Filosofi Bali Tat Twan Asi Jadi Refleksi untuk Hadapi Global Pandemi

menkes ri
Pertemuan Health Working Group (HWG) ke-3 yang dilaksanakan di Nusa Dua, Bali mulai Senin (22/8/2022). (ist)

NUSA DUA | patrolipost.com – Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan folosofi Sansekerta Kuno Bali dalam  pertemuan Health Working Group (HWG) ke-3 yang dilaksanakan di Nusa Dua, Bali mulai Senin (22/8/2022). Filosofi ini bermakna ‘Saya adalah Anda, Anda adalah Saya’ (Tat Twan Asi).

“Filosofi ini relevan dengan upaya pemerintah yang saat ini dilakukan melalui pertemuan G20,” ucap Budi Gunadi saat membuka agenda HWG ke-3 , Senin (22/8/2022).

Bacaan Lainnya

HWG mengeluarkan tiga poin penting, yang pertama, untuk membangun pusat manufaktur vaksin, terapi, dan alat diagnostik (VTD) dan pusat penelitian kolaboratif.

Hal ini untuk mendukung pengembangan dan penguatan kapasitas manufaktur VTD yang digerakkan oleh penelitian di Low Middle Income Countries (LMICs) untuk mengembangkan, meningkatkan, dan memperkuat kapasitas penelitian dan manufaktur.

HWG juga untuk berbagi mekanisme dan harmonisasi regulasi untuk memudahkan proses peningkatan kapasitas global guna memastikan percepatan ketersediaan VTD selama keadaan darurat kesehatan masyarakat.

Selain itu, dalam HWG diharapkan bisa mendapatkan prinsip yang dapat disepakati. Yakni tentang pembentukan kolaborasi Uji Klinis Multisenter VTD, untuk mendukung Pusat Manufaktur dan Pusat Penelitian Kolaboratif di antara negara-negara G20 sebagai upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons atas pandemi.

“Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk memanfaatkan momen ini untuk memperluas penelitian dan kapasitas produksi yang adil dan merata dalam upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon secara global,” kata Budi.

Dalam pertemuan HWG ke-3 ini Menkes menyuarakan equality, yakni prinsip-prinsip equality dalam riset dan produksi. Menurutnya, saat pandemi terjadi jika tidak memiliki kapasitas yang merata di seluruh dunia pandemi itu tidak akan selesai.

Sehingga kata Budi, konsepnya adalah seluruh umat manusia di Indonesia harus diobati, atau prinsipnya menjadi pandemi one for all, all for one.

“Itu maksud utama kita yang ingin kita sampaikan, jadi kalau kita punya kapasitas riset dan kapasitas manufaktur maka akses bisa dilakukan oleh negara lain, karena tidak mungkin satu negara saja bisa menyelesaikan pandemi yang sifatnya global karena penularan terjadi lintas negara,” jelasnya. (pp03)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.