduga merupakan kebiasaan hidupnya.

Selvia menyampaikan bahwa ikan oarfish memiliki kebiasaan hidup dengan cara membunuh dirinya sendiri dengan cara naik ke permukaan.

“Berdasarkan informasi yang saya baca, jenis ini memiliki kebiaaan hidup dengan cara membunuh dirinya sendiri saat telah dewasa dengan cara naik ke atas permukaan, bahkan terbawa hingga ke pantai,” ujar Selvia.

Menilik kabar bahwa adanya ikan oarfish di permukaan laut, Selvia mengungkapkan, butuh kajian khusus untuk membuktikan jika kemunculannya dikaitkan dengan gempa atau tsunami.

Sementara, Selvia mengatakan bahwa ikan oarfish masuk dalam Famili Regalecidae. Dalam famili ini, ada tiga jenis antara lain Regalecus glesne, Regalecus russelii, dan Agrostichthys parkeri. Dari ketiga jenis tersebut, ada masing-masing perbedaan berdasarkan habitatnya dan karakter meristik.

“Perbedaannya dari ketiganya bisa dilihat dari karakter meristik, misal jumlah duri lemah sirip punggung, ada tidaknya duri keras di sirip punggung, warna, dan lainnya,” ujar Selvia. Untuk habitat persebarannya juga disampaikan oleh Selvia. Regalecus glesne, habitat penyebarannya luas. Regalecus russelii, habitat penyebarannya di Samudera Pasifik (Jepang, AS, Meksiko), di Samudera Hindia.

Agrostichthys parkeri, habitat penyebarannya di selatan Australia, New Zealand, dan Argentina. Adapun Selvia mengungkapkan, untuk penyebaran Regalecus russelii tidak sebanyak populasi Regalecus glesne di Samudera Hindia. Sementara, untuk jenis Agrostichthys parkeri dikategorikan sebagai jenis yang langka atau jarang ditemukan.

“Agrostichthys parkeri jenis yang jarang (rare species), hidupnya di daerah temprate,” ujar Selvia.

Tidak Berbahaya
Meski memiliki kebiasaan muncul ke permukaan dalam kondisi sedang sekarat atau ingin membunuh dirinya, oarfish bukan termasuk ikan yang berbahaya.

“Sejauh ini tidak ada laporan jenis ini membahayakan, artinya tidak menyebabkan kerusakan atau membahayakan manusia,” ujar Selvia.

Karena tergolong ikan laut dalam, oarfish mempunyai keunikan tersendiri, yakni ia dapat hidup dalam suhu yang sangat dingin. Oleh karena itu, ikan ini mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan ekstrem.

Umumnya, ikan laut dalam memiliki ciri fisiologi tubuh yang unik. Misalnya, ikan sungut ganda atau Melanocetus johnsonii yang mempunyai antena yang dapat digerak-gerakan sebagai umpan untuk menarik perhatian mangsa. Sementara untuk Regalecus russelii disebutkan memiliki adaptasi unik berupa mengamputasi bagian belakang tubuhnya. (305/prc)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.