Kasus Bunuh Diri Marak di Manggarai Raya, Begini Tanggapan Praktisi Psikologi YMP

jefrin
Jefrin Haryanto, Peneliti Senior dan Praktisi Psikologi Yayasan Mariamoe Peduli. (ist)

RUTENG | patrolipost.com – Studi Yayasan Mariamoe Peduli (YMP) per Januari 2022 memperlihatkan  tingkat bunuh diri di Manggarai Raya di kalangan remaja trennya meningkat. Usia yang cukup rawan adalah usia 15-19 tahun. Dari sisi jenis kelamin potensi terjadinya bunuh diri sama besar peluangnya antara remaja perempuan dan laki-laki. Demikian disampaikan praktisi Psikologi YMP, Jefrin Haryanto melalui rilis kepada patrolipost.com, Kamis (17/2/2022).

Sebagai Peneliti utama dalam studi tersebut Jefrin mengatakan bunuh diri itu  ancaman yang nyata dan serius.

“Kita sering berpikir bahwa ini sesuatu yang kebetulan dan jauh dari keseharian kita. Padahal potensi itu sudah ada di tengah kita. Dan kita masih diam, atau bingung mau berbuat apa,” jelasnya.

Menurut Jefrin, dalam dua tahun terakhir angka kunjungan ke Yayasan Mariamoe Peduli dengan keluhan utama depresi di kalangan remaja meningkat drastis. Kasus terkait konflik dengan orangtua atau orang dewasa lain juga angkanya serius.

“Saya sudah sering bicara dimana-mana bahwa bahaya bunuh diri itu nyata. Termasuk mengingatkan bahwa orang-orang yang ingin bunuh diri sebenarnya tidak ingin mengakhiri hidup mereka. Mereka hanya tidak ingin menjalani kehidupan yang mereka miliki saat ini. Mereka hanya ingin lari dari masalah,” ungkapnya

Jefrin menuturkan potensi yang menyebabkan naiknya angka kasus bunuh diri tersebut antara lain kehilangan orang dekat, ketiadaan tempat, terlupakan dan terabaikan. Penyebab lainnya yaitu komunitas yang sudah longgar kekerabatannya, orangtua yang buruk pola asuhnya, negara yang sibuk dengan administrasi dan seremonial ketika bicara anak, lembaga dan otoritas yang mengurusi kehidupan anak-anak dan remaja tetapi berjarak, anak-anak yang kehilangan mentor yang terbaik, dan masih banyak variabelnya.

Masih kata Jefrin, ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai langkah preventif yaitu dengan membenahi hubungan interpersonal. Kita koreksi jarak sosial kita. Kita temukan masalah dasarnya. Semua orang harus terlibat. Negara harus melakukan intervensi berbasis penyebab utama, bukan lips service. Edukasi tentang pola pengasuhan yang benar harus jadi prioritas. Edukasi kepada media agar tidak menjadi sarana belajar bunuh diri, karena keterbatasan pengetahuan tentang cara menulis kasus-kasus bunuh diri.

Beberapa tanda yang bisa menjadi indikasi bahwa seorang remaja  ingin bunuh diri menurut Jefrin antara lain:

Remaja Bicara Akan Bunuh Diri

Jangan sepelekan jika ada anak atau remaja yang mengucapkan hal seperti ini  “kelak saya tidak akan menjadi beban untuk kalian lagi” atau “saya ingin bunuh diri” meski hal itu diungkapkan dalam situasi yang tidak serius.

“Walaupun tidak dikatakan secara langsung, pernyataan tersebut bisa saja muncul dalam akun sosial media mereka. YMP sendiri melakukan studi khusus terhadap pernyataan atau curhatan remaja di Media Sosial. Hasilnya memperlihatkan hubungan serius antara isi curhatan dengan hasrat melakukan bunuh diri,” jelasnya.

Menyakiti Diri Sendiri.

Remaja yang menyakiti diri sendiri memiliki kemungkinan bunuh diri yang lebih tinggi. Perilaku destruktif seperti melukai diri sendiri perlu diperhatikan serius.

Mengasingkan Diri

Orangtua harus menunjukkan perhatian terhadap anaknya, jika mereka menyadari bahwa anak tersebut mulai menjauhkan diri dari lingkungan sosialnya. Ingatkan anak-anak bahwa Anda mendukung dan menyayangi mereka terlepas apa pun yang terjadi. Dukungan dari seorang terapis juga tidak kalah penting, terutama jika sang anak enggan terbuka kepada orangtuanya.

Perasaan Terjebak atau Putus Asa

Perasaan terjebak atau putus asa atas suatu hal juga bisa menjadi pertanda adanya niatan bunuh diri pada seorang remaja. Remaja-remaja mungkin sering mengatakan hal seperti “Aku benci hidupku.”

Ajak anak-anak Anda untuk berbicara tentang perasaan mereka dan dengarkanlah curahan hati mereka.

“Penting bagi Anda untuk memberikan pengertian bagi anak-anak Anda bahwa kehidupan Sekolah Menengah Atas bukanlah gambaran kehidupan yang sebenarnya,” imbuhnya.

Perubahan Dalam Rutinitas

Perubahan nyata dalam rutinitas sang anak bisa menjadi salah satu pertanda depresi dan menjadi hal yang harus diperhatikan oleh orangtua.

Jika remaja hanya tidur empat sampai lima jam setiap malamnya, hal itu bisa menjadi indikasi bahwa mereka memiliki niat bunuh diri. Jika mereka tidur lebih lama dari kebiasaan mereka atau bahkan terus-menerus tidur, hal itu bisa menjadi pertanda bahwa mereka mengalami depresi.

Membagikan Barang Berharga

Seorang remaja memberikan barang-barang berharga miliknya tanpa sebab yang jelas, maka segera bicara dengan mereka dan mintalah bantuan. Itu adalah pertanda bahwa mereka sudah memiliki sebuah rencana.

Perubahan Kepribadian, Perubahan Suasana Hati Mendadak, Kecemasan dan Agitasi.

Perubahan suasana hati mendadak memang sering dialami oleh remaja, namun hal tersebut juga harus diperhatikan dengan saksama. Riwayat gangguan suasana hati atau perilaku indikasi bunuh diri dalam keluarga juga bisa menjadi faktor pemicu bunuh diri pada remaja.

Apabila anak Anda menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tanda-tanda di atas, terlebih lagi jika diiringi dengan agitasi, kecemasan dan perubahan kepribadian, maka ajaklah mereka untuk berbicara.

Orangtua yang suportif dan menunjukkan kasih sayang tanpa syarat, sangatlah dibutuhkan dalam situasi seperti sekarang ini.

“Berinisiatif untuk bertanya jika Anda melihat bahwa sang Anak menunjukkan perilaku tersebut dan tawarkan bantuan Anda, karena mereka mungkin tidak akan menghampiri Anda terlebih dahulu. Jangan menunggu,” pungkasnya. (pp04)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.