Ini Penyebab 30 Penghuni Lapas Kerobokan Denpasar Positif Covid-19

Kegiatan Rapid Test di  Lapas Kelas II A Kerobokan, Senin (19/10/2020).

DENPASAR | patrolipost.com – Sebanyak 30 Warga Binaan Lapas (WBP)  Lapas Kelas II A Kerobokan Denpasar dinyatakan terpapar Covid-19, setelah keluarnya hasil swab test pertama. Sebelumnya 1.294 WBP selama 3 hari mengikuti rapid test dan hasilnya 627 reaktif.

“Dari 227 WBP yang ditest swab, ada 30 yang positif Covid-19. Dari yang 227 itu, baru 85 orang yang keluar hasilnya,” terang Kepala Divisi Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Bali, Suprapto dikonfirmasi, Jumat (23/10/2020).

Lebih lanjut dikatakan, total warga binaan yang sudah melakukan swab test sebanyak 1.294 orang dalam waktu tiga hari, dengan total reaktif sebanyak 627 orang. Sementara itu, warga binaan di lapas perempuan kelas II A Kerobokan yang dirapid test berjumlah 164 orang, dengan hasil sebanyak 58 orang dinyatakan reaktif.

Merebaknya jumlah WBP Lapas Kerobokan yang dinyatakan reaktif Covid-19 menjadi sorotan publik karena menjadi klaster baru penyebaran Covid-19 di Bali. Akibatnya, Lapas yang telah over kapasitas tersebut, akhirnya di-lockdown.

Suprapto menjelaskan bahwa membludak WBP Lapas Kelas II A Kerobokan yang dinyatakan reaktif Covid-19 dikarenakan beberapa penyebab.

“Ada beberapa penyebab sehingga tingginya angka reaktif warga binaan kami. Setidaknya ada 5 penyebab yang kami nilai menjadi faktor tingginya angka reaktif tersebut,” jelas Suprapto.

Menurutnya, faktor pertama yang menjadi pemicu adalah kekurangan asupan nutrisi selama berada di dalam Lapas.

“Warga binaan jarang sekali makan buah, walaupun kami sudah berikan buah, jarang mereka makan. Karena nutrisi banyak bersumber dari buah,” beber Suprapto.

Selain itu, Suprapto mengungkap bahwa banyak WBP lebih memilih makan mie instan daripada memakan makanan sehat yang sudah disediakan lapas.

“Mereka juga kurang minum air putih yang menyebabkan dehidrasi. Padahal kita butuhkan 60 persen cairan dari seluruh tubuh,”  imbuhnya.

Suprapto memaparkan, akibat kurangnya nutrisi dan kurang cairan dalam tubuh tersebut, membuat imun para WBP turun. Serta adanya faktor pikiran dan stres bisa menjadi faktor lain yang menyebabkan imun para WBP menjadi lemah, sehingga mudah terserang virus diantaranya Covid-19.

“Ada juga faktor pikiran, stres karena berada di dalam Lapas, karena selama ini rata-rata keluhan mereka sakit kepala. Faktor stres juga selama ini kami tangani,” jelasnya.

Faktor berikutnya, banyaknya WBP yang reaktif dan positif Covid-19 merupakan WBP yang malas bergerak atau jarang melakukan olahraga.

“Mereka kurang bergerak atau olahraga, walaupun kami sudah sediakan program olahraga, terkadang gerakan mereka juga kurang,” imbuhnya.

Sehingga, untuk mencegah penularan dari yang reaktif kepada WBP yang non reaktif, para WBP ditempatkan secara terpisah. Bagi WBP yang reaktif ditempatkan di blok khusus yakni blok 5 dan 6 di Lapas.

“Sedangkan bagi yang non reaktif kami larang masuk ke blok yang reaktif,” pungkasnya. (cr02)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.