Banyak Warga Tinggalkan Rumah, Dokter: Kematian Corona Tak Tertangani

Pasien Covid-19 di Ekuador dirawat di rumah sakit darurat di Guayaquil. Banyak pasien meninggal di rumah karena rumah sakit telah penuh (ist)

QUITO | patrolipost.com – Ekuador memiliki kasus Covid-19 tertinggi di seluruh Amerika Latin. Negara ini melaporkan lebih dari 10 ribu kasus positif dan 507 kematian. Negara berpenduduk 17 juta orang tersebut dikatakan situasinya jauh lebih buruk daripada yang ditunjukkan dari angka-angka resmi. Angka kematian tak terbendung, pasien Covid-19 semakin tak tertangani.

Seorang pejabat Ekuador mengatakan sebetulnya sudah ribuan orang diperkirakan meninggal karena penyakit ini daripada yang dilaporkan oleh pemerintah. Pimpinan Satuan Gugus Tugas Covid-19 Ekuador, Jorge Wated, ditugasi memimpin pemakaman jenazah di Guayaquil. Dalam 15 hari pertama April saja sudah 6.703 orang telah meninggal karena Covid-19 atau sebab lain. Sebelum wabah Coronavirus, katanya, angka bulanan adalah sekitar 1.000 jiwa.

“Ini adalah kenyataan sulit yang kita hadapi,” kata Wated dalam pidato yang disiarkan secara nasional.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Maria Paula Romo telah mengakui bahwa jumlah kematian sebenarnya lebih tinggi. Tapi, pengujian virus masih minim. Bahkan, Presiden Lenin Moreno telah menghapus angka resmi.

“Memang harus mengatakan yang sebenarnya. Tidak ada pengujian yang cukup,” jelas Lenin.

Banyak yang Meninggal di Rumah

Seorang dokter bernama Eduardo Herdocia mengatakan dirinya saat ini merawat sekitar 200 pasien yang diyakini terinfeksi virus Korona. Tetapi karena kurangnya pengujian, hanya sekitar dua lusin pasien yang didiagnosis positif. Karena Rumah Sakit Guayaquil dipenuhi pasien, Herdocia harus mengunjungi rumah pasien.

“Banyak dari pasien ini membutuhkan perawatan rumah sakit, tetapi rumah sakit dan seluruh sistem perawatan kesehatan penuh,” kata Herdocia.

Untuk mengantisipasinya ada relawan keliling yang diberdayakan untuk mencari rumah sakit bagi pasien, tetapi tetap tidak ada tempat tidur. Herdocia tidak dapat mengikuti semua permintaan telepon untuk menangani pasiennya. Mirisnya, pada saat dia tiba di rumah pasien, beberapa dari mereka sudah keburu meninggal. “Saya merasa tidak berdaya,” katanya.

Guayaquil adalah wilayah yang banyak rumah kumuh begitu padat. Sehingga sulit meminta penduduk di sana untuk diam saja di rumah.

Hasilnya adalah rumah sakit, makam, rumah duka kewalahan. Orang-orang membungkus mayat sanak saudara yang sudah meninggal dengan plastik dan seprai dalam beberapa kasus. Lalu memindahkan jenazah mereka ke luar. Mayat-mayat tergeletak di jalanan selama berhari-hari.

“Ada lebih dari 300 mayat di dalam rumah,” kata Wated kepada NPR. “Beberapa orang mati dan ada di sana selama tiga, empat bahkan lima hari,” tambahnya.

Pemerintah sekarang telah memerintahkan tentara untuk membawa jenazah ke kuburan, seperti Parques de la Paz, salah satu yang terbesar di Guayaquil. Pada awal krisis, manajer pemakaman Alfredo Bravo mengatakan sudah menerima jumlah jenazah yang sama dalam satu hari dengan kapasitas normal 273 jenazah setiap bulannya.

“Tidak ada negara Amerika Selatan yang siap untuk wabah ini,” tegas Wated.(305/jpc)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.