Hasil Bumi dan Harga yang Tidak Sinkron, Petani Matim Pesimis Bisa Sejahtera

Bernadus Palur, Petani asal Wae Kala Heso, Desa Golo Wune, Kabupaten Manggarai. (rob)

BORONG | patrolipost.com – Petani Manggarai harus memandang kesejahteraan hidup sebagai suatu hal yang terbentang jauh dari pelupuk mata. Di tengah banyaknya desakan kebutuhan hidup, petani yang hanya berharap dari hasil bumi dibenturkan dengan murahnya harga beli hasil bumi.

Bernadus Palur (53), petani kopi dan cengkeh di Wae Kala Heso, Desa Golo Wune, Manggarai Timur (Matim) menceritakan dinamika harga hasil bumi. Dikatakan Bernadus, nasib petani seperti dipermainkan.

Bacaan Lainnya

“Ketika panenan cukup banyak, harga hasil bumi bisa turun setengah harga dari biasanya. Ketika panenan sedikit, harga cukup baik namun hal ini membuat taraf hidup para petani tetap saja dari tahun ke tahun. Apalagi banyaknya desakan kebutuhan sekolah anak dan urusan adat istiadat, alhasil para petani tidak sedikitpun berpikir untuk menabung,” jelas Bernadus saat ditemui patrolipost.com di Heso, Minggu (11/7/2021).

Lebih lanjut Bernadus meminta perhatian Pemerintah Manggarai Timur melalui Dinas terkait untuk bisa menstabilkan harga hasil bumi. Setidaknya grafik harga hasil bumi dari tahun ke tahun bisa semakin naik sehingga para petani bisa merasakan hasil jerih payah mereka di kebun.

“Saya mewakili para petani lainnya tidak meminta hal yang muluk-muluk. Hanya minta harga distabilkan saja. Tahun lalu ketika cengkeh berbuah lebat, harga turun sampai Rp 45.000. Nah,  sekarang cengkeh hanya berbuah sedikit, harganya kembali ke Rp105.000. Setidaknya dinamika harga tidak sedrastis itu kalau pemerintah perhatikan nasib para petani,” ungkap Bernadus penuh harap.

Tidak hanya Bernadus, Martinus Boin (32) juga mengeluhkan hal yang sama. Dikatakan Martinus, hampir sebagian besar petani mengalami nasib yang sama, dipermainkan dari segi harga hasil bumi dan merasa kurang dihargai hasil keringatnya. Oleh karena itu diharapkan campur tangan pemerintah untuk bisa menyejahterakan petani melalui kestabilan harga hasil bumi.

Selain itu peran pebisnis lokal yang membeli hasil bumi langsung dari petani juga turut jadi perhatian. Diharapkan pembeli hasil bumi juga tidak menjadi lintah yang mengisap darah dan keringat para petani. Belilah dengan harga yang wajar dan saling menguntungkan. (pp04)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

1 Komentar