Kuasa Hukum Akui 4 Senior Ponpes Al Hanifiyyah Kediri Memukul Bintang Balqis Maulana

ponpes 222aaaaa
Ilustrasi profil Ponpes Al Hanifiyyah, tempat Bintang Balqis Maulana (14) tewas dianiaya oleh empat orang seniornya. (ist)

KEDIRI | patrolipost.com – Motif penganiayaan yang menyebabkan Bintang Balqis Maulana (14), santri asal Banyuwangi tewas di Pondok Pesantren Tartilul Quran (PPTQ) Al Hanifiyah Kediri, Jawa Timur akhirnya terungkap. Begini pengakuan empat senior yang kini menjadi tersangka.

Diketahui, dalam kasus ini, polisi telah menetapkan 4 kakak kelas korban sebagai tersangka. Keempatnya berinisial MN (18) asal Sidorjo, MA (18) asal Nganjuk, AF (16) asal Denpasar, dan AK (17) asal Surabaya.

Kepada kuasa hukumnya, para pelaku mengaku memukul Bintang karena jengkel. Sebab, Bintang susah dinasihati, terutama soal kewajiban salat berjamaah.

Kuasa hukum keempat pelaku, Rini Puspitasari menjelaskan, para pelaku merasa frustasi karena Bintang sulit untuk diajak komunikasi, terutama dalam hal ketaatan beragama.

Para pelaku dan korban ini tinggal dalam satu kamar di pondok pesantren yang diasuh oleh Gus Fatihunnada alias Gus Fatih. Awalnya, pelaku mengetahui bahwa Bintang tidak melaksanakan ibadah wajib salat 5 waktu. Akhirnya, para pelaku mencoba menasihati, namun tidak direspons dengan baik.

“Ini berdasarkan keterangan anak-anak mengakui memukul dan tidak niat biar Bintang sampai gimana. Itu benar-benar emosi sesaat, karena Bintang diomongi tidak manut,” kata Rini Puspitasari membela para pelaku, Rabu (28/2/2024).

Rini juga menambahkan, korban baru saja sembuh dari sakitnya. Sehingga, ia tidak bersekolah dan hanya di kamar saja.

“Bintang itu baru sembuh dari sakit. Kemudian beberapa hari tidak sekolah dan tidak salat jemaah. Mereka ini kan satu kamar. Awalnya itu yang dapat info itu AK dan AF sepupunya. Kemudian menegur si Bintang. Ditanyai, kamu kenapa tidak salat? Bintang jawabnya itu tidak nyambung. Kejadian ini pada Rabu (21/2),” imbuh Rini.

Lalu pada Kamis (22/2), para pelaku mendapatkan informasi bahwa Bintang kembali tidak ikut salat berjemaah lagi. Para pelaku akhirnya memerintahkan Bintang untuk salat, namun Bintang memilih mandi dulu.

Saat itulah kondisi semakin memanas. Ketika Bintang keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang, para pelaku menganggap Bintang sedang menantang mereka.

“Keluar dari kamar mandi Bintang itu telanjang. Kemudian oleh salah satu pelaku dirangkul dan dibawa ke kamar. Kemudian diomongi lagi dan Bintang jawabannya tidak nyambung. Iya-iya gitu tok, tapi tidak dilaksanakan. Terus sempat melotot, akhirnya dipukul lagi,” ucap Rini.

Pada hari Kamis (22/2) malam, pelaku sempat mengobati luka-luka korban akibat pemukulan. Mereka juga sempat berniat untuk membawa korban ke rumah sakit. Tetapi tidak jadi.

“Pada Jumat (22/2) jam 03.00 WIB si AF (sepupu korban) dibangunin. Diomongin, kok bintang tambah pucat. Lalu dibawa ke rumah sakit. Terus di rumah sakit ternyata kan meninggal,” ungkapnya.

Mengetahui Bintang meninggal dunia di Rumah Sakit Arga Husada Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, AF kembali ke pondok. Dia melapor ke pengasuh PPTQ Al-Hanifiyyah Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Gus Fatih.

“Kemudian, jenazahnya dibawa ke pondok, lalu dimandikan dan dikafani dibawa ke Banyuwangi hari Jumat setelah salat Jumatan. Hingga akhirnya seperti ini,” jelas Rini.

Sebagai seorang penasihat hukum yang terbiasa menangani kasus anak, Rini menjelaskan bahwa pada saat di Banyuwangi, AF sempat ditanya oleh ibu korban dan dia berbicara apa adanya. Dia mengaku telah memukuli sepupunya tersebut.

Rini berjanji akan berusaha mendampingi para pelaku dengan sebaik-baiknya agar hak-hak mereka sebagai anak yang bermasalah dengan hukum bisa terpenuhi. Di antaranya, mendampingi sejak dari proses penyidikan di Polres Kediri Kota.

Sementara itu, Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji sempat membeberkan motif penganiayaan Bintang. Penganiayaan santri asal Banyuwangi itu diduga karena adanya kesalahpahaman.

“Motif diduga karena kesalahpahaman antara anak-anak pelajar. Jadi antara mereka mungkin ada salah paham kemudian terjadi penganiayaan yang dilakukan berulang-ulang,” ungkap Bramastyo Priaji kepada wartawan, Senin (26/2/2024).

Sayangnya, Bramastyo masih enggan menjelaskan kesalahpahaman seperti apa yang membuat korban dianiaya. Meski telah menetapkan olah TKP hingga penetapan 4 tersangka, pihaknya akan tetap berkoordinasi dengan pihak rumah sakit di Banyuwangi. Ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana para tersangka menganiaya korban.

Sebelumnya, santri bernama Bintang Balqis Maulana asal Banyuwangi meninggal usai dianiaya di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri. Korban meninggal pada Jumat (23/2) siang.

Kasus ini terkuak ke publik setelah video kemarahan keluarga korban kepada pria yang mengantarkan jenazah Bintang, viral. Di video itu, tampak darah masih berceceran dari kain kafan korban. Video tersebut beredar di media sosial hingga grup WhatsApp.

Sebelum meninggal, Bintang juga sempat mengirim pesan kepada keluarganya di Afdeling Kampunganyar, Dusun Kendenglembu, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi melalui WhatsApp (WA). Pesan itu berisi permintaannya untuk dipulangkan dari pondok yang berada di Kecamatan Mojo, Kota Kediri. Bintang mengaku sudah tidak kuat berada di sana.

Dalam pesannya kepada keluarga, Bintang sempat mengaku ketakutan. Namun, dia tidak menjelaskan apa yang membuatnya takut.

“Cpet sini. Aku takut maaa. Maaa tolonggh. Sini cpettt jemput,” ujar Bintang dalam pesan WhatsApp.

Keluarga tak menduga ternyata itu adalah pesan terakhir dari Bintang. Pada Sabtu (24/2), Bintang benar-benar pulang. Akan tetapi, ia pulang dalam keadaan kaku tak bernyawa. Kepulangan Bintang menyisakan kesedihan mendalam bagi keluarga. (305/dtc)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.