Meski Tes Negatif, Pemudik Harus Putar Balik, Kapolsek: Ada yang Menyelundupkan 5 Pekerja

Kapolsek Tenggilis, Mejoyo Kompol Kristiyan Beorbel Martino
Sejumlah anggota gabungan dari Pemerintah Kota Surabaya melakukan pemeriksaan identitas saat PSBB hari pertama di perbatasan Sidoarjo menuju Surabaya. (jpc)

SURABAYA | patrolipost.com – Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan sejak Selasa (28/4). Setiap hari tim gabungan dari forum koordinasi pimpinan kecamatan (forpincam) bersama dishub mengadakan razia di beberapa kawasan pintu masuk Surabaya. Petugas membawa pemudik ke rumah sakit rujukan untuk melakukan rapid test atau uji cepat.

Seperti saat pemeriksaan kemarin, sebanyak 20 pemudik dari Jawa Tengah terjaring di pintu masuk Rungkut Menanggal. Pemudik yang hendak pulang kampung ke Madura itu melanggar ketentuan. Misalnya, melebihi kapasitas muatan kendaraan saat PSBB dan larangan mudik. Mereka menggunakan tiga mobil. Mereka berasal dari Pemalang, Pekalongan, dan Tegal. ”Sama petugas disuruh turun dan diperiksa,” ucap Kasi Trantib Kecamatan Rungkut Sujari.

Dalam pemeriksaan ada tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Jatim yang ikut berjaga. Sebanyak 20 orang itu pun langsung dirujuk ke rumah sakit untuk melakukan rapid test. ”Langsung dicek kondisinya,” kata Sujari.

Hasil 20 orang itu negatif. Meski demikian, mereka tidak diizinkan untuk melanjutkan perjalanan mudik. Petugas pun meminta mereka untuk menyewa beberapa mobil lagi agar kapasitas kendaraan lebih longgar. ”Disuruh balik ke kota asal mereka,” ujarnya.

Kapolsek Tenggilis Mejoyo Kompol Kristiyan Beorbel Martino menambahkan, selama lima hari penerapan PSBB, ada 18 orang yang hendak mudik ke Surabaya, tapi disuruh putar balik. ”Selain tidak boleh mudik dulu, mereka tidak mengenakan protokol pencegahan yang ditetapkan,” katanya, Senin (4/5).

Antara lain, 5 orang tidak memakai masker, 10 orang tidak memakai sarung tangan, serta sisanya pengendara mobil yang membawa muatan berlebih. ”Mereka berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur. Antara lain, Jombang, Bojonegoro, Kediri, Sidoarjo, Tulungagung, Nganjuk, Sampang, dan Lamongan,” ungkapnya. Hanya dua orang yang berasal dari Jawa Tengah.

Saat dicegat petugas, mereka berdalih tidak punya pilihan selain harus pulang kampung. Sebab, tempat bekerja tutup, penghasilan mereka semakin menipis. ”Dari beberapa penumpang, ada anak kecil juga. Ini kan berbahaya bagi keselamatannya,” kata Kristiyan.

Selain disuruh putar balik, mereka dimintai tanda tangan surat pernyataan untuk tidak melakukan hal serupa. ”Sebelumnya kan ada yang menyelundupkan lima orang pekerja dari Malang. Kami tindak tegas. Pengemudi kami mintai surat-surat, lalu kami suruh putar balik juga,” ucap Kapolsek.(305/jpc)

Pos terkait