Lukisan Perupa Budi Asih Cheerful World Menyikapi Realitas Hidup sebagai Bentuk Dunia Ceria

pameran budi asih
Pengunjung yang sedang melihat Lukisan karya Perupa Budi Asih. (ist)

DENPASAR | patrolipost.com – Salah satu perupa perempuan bernama Budi Asih, kali ini menggelar pameran seni rupa bertajuk Cheerful World di Galeri Art Exchange Sanur, Sabtu (19/11/2022). Lukisan Asih pada pameran ini menampilkan karya-karyanya yang memiliki energi kreatif serta ekspresi bebas yang biasa terlihat pada gambar buatan anak-anak. Tidak hanya itu, karya lukisannya juga menginspirasikan suatu daya hidup untuk menyikapi realitas dengan segala suka dan dukanya sebagai sebentuk dunia ceria.

Budi Asih mengatakan, karya-karyanya terinspirasi dari keragaman alam. Sehingga menghadirkan karya visual segar, spontan, ringan, dan imajinatif, tetapi juga menghadirkan keajaiban desain yang rinci, bahkan sering kali canggih dan rumit. Dengan beragam pilihan warna-warni, pihaknya ingin menghadirkan energi semangat bagi penikmat karyanya. Dimana, Asih mengolah mekanisme intuitif yang kuat untuk menstrukturkan kelabilan jiwa autistik kanak-kanaknya ke dalam pola-pola kesadaran ruang. Ini juga juga menampilkan imajinasi serta jiwa sifat anak-anak yang jujur dan memiliki kepolosan murni.

Bacaan Lainnya

“Berkarya itu tidak seperti kelihatannya yang terlihat mudah, namun berkarya itu seperti sebuah tantangan. Saya juga melewati beberapa proses kesulitan-kesulitan dalam menghasilkan karya Cheerful World ini,” kata Budi Asih.

Dirinya mengaku sadar mendasarkan gerak kreatifnya pada dunia kanak-kanak. Dimana segenap kualitas yang identik dengan dunia kanak-kanak seperti kebebasan imajinasi, fantasi, dan spontanitas, sangat penting baginya.

Lebih lanjut dijelaskan, harmoni manusia dengan alam dan harmoni manusia dengan sesama merupakan tema yang digarapnya dalam karya-karyanya tersebut. Citraan alam seperti pohon, bunga, dan hamparan sawah banyak mengisi bidang lukisan bersama figur-figur berciri kartun, citraan alam banyak digunakan untuk mengungkapkan kepedulian kuatnya terhadap isu lingkungan.

“Dalam karya “Air” contohnya ini menceritakan tentang air sebagai sumber kehidupan. Urgensi masalah air di tengah ancaman krisis ekologi global dalam kehidupan kontemporer disimbolkan dengan citra gembor atau ceret penyiram tanaman yang ada pada lukisan,” tuturnya.

Pihaknya mengungkapkan karyanya tersebut menjelajahi hubungan manusia dengan sesama, makhluk lain maupun alam. Dalam karya lukis “kesetimbangan”, Asih menyoroti ketidakharmonisan hubungan dengan cara halus dan elegan.

Pihaknya juga melontarkan kritik terhadap perilaku eksploitasi manusia yang mengobjekkan pihak lain, termasuk alam. Dalam karya lukis “Catatan Harian”, Asih mengungkapkan renungannya tentang anak yang diharapkan akan menjadi berkah bagi semesta. Pada gerak kreatif tersebut, Asih mengorientasi terhadap spirit naif dunia kanak-kanak lebih berfungsi sebagai kacamata untuk menangkap dan menghayati realitas secara berbeda.

Tentunya melalui sudut pandang unik terhadap realitas, pihaknya menggali metafora-metafora baru yang dapat memperkaya dan mempertajam wawasan terhadap realitas.

“Karya ini mengingatkan kita kepada alam mulai dari pohon, air dan nuansa alam melalui dunia citra khas ciptaan anak-anak dengan citra kualitas datar menguasai ruang lukisan,” sebutnya.

Meskipun secara visual, karya-karyanya terlihat nampak tidak ada ilusi kedalaman ruang 3 dimensional dan tidak ada perspektif. Bahkan figur-figur dikonstruksikan secara sederhana, meskipun ornamentasinya sering sangat mendetail. Warna-warni lukisannya cerah dan meriah serta suasananya yang dalam selalu terasa riuh, ringan, dan riang, meruapkan atmosfir pesta. Namun karya Asih justru diresapi gaya seni rupa yang disebut art brut.

Seniman Besar Prancis Jean Dubuffet menyebutkan bahwa art brut mencakup gambar ciptaan anak-anak seperti Dubuffet. Menurutnya, Asih berhasil menciptakan seni dengan aspirasi mendalam terhadap hal-ihwal yang banal dalam kehidupan sehari-hari. Karya seni ciptaan Asih mengolah kebanalan eksistensi manusia dan dunia.

“Asih menggubah “puisi visual” penuh makna dengan menyublimasi pengalaman hidup sehari-hari yang terasa remeh-temeh. Sebagaimana Dubuffet, Asih menyelami kebanalan realitas untuk mencari puisinya yang tersembunyi dan menggelar perayaan yang kaya dan sublim dalam lukisan,”  sebutnya.

Sementara Direktur Art Xchange Gallery, Benny Oentoro menerangkan sikap estetis dalam karya lukis Asih tampak berbeda dengan dubuffet yang mencurigai segala bentuk kesempurnaan. Penggarapan lukisan yang rinci dan telaten menunjukkan keyakinan bahwa seni rupa tetap harus menjunjung tinggi kesempurnaan visual.

“Kendati diilhami dunia kanak-kanak yang naif, karya Asih sesungguhnya sama sekali tidak naif. Dunia citra yang meriah dan penuh warna dalam karyanya dibangun dengan penggarapan yang cermat dan canggih. Kesederhanaan atau kenaifan bentuk kerap berkembang menjadi konstruksi rumit oleh berbagai teknik stilisasi, ketelatenan dan keasyikan untuk menghias bidang,” imbuhnya.

Benny Oentoro menilai Asih tidak melampiaskan begitu saja energi spontan dan watak obsesif autistik yang khas kanak-kanak. Melainkan melalui disiplin dan kontrol justru mampu mengolahnya untuk mencapai kesempurnaan ekspresi yang paripurna. Meskipun mengetengahkan citra yang terkesan banal dan jenaka, namun karya Asih mengusung makna filosofis yang sama sekali tidak banal.

“Setiap gambar di dalam lukisannya tidak jarang membawa muatan pemikiran yang sungguh serius. Dalam karyanya yang terkesan enteng dan penuh main-main, Asih justru antusias mengangkat isu-isu sosial dan budaya kontemporer yang serius dan punya konsekuensi luas dan mendalam pada kehidupan manusia,” kata Benny.

Selain itu, pihaknya menekankan karya lukis ini menginspirasikan suatu daya hidup untuk menyikapi realitas dengan segala suka dan dukanya sebagai sebentuk dunia ceria dan dunia yang diterima dengan sikap positif terhadap hidup.

“Di tengah situasi hari-hari ini yang terasa menyesakkan dada akibat pandemi, perang, bencana alam, dan berbagai krisis global, dunia ceria dalam lukisan Asih terasa meniupkan udara segar. Karyanya mengumandangkan semangat optimisme yang mesti kita jaga dalam mengarungi kehidupan yang dihantui kecemasan, ketidakpastian, dan kekalutan,” tandasnya. (030)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.