Fokus Kembangkan Arsitektur Bali Dwijendra University Jadi Rujukan UTAR Malaysia

MoU Dwijendra University bersama UTAR Malaysia kembangkan arsitektur Bali. 

 

Bacaan Lainnya

 

DENPASAR | patrolipost.com – Fokus dengan arsitektur tradisional, khususnya arsitektur Bali, menjadikan Dwijendra University menjadi rujukan bagi perguruan tinggi nasional juga beberapa perguruan tinggi yang ada di luar negeri seperti halnya University Tuku Abdul Rahman (UTAR), Malaysia. Arsitektur Bali yang menjadi fokus Fakultas Teknik Arsitektur Dwijendra University dianggap sudah “mendarah daging”, jadi tidak heran jika kedatangan UTAR ke Dwijendra University kali ini dibarengi dengan adanya penandatanganan kerjasama keduanya dalam hal pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen disamping juga melakukan riset bersama dan praktek-praktek lainnya. Hal ini dijabarkan Dekan Fakultas Teknik Arsitektur Dwijendra University, Frysa Wiriantari disela penandatangan MoU di ruang rapat Rektorat Dwijendra University, Sabtu (4/1/2020).

“Sejak awal memang kita fokus pada arsitektur Bali, meskipun saat ini gempuran arsitektur modern begitu pesat berkembang,” ucapnya.

Menurut pandangannya, arsitek tradisional dan modern mesti seirring sejalan, bukan sebaliknya. Mungkin saja katanya ada beberapa komponen yang bisa diganti, namun ada juga keharusan-keharusan yang menjadi bagian araitektur tradisional yang tidak bisa diganti.

Sedangkan dari tempat yang sama Dosen Senior (Senior Lecture) Departement Architecture Suistanable Design UTAR, Abdul Muluk Abdul Manan yang memimpin rombongan UTAR menyampaikan, program yang dijalankan fakultasnya tidak lain untuk mendorong mahasiswa arsitektur secara intensif untuk mengenal dan mengembangkan ilmunya di luar Universitas atau negara Malaysia. Disebutkan sudah ada 300 universitas di seluruh dunia yang menjalin kerjasama dengan UTAR, termasuk Dwijendra University.

“Melalui kerjasama ini nantinya kita akan agendakan pertukaran mahasiswa yang memiliki ketertarikan akan arsitek tradisional Bali, pun sebaliknya kita juga menerima pelatihan bagi mahasiswa Dwijendra di UTAR,” tuturnya.

Yang lebih penting dari pertukaran mahasiswa nantinya selain belajar juga bagaimana mahasiswa tahu efek dari budaya melalui arsitektur di.masing-masing negara.

“Kenapa kami tertarik dengan Bali, sebabnya Bali kami anggap masih mempertahankan arsitektur tradisionalnya yang bernafaskan agama dan budaya, beda dengan yang ada di Malaysia,” tukasnya.

Pertimbangan mendasar mahasiswa UTAR datang ke Bali, karena mereka ingin melihat perbedaan besar antara pembangunan gedung di Malaysia dan di Bali.

“Kalau di Malaysia banyak gedung bertingkat yang sangat berisiko, sedangkan di Bali tidak ada gedung bertingkat seperti di Malaysia. Apalagi arsitektur Bali sangatlah unik, meraka mesti membuat studi comparassion,” begitu dikatakan Abdul Manan.

Rektor Dwijendra University, Dr Gede Sedana, M.Sc., MMA., yang ditemui usai penandatanganan MoU menekankan kerjasama ini merupakan implementasi dari Tri Dharma perguruan tinggi yang tertuang dalam MoU .

“Dari kerjasama ini tadi saya sampaikan dari UTAR bisa memperkenalkan Dwijendra di Malaysia, apalagi mereka memiliki puluhan ribu mahasiswa,” katanya berharap.

Jadi kita tidak menginginkan hanya warga lokal saja yang diberikan pelatihan soal arsitektur Bali, tapi warga negara asing juga perlu.

“Banyak yang salah kaprah soal arsitektur Bali, tidak memahami makna dan filisofinya, yang penting asal tempel batu merah, sudah dianggap arsitektur Bali,” sentil Gede Sedana, sembari berujar, pemahaman keliru inilah yang menjadi tugas kita bersama untuk meluruskannya. (473)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.