Jumlah Pemandu Wisata Berbahasa Mandarin di Bali Tidak Seimbang dengan Tingginya Wisman Tiongkok yang Berkunjung

pemandu wisata unud
Fakultas Pariwisata Universitas Udayana bekerjasama dalam peningkatan kemampuan berbahasa Mandarin dalam program Pengabdian kepada Masyarakat. (ist)

DENPASAR | patrolipost.com –  Pada Mei 2023 mendatang, kedatangan wisatawan asal Tiongkok atau China diprediksi melonjak. Hal ini menuai kekhawatiran karena tidak adanya keseimbangan antara wisatawan dan ketersediaan pemandu wisata berkemampuan bahasa Mandarin.

Menyikapi hal itu, DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi Bali bersama Fakultas Pariwisata Universitas Udayana bekerjasama dalam peningkatan kemampuan berbahasa Mandarin dalam program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang dibuka secara resmi, Rabu (27/4/2023).

Bacaan Lainnya

Program yang bertajuk ‘Peningkatan Kemampuan Bahasa Mandarin Bagi Pemandu Wisata di Bali’ akan berlangsung selama tiga bulan dan diikuti oleh 33 peserta dari anggota HPI Bali.

Ketua HPI Bali I Nyoman Nuarta mengatakan, masyarkat diharapkan memanfaatkan momentum dan peluang untuk belajar bahasa Mandarin. Dikatakan, kesempatan langka seperti ini kalau dimanfaatkan pihaknya yakin akan memiliki prospek besar.

“Kesempatan ini agar mampu dimanfaatkan oleh anggota HPI Bali agar belajar secara sungguh-sungguh. Sehingga nantinya mampu menjadi guide Mandarin yang berkualitas,” kata Nyoman Nuarta, Rabu (27/4/2023).

Minimnya orang Bali belajar bahasa Mandarin, kata Nyoman Nuarta karena mempelajari bahasa Mandarin lebih sulit dibandingkan dengan bahasa lainnya seperti bahasa Inggris, Spanyol, Prancis maupun bahasa Jerman. Terbukti dari 1.600 pramuwisata di Bali, jumlah yang paling sedikit adalah guide Mandarin.

Direktur TCI Fakultas Pariwisata Unud I Made Sendra tidak menampik bahwa sedikitnya peminat belajar bahasa Mandarin karena sulit dipelajari. Padahal Bali banyak membutuhkan guide pasar China, karena pasar China dari tahun 2010 hingga 2019 mengalami tren peningkatan.

Puncaknya peningkatan kunjungan wisatawan China ke Bali terjadi pada 2017,  yang mengalami kenaikan hingga 2,3 juta orang. Pada 2018 posisi kunjungan teratas adalah wisatawan Tiongkok yang menggeser posisi Australia.

“Memang benar susah. Disamping juga di Unud belum ada jurusan atau prodi sastra Mandarin,” ucap Made Sendra.

Sementara Wakil Dekan Fakultas  Pariwisata Unud Yayu Indrawati SS MPar PhD menyampaikan, kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali sebelum pandemi Covid -19 sebanyak 1,2 juta per tahun.

“Sementara saat ini kita harapkan 70 persen dari 1,2 juta bisa tercapai. Sehingga pariwisata menggeliat kembali di Bali,” kata Yayu Indrawati.

Dari jumlah kunjungan yang akan datang, kata Yayu, harus diiringi dengan peningkatan kapasitas pramuwisata. Kesiapan sumber daya manusia (SDM) perlu disiapkan dari sisi pendidikan dan skill, agar bisa memberikan panduan wisata yang baik dan benar kepada wisatawan Tiongkok.

Ia berharap melalui penyelenggarakan pengabdian secara berkala, ada peningkatan jumlah peserta. Menurut data statistik, pada 2022  terdapat 57 peserta yang mengikuti Program Pengabdian Kepada Masyarakat. Sementara pada 2023 terdapat 33 peserta.

“Kita berharap jumlah ini terus meningkat agar pramuwisata mampu menyebarkan edukasi budaya kepada wisatawan Tiongkok,” imbuhnya. (pp03)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.