Marak Perburuan Satwa, KLHK Tambah Armada Patroli Laut

Kapal Patroli Gakkum Komodo 1, saat diresmikan di Pelabuhan Labuan Bajo, Kamis (19/12/2019).

LABUAN BAJO | patrolipost.com – Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Gakkum KLHK) resmi membuka Kantor Pos Gakkum serta sarana prasarana pendukung kegiatan operasional berupa pengoperasian speedboat Gakkum Komodo 1 dan Kapal Badak Laut 1 di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Kamis (19/12/2019).

Keberadaan Pos Gakkum serta sarana pendukungnya di Labuan Bajo ini sebagai salah satu upaya Dirjen Penegakan Hukum KLHK untuk mendukung keberadaan Taman Nasional Komodo dari berbagai ancaman dan gangguan ekosistem, baik yang ada di darat maupun di laut.

Bacaan Lainnya

Hal ini juga bertujuan untuk mengawasi wilayah perairan di Kabupaten Manggarai Barat, termasuk mencegah terjadinya perburuan satwa liar yang dilindungi negara.

Di Pulau Komodo dan Rinca, keberadaan Satwa Satwa liar seperti rusa, kerbau serta babi hutan, yang selama ini menjadi makanan utama binatang komodo, semakin berkurang. Maraknya perburuan liar dan penyelundupan satwa yang seharusnya dilindungi ini ke luar daerah menjadi alasan utama.

Direktur Jenderal Penegakan Hukum KLHK, Rasio Ridho Dani, pada saat meresmikan operasional Pos Gakkum Labuan Bajo mengatakan, keberadaan Pos Gakkum dan sarana pendukungnya adalah upaya pemerintah dalam mendukung dan menjaga pelestarian Taman Nasional Komodo dari berbagai ancaman perusakan ekosistem kawasan.

“Dari beberapa hasil yang kami lakukan, Kami melihat masih ada ancaman terhadap kawasan konservasi, khususnya Taman Nasional Komodo, berkaitan dengan perburuan satwa, khususnya rusa.  Untuk itu, kami akan lebih intensif dalam melakukan patroli pengamanan di kawasan TNK ini. Bersama Balai Taman Nasional Komodo Serta Pemda Kabupaten Manggarai Barat, kami akan mengintensifkan patroli di kawasan ini untuk mengurangi peluang terjadinya tindak kejahatan yang berkaitan dengan satwa yang kita lindungi, baik itu yang ada di darat maupun di laut,” jelasnya.

“Tentu upaya yang kami lakukan ini adalah untuk meningkatkan pengamanan kawasan dan kami akan lakukan penegakan hukum secara tegas kepada para pelaku kejahatan ini,” sambungnya.

Sejak 4 tahun dibentuk, Dirjen Gakkum KLHK, hampir 1.200 operasi patroli yang telah dilakukan dengan tujuan untuk mengamankan kawasan konservasi di Indonesia, dan telah menangani hampir 800 kasus tindak pidana maupun perbuatan melawan hukum berkaitan dengan kejahatan lingkungan hidup dan kehutanan.

Kapal Patroli (Badak Laut 1) juga berfungsi sebagai Pos Gakkum yang ada di pantai, didukung oleh kapal patroli operasi lainnya, yakni Komodo 1, sehinggah dinilai akan lebih dekat  ke sasaran pengamanan yang dilakukan efektif dalam mencegah terjadinya kejahatan di wilayah perairan kawasan TNK dan wilayah pesisir Labuan Bajo sekitarnya. Selain itu, petugas Patroli Gakkum juga akan dilengkapi dengan penggunaan senjata laras pendek maupun panjang.

Sementara itu, Wakil Bupati Manggarai Barat Drh Maria Geong mengapresiasi kehadiran Armada Patroli Laut milik Kementerian KLHK dalam mengawasi dan mencegah terjadinya kejahatan di sekitar perairan TNK.

“Tentu saja, kami pemerintah daerah sangat menghargai kehadiran kapal kapal patroli ini. Kita tau wilayah ini sangat luas dan terdiri dari pulau-pulau. Tentu saja untuk menjaga keamanan di atas laut. Kemampuan pemerintah daerah sangat terbatas, selama ini banyak terjadi kekerasan kepada satwa. Untuk itu, kehadiran kapal dan Pos Patroli ini, serta penambahan petugas yang berjaga di laut ini dapat menumbuhkan rasa takut bagi individu yang memiliki niat buruk atau  melakukan tindakan extraordinary crime di wilayah TNK,” ungkap Maria.

Selain itu, Maria Geong juga menekankan pentingnya menjaga keberlangsungan hidup dari Spesies Varanus Komodoensis yang ada di Pulau Komodo.

“Tidak ada cara lain selain memberikan upaya-upaya pencegahan agar hewan ini tetap hidup dan tetap eksis,” tutur Maria.

Kawasan Taman Nasional Komodo mulai dikenal luas di lapangan biologis dunia tahun 1911 setelah dilaporkan oleh JKH Van Steyn kepada Peter Ouwens, kurator museum zoologi Bogor pada saat itu. Karena keunikannya, maka pada tahun 1986, kawasan ini menjadi salah satu World Heritage Site dan Man and Biosphere Reserve yang ditetapkan oleh Unesco. (334)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.