Alamak! SK Potong Gaji Berlaku

liga 1
Suasana launching Liga 1 2020. Saat ini kompetisi sedang jeda karena virus korona. (ist)

JAKARTA | patrolipost.com – Dampak virus Carona juga dirasakan oleh pemain sepak bola Indonesia. Pemotongan gaji sebesar 75 persen yang diberlakukan klub-klub di Indonesia berdasarkan surat keputusan dari PSSI, membuat APPI selaku asosiasi pemain profesional di Indonesia mempertanyakannya. Bahkan, mereka juga melaporkannya ke FIFPro sebagai asosiasi pemain professional internasional.

Nah, karena protes itu, wakil ketua PSSI Cucu Somantri mengatakan bahwa mereka akan mendiskusikan pemotongan gaji di tengah pandemi COVID-19 dengan pemain Liga 1 dan 2 musim 2020.
”Nanti akan kami undang untuk membicarakannya bersama,” ujar Cucu kepada Antara.

Menurut purnawirawan TNI berpangkat akhir Mayor Jenderal itu, saat ini dialog tidak mudah dilakukan karena menyebarnya penyakit virus korona (COVID-19) di Tanah Air.

Meski demikian, Cucu memastikan bahwa PSSI ingin menyelesaikan semuanya dengan baik. ”Saya rasa pemain pun menyadari kesulitan klub saat ini,” kata dia.

PSSI sendiri telah mendapatkan surat dari Federasi Internasional Asosiasi Pesepak Bola Profesional (FIFPro). Isinya, FIFPro mempertanyakan kebijakan PSSI yang mempersilakan klub-klub Liga 1 dan 2 musim 2020 untuk menggaji pemainnya maksimal 25 persen pada bulan Maret sampai Juni 2020 dari gaji yang tertera di kontrak di tengah jeda kompetisi akibat pandemi COVID-19.

Pemangkasan itu ada dalam Surat Keputusan PSSI bernomor 48/SKEP/III/2020, yang ditandatangani Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan pada 27 Maret lalu.

FIFPro, dalam surat bertanggal 4 April 2020 yang ditandatangani Direktur Legal Roy Vermeer, meminta penjelasan PSSI mengapa keputusan tersebut dikeluarkan tanpa berdiskusi dengan pemain melalui asosiasi pemain domestik yang dalam hal ini adalah Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI).

“Pemangku kepentingan yang paling terpengaruh dengan keputusan PSSI ini tidak diikutsertakan dalam diskusi dan ini tidak sejalan dengan praktik di tingkat internasional, di mana FIFPro selalu berdialog dengan FIFA dan AFC. Oleh karena itu kami tidak dapat menerima langkah ini,” tulis FIFPro.

FIFPro pun meminta PSSI untuk segera menindaklanjuti situasi tersebut. APPI, lanjut FIFPro, harus diajak berkomunikasi untuk menemukan jalan keluar terbaik bagi semua stakeholder terkait termasuk para pemain.

Menanggapi surat FIFPro tersebut, Cucu mengatakan bahwa hal itu hanya soal komunikasi. “Itu masalah komunikasi saja. Dalam situasi sekarang, komunikasi terbatas,” tutur dia.

Sejatinya, bukan cuma FIFPro yang meminta PSSI untuk berdialog dengan pemain dan pemangku kepentingan lain soal penghasilan tim di masa COVID-19.

Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda juga sempat mengemukakan hal serupa dalam rapat dengar pendapat umum pada Rabu (8/4) yang diikuti beberapa perwakilan federasi olahraga termasuk Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan.

Syaiful bahkan meminta diskusi itu idealnya sudah dijalin sebelum masa puasa yang dimulai 24 April 2020.

“Kami ingin kebijakan yang menyangkut soal nasib pemain dimusyawarahkan oleh PSSI secara tripartit dengan klub dan pemain. Faktanya ada klub yang hanya membayar 10 persen gaji. Saya kasihan karena pemain sepak bola kita dan keluarganya bisa kesulitan,” kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa tersebut.(305/jpc)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.