Bali Barat Tuntaskan Pra Sinode Dekenat

sianode
Peserta Pra Sinode Dekenat Bali Barat (DBB) dilangsungkan di Biara Karmel Baturiti - Bedugul. (ist)

BEDUGUL | patrolipost.com – Dekenat Bali Barat bergerak cepat menjadi dekenat pertama yang menuntaskan Pra Sinode Dekenat. Pra Sinode Dekenat Bali Barat (DBB) dilangsungkan di Biara Karmel Baturiti – Bedugul, Kabupaten Tabanan, 18 – 19 Juli 2023.

Kegiatan ini dihadiri oleh utusan dari lima paroki yang ada di Dekenat itu, yaitu Paroki Palasari, Paroki Singaraja, Paroki Negara, Paroki Gumbrih dan Paroki Tabanan. Masing-masing Paroki mengirim 10 utusan, terdiri dari Pastor Paroki dan Pastor Rekan serta perwakilan umat serta ada juga Biarawati dan Frater TOP. Selain utusan dari setiap Paroki, ada tiga peserta adalah imam yang berkarya di Biara Karmel Baturiti. Hadir juga dari Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana Sinode V Keuskupan Denpasar.

Kegiatan menuju Sinode V ini diawali dengan Perayaan Ekaritis Kudus di Kapela Biara Karmel Baturiti yang dipimpin Deken Dekenat Bali Barat, RD Agustinus Sugiyarto. Dalam homilinya, Romo Agus, mengisahkan kelahiran Musa di tengah ancaman pembunuhan, sehingga ada upaya dari ibunya untuk menyelamatkan Musa dengan cara menempatkannnya dalam sebuah kotak lalu dihanyutkan ke sungai dimana Putri Firaun biasa mandi dengan harapan anaknya ditemukan oleh sang putri.

Upaya sang ibu sungguh didengarkan Allah, bayi Musa ditemukan putri Firaun dan membawanya ke istana. Lalu ibu Musa bekerja dengan Putri Firaun sebagai penyusu Musa, yang kemudian tumbuh besar dan menjadi anggota istana. Dalam kisah selanjutnya Musa menjadi penyelamat bangsa Israel dari perbudakan Mesir.

“Penyelenggaraan Tuhan juga terjadi dalam diri kita, dari lahir hingga kini. Semua itu karena penyelenggaraanNya. Kehadiran dalam Pra Sinode ini juga karena penyelenggaraan Tuhan untuk memberikan sumbangan demi Sinode ke lima,” katanya.

Sementara dalam sambutannya, RD Agustinus Sugiyarto mengucap syukur kepada Tuhan dan menyampaikan terima kasih kepada seluruh umat Dekenat Bali Barat yang telah berpartisipasi dalam Sinode V Keuskupan Denpasar melalui pelaksanaan FGD di setiap KBG kemudian Pra Sinode di Paroki – paroki.

Ia juga mengapresiasi kepada Tim Perumus Pra Sinode Paroki maupun Dekenat yang telah bekerja keras merekap seluruh hasil diskusi (FGD) umat untuk dibawa ke Pra Sinode Paroki dan merekap hasil Pra Sinode Paroki untuk dibawa ke Pra Sinode Dekenat. Mantan Pastor Paroki Gereja FX Kuta ini berharap kegiatan ini dapat menghasilkan buah-buah kebaikan untuk direkomendasi ke tingkat Keuskupan sebagai bahan yang akan dibahas dan didalami dalam puncak Sinode V Keuskupan pada akhir November nanti.

“Mari berjalan bersama, bergandengan tangan untuk cita-cita kita yang akan direkomendasikan ke tingkat Sinode Keuskupan,” imbuhnya.

Ketua Umum Sinode V Keuskupan Denpasar RD Herman Yoseph Babey mengatakan, rumusan hasil Pra Sinode tingkat Paroki dikerucutkan untuk dibawa ke tingkat Dekenat. Kemudian hasil dari tingkat Dekenat akan dikerucutkan lagi untuk dibawa ke dalam Sinode V Keuskupan Denpasar. Ia juga mengingatkan peserta, saat diskusi supaya mengalahkan ego. Peserta merupakan orang-orang pilihan dari setiap paroki, maka manfaatkan secara sungguh waktu Pra Sinode Dekenat ini secara tulus hati menghantar harapan umat di Dekenat Bali Barat untuk menjadi pembicaraan di tingkat Keuskupan.

“Saat diskusi harus mengalahkan ego. Mana masalah yang hanya menjadi milik Paroki dan mana masalah yang bisa dibawa dalam Sinode Keuskupan yang menjadi masukan dari Bali Barat ini,” imbuhnya.

Ketua Steering Committee (Panitia Pengarah) RD Evensius Dewantoro dalam arahannya mengatakan, jalan menuju Sinode V mulai dari FGD di KBG dan Pra Sinode Paroki sudah berjalan dengan baik dimana umat adalah narasumbernya. Sebagai narasumber umat memberikan informasi yang kemudian dalam Pra Sinode Paroki informasi dilihat kembali hal-hal yang menjadi persoalan pokok, alasan, tantangan, peluang dan usul saran. Kemudian dari informasi itu dapat dijadikan formasi yang bermuara terjadinya transformasi. Untuk itu, ia meminta kepada para peserta untuk melihat secara jeli, dimana yang menjadi masalah pokok adalah masalah yang banyak ditemukan dan dibicarakan di paroki-paroki.

“Masalah personal atau hanya disuarakan oleh satu paroki, itu mungkin spesifik di paroki itu yang bisa diperhatikan oleh paroki dalam karya pastoralnya ke depan,” katanya. (007)

Pos terkait