Ketua DPR Puan Maharani Pakai Kain Gringsing Bali, Ini Makna Istimewa di Baliknya

Ketua DPR RI Puan Maharani mengenakan baju kurung berselempang kain tenun gringsing Bali saat membacakan pidato Hari Lahir Pancasila. (ist)

JAKARTA | patrolipost.com – Ketua DPR RI Puan Maharani membacakan pidato Hari Lahir Pancasila dalam balutan baju kurung berselempang kain tenun gringsing Bali. Tidak banyak yang tahu, bahwa kain gringsing yang dikenakan Puan mempunyai warisan sejarah dan makna yang besar.

Kain gringsing adalah kain tenun tradisional Indonesia yang berasal dari Desa Tenganan, Bali. Kain ini menjadi istimewa karena menjadi satu-satunya yang dibuat dengan teknik dobel ikat. Teknik penenunan yang menggunakan tangan dan tanpa bantuan mesin dari awal sampai akhir pembuatannya. Tak jarang, proses pembuatan kain gringsing bisa memakan waktu dua sampai lima tahun.

Kain gringsing juga punya arti yang spesial. Ia berasal dari kata gring yang berarti sakit dan sing yang berarti tidak. Digabungkan gringsing diartikan sebagai tidak sakit. Kain ini dipercaya menjadi pelindung, yang sering kali dipakai oleh masyarakat Bali pada upacara pernikahan atau upacara keagamaan lainnya.

Kain gringsing dibuat dari benang yang berasal dari kapuk berbiji satu asal Nusa Penida. Setelah dipintal tangan, benang akan direndam dalam minyak kemiri supaya kuat dan lembut. Kemirinya pun diwajibkan, menurut aturan adat, buah kemiri matang yang jatuh langsung dari pohonnya agar mendapatkan kualitas terbaik.

Kain gringsing memiliki beragam motif yang memiliki artinya masing-masing. Mulanya, ada 20 motif kain gringsing, tetapi hingga 2010, hanya ada 14 motif kain yang masih dikerjakan penenunannya.

Keindahan kain gringsing Bali ini terkenal hingga kancah internasional. Motif -motif kuno kain gringsing juga tersimpan di museum-museum di Eropa, seperti Museum Basel, Swiss. Pada tahun 1972, kelompok peneliti dari Museum Fur Volkerkunde, Basel, membawa foto-foto kain gringsing yang sebagian sudah tidak ditemukan lagi di Desa Tenganan. Foto-foto tersebut dipelajari dan dibuat kembali oleh masyarakat Tenganan untuk melestarikan motif-motif kuno kain gringsing.

Mengenakan kain gringsing pada Hari Lahir Pancasila dapat menjadi doa pengantar untuk Indonesia lahir kembali menjadi tangguh dan memiliki semangat persatuan tinggi. Tentunya juga menyampaikan harapan agar bangsa ini selalu terlindungi dan mampu keluar dari Pandemi Covid-19. (rls)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.