Harga BBM Naik, Sopir Angkutan Umum Buleleng Mengeluh

i bbm naik(1)
Sopir angkutan umum Dewa Made Gunawan mengaku tidak mengetahui pemerintah telah mengumumkan kenaikan BBM bersubsidi pada Sabtu (3/9). (cha)

SINGARAJA | patrolipost.com – Sehari pasca pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi memantik beragam respons. Mayoritas masyarakat mengaku keberatan karena menganggap kebijakan tak populer itu akan memicu kenaikan biaya hidup.

Bahkan yang lebih konyol sejumlah sopir angkutan umum di Buleleng, Bali, mengaku tidak mengetahui pemerintah telah mengumumkan kenaikan BBM bersubsidi pada Sabtu (3/9/2022).

“Pemerintah sebelumnya tidak melakukan sosialisasi malah seenaknya menaikkan harga BBM. Entah apa jadinya setelah ini, sebab selama ini hidup kami sudah cukup sulit, penumpang sepi,” ucap I Dewa Made Gunawan (65), salah satu sopir angkutan umum Singaraja-Gilimanuk, ditemui di tempatnya ngetem, Minggu (4/9/2022).

Gunawan mengaku akibat kenaikan harga BBM tentu akan membuat kondisi akan semakin sulit. Pasalnya, selama tiga hari belakangan nyaris ia tidak mendapatkan penumpang karena kondisi memang sepi. Dan setelah harga BBM dipastikan naik kondisi akan semakin sepi dan itu akan mengancam keberlangsungan hidup buat dirinya dan keluarga.

“Kami ini orang kecil. Sudah tiga hari tidak dapat penumpang. Saya antre dari pukul 5.00 Wita pagi hingga pukul 09.00 Wita belum juga ada penumpang. Bagaimana ini, tidak naik saja (BBM) sudah sulit apalagi naik, pasti akan tambah sulit,” keluhnya.

Gunawan yang mengaku pensiunan guru tersebut mengatakan, ia mengandalkan sebagai sopir angkutan umum setelah pensiun untuk meringankan beban hidup yang makin berat. Namun faktanya selama ini penghasilan yang didapatkan belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Bahkan katanya, kendaraan angkutan jenis Isuzu yang ia pakai masih menunggak pembayaran pajak selama tiga tahun.

Dengan kenaikan BBM ini akan menjadi dilema buatnya karena akan menambah cost operasi dari pembelian solar. Sementara kendaraan harus jalan terus kendati penumpang belum tentu ada. “Semakin hari negara kok semakin parah, katanya Indonesia negara kaya raya,” ucapnya menerawang.

Hal yang sama disampaikan Made Redana (57). Sopir angkutan umum ini mengaku tidak ada pilihan lain kecuali pasrah. Ia melakukan kalkulasi atas kenaikan harga BBM itu yang akan memicu kenaikan tarif angkutan. Kendati belum ada pengumuman tarif resmi dari induk organisasinya (Organda) namun ia akan meminta tambahan ongkos kepada penumpang.

“Untuk menutup biaya operasional satu-satunya cara ya naikkan ongkos penumpang. Bayangkan sehari kami beli solar 30 liter untuk bolak balik Singaraja-Gilimanuk, padahal belum tentu ada penumpang,” ujarnya.

Sebelumnya pemerintah telah scara resmi mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi. BBM jenis Solar Subsidi dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter. Begitu juga Pertalite, dari Rp 7.650 menjadi Rp 10 ribu per liter. Pertamax nonsubsidi dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.

Atas kenaikan itu Presiden Joko Widodo meminta pemerintah daerah (pemda) mengelola dana sebesar Rp 2,17 triliun untuk bantuan kepada masyarakat yang terimbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Disebutkan, anggaran yang bersumber dari dana transfer daerah itu dapat digunakan pemda sebagai bantuan untuk para pengemudi angkutan umum, ojek online (ojol), maupun para nelayan.

Atas permintaan presiden itu, Sekretaris daerah (Sekda) Kabupaten Buleleng Gede Suyasa mengaku belum membuat skema dan format model bantuan untuk masyarakat terdampak terutama para pengemudi angkutan umum, ojek online (ojol), maupun para nelayan.

“Baru juga diumumkan presiden. Kita belum siapkan skema dan formatnya namun kita masih menunggu modelnya untuk menyiapkan dana yang bersumber dari APBD,” tandasnya. (625)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.