Gempuran Hamas Mirip Serangan Pearl Harbor bagi Israel

hamas 22222ccc
Gempuran roket yang ditembakkan dari Gaza City, Jalur Gaza, diintersep sistem pertahanan Iron Dome Israel kemarin pagi waktu setempat. (ist)

JAKARTA | patrolipost.com – ”Penduduk Israel, kita sedang perang.” Peringatan lewat video itu dilontarkan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu setelah Hamas menyerang. Itu bukan operasi ataupun serangan kecil-kecilan seperti biasanya. Tapi, kata dia, benar-benar perang.

Hamas sepertinya cukup lama menyiapkan serangan tersebut. Mereka menyerang dalam skala besar via darat, laut, dan udara pada Sabtu (7/10) pagi saat penduduk Yahudi merayakan libur Simchat Torah. Hamas menyebut serangan itu sebagai Operation Al-Aqsa Flood.

Roket secara beruntun ditembakkan ke wilayah selatan Israel sekitar pukul 06.30 waktu setempat. Sirene bunyi peringatan langsung berbunyi di Tel Aviv dan Beersheba. Versi Hamas, ada sekitar 5 ribu roket yang mereka tembakkan, tapi Israel mengklaim hanya 2.500-an. Setidaknya satu orang perempuan Israel meninggal akibat serangan itu.

Kepala Brigade Militer Al Qassam yang merupakan sayap militer Hamas, Mohammed Deif, menegaskan bahwa mereka tidak hanya menjadikan posisi tentara Israel sebagai target serangan, tapi juga bandara dan pangkalan militer.

Serangan dengan roket itu hanya kedok perlindungan. Sebab, ketika militer Israel fokus menangkal serangan roket, anggota Hamas yang lain sudah menyusup. Mereka berhasil melintas dari Gaza ke wilayah Israel sekitar pukul 07.40 waktu setempat. Masuk dengan cara membobol pagar pengaman yang membatasi Gaza dan Israel. Sebagian merusak pagar dengan buldoser, sebagian lainnya lewat terowongan yang sudah mereka buat.

Tidak cukup sampai di situ, beberapa perahu motor yang membawa pasukan Hamas juga menuju Zikim dari arah laut. Itu adalah kota tempat pangkalan militer Israel berada.

Kurang dari tiga jam kemudian, anggota Brigade Al Qassam sudah menembus setidaknya tiga instalasi militer yang berada di sekitar perbatasan. Yaitu, penyeberangan perbatasan Beit Hanoun alias Erez, pangkalan Zikim, dan markas divisi Gaza di Reim. Mereka juga menyerbu Kota Sderot, komunitas lain Be’eri, dan Ofakim.

”Kita semua harus berjuang dalam pertempuran ini, terutama para pejuang perlawanan di Tepi Barat,” ujar Wakil Ketua Hamas di wilayah pendudukan Tepi Barat Saleh al-Arouri yang meminta semua penduduk Palestina angkat senjata.

Hingga kemarin (8/10), pertempuran masih berlangsung. Hingga berita ini ditulis, setidaknya 600 warga Israel tewas, 100-an orang lainnya disandera, dan lebih dari 2 ribu orang terluka.

Mereka yang disandera itu termasuk para pejabat senior di militer. Itu menjadi serangan paling mematikan yang dilakukan Hamas sejak negara Israel berdiri. ”Apa yang kami miliki di tangan kami (tawanan, Red) akan membebaskan semua tahanan. Semakin lama pertempuran berlanjut, semakin tinggi jumlah tawanan,” ujar al-Arouri yang menjelaskan bahwa para tawanan itu akan dibarter dengan semua penduduk Palestina yang ditahan Israel.

Berdasar angka terbaru dari Addameer, hampir 5.200 warga Palestina berada di penjara-penjara Israel. Di antaranya, 33 perempuan dan 170 anak di bawah umur. Lebih dari 1.200 orang ditahan secara administratif.

Mantan juru bicara internasional Angkatan Pertahanan Israel Jonathan Conricus mengungkapkan, sudah lebih dari 17 tahun sejak seorang tentara Israel dijadikan tawanan perang dalam serangan di negara tersebut. Israel juga belum pernah melihat infiltrasi semacam itu ke pangkalan militer, kota kecil, dan permukiman sejak pertempuran kota demi kota dalam perang kemerdekaan tahun 1948.

”Seluruh sistem telah gagal. Ini bukan hanya satu komponen. Seluruh arsitektur pertahanannya terbukti gagal memberikan pertahanan yang diperlukan bagi warga sipil Israel,” ujar Conricus seperti dikutip CNN. ”Ini adalah momen seperti Pearl Harbor bagi Israel, di mana realitasnya ada hingga saat ini, dan akan ada realitas setelah hari ini,” tambahnya.

Bagaimana intelijen Israel yang terkenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia bisa kecolongan juga masih menjadi tanda tanya. Pemerintah Israel menegaskan akan menyelidiki hal itu setelah berhasil menghentikan serangan Hamas.

Israel membalas Hamas dengan melakukan serangan ke Jalur Gaza. Sedikitnya 370 warga Palestina tewas dan lebih dari 2.200 lainnya luka-luka. Penduduk Palestina berlindung di sekolah-sekolah milik PBB di wilayah Jalur Gaza. ”Hamas telah membuka gerbang neraka,” ujar pejabat Israel untuk wilayah Palestina Mayjen Ghassan Alian.

Sebelum menyerang, Netanyahu sempat memberikan peringatan kepada warga Gaza agar meninggalkan rumah mereka. Namun, peringatan itu dikritik banyak analis politik sebagai hal yang tidak ada gunanya. Pasalnya, selama bertahun-tahun Israel telah memblokade Gaza. Wilayah tersebut bahkan disebut sebagai penjara terbuka terbesar di dunia. Penduduk Gaza tidak punya tempat untuk pergi jika Israel menyerang dalam skala besar.

Kritik juga dilontarkan tokoh-tokoh Israel. Direktur politik di Jewish Voice for Peace Beth Miller mengatakan, pernyataan mengerikan Netanyahu adalah bentuk janji untuk melakukan lebih banyak kejahatan perang. Sebab, warga Palestina tidak dapat pergi atau melarikan diri karena militer Israel telah memblokade selama 16 tahun terakhir.

Utusan perdamaian Timur Tengah PBB Tor Wennesland mengimbau semua pihak untuk tenang dan menarik diri agar tidak terjadi eskalasi lebih jauh.

RS Indonesia Kena Serangan Israel
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amman, Jordania, memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban konflik di Jalur Gaza. KBRI telah berkoordinasi dengan simpul-simpul masyarakat di Gaza untuk memastikan kondisi WNI di sana.

”Dipastikan sejauh ini tidak ada WNI yang menjadi korban,” ujar Duta Besar RI di Amman Ade Padmo Sarwono melalui keterangan resmi KBRI Amman. Dalam catatan KBRI Amman, terdapat 13 orang WNI yang berdomisili di wilayah Gaza.

Sementara itu, meski tidak ada korban WNI, tim MER-C menyampaikan kabar duka. Farid, seorang relawan MER-C yang masih berada di Jalur Gaza, mengatakan, serangan udara Israel pada Sabtu (7/10) ternyata menyasar RS Indonesia yang berada di Jalur Gaza, Palestina.

Akibatnya, satu staf lokal MER-C Abu Romzi yang tengah berada di dekat ambulans menjadi korban. Serangan juga membuat kerusakan di Wisma dr Joserizal Jurnalis. (305/sha/wan/mia/fal/jpc)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.