Hening Sehari, Krama Buahan Keramatkan Nyepi Kasa

GIANYAR | patrolipost.com – Masyarakat yang melintas di jalan Desa Pakraman Buahan, Payangan Gianyar, Rabu (3/7) harus balik arah karena jalan ditutup. Hari itu sehari penuh warga desa melaksanakan Nyepi yang disebut Nyepi Kasa.
Sejumlah pecalang memberi pengertian kepada pengguna jalan bahwa warga desa sedang melaksanakan brata penyepian. Mengeramatkan tradisi ini, seluruh krama menjalani puasa, pantang bepergian, tidak bekerja dan tidak menyalakan api selama sehari.

Sejak Pukul 06.00 Wita, pintu masuk Desa Pakraman Buahan dari arah selataan dan utara sudah ditutup oleh sejumlah prajuru bersama pecalang adat setempat. Para pengguna jalan dengan kendaraan bermotor dari arah Payangan, Gianyar menuju  Kintamani, Kabupaten Bangli dan sebaliknya, hari itu dipermaklumkan tidak bisa  melintas  di Desa Pakraman Buahan. Sebagai penghormatan terhadap tradisi tahunan itu, pengguna jalan pun terpaksa berbalik arah.

“Di perbatasan sejumlah  pecalang dan pengurus adat  kami tugaskan untuk menyampaikan permakluman agar  kendaraan tidak melintasi jalan  desa,” terang Jero Bendesa Pakraman Buahan, I Nyoman Parwata.

Disebutkan, penutupan jalan ini dilakukan serangkaian pelaksanaan tradisi Nyepi Kasa di desa adat setempat yang dilaksanakan setiap tahun secara turun temurun.  Suasana desa pun seperti mati suri dalam sehari.  Tidak ada  suara mesin, sekolah pasar, warung hingga pura pun tidak ada aktivitas.
“Untuk pengendara motor, kami tunjukkan jalan alternatif. Sedangkan pengendara mobil diharapkan menggunakan jalur lain,” terangnya.

Disebutkan, hari yang dikeramatkan ini hanya berlangsung di desa setempat, sehingga warga di luar Desa Buahan, tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa.

“Nyepi di Desa Buahan, bertepatan pada penanggalan awalan sasih kasa, setelah tilem. Berbeda dengan pelaksanaan Nyepi pada umumnya, yang diperingati pada tilem kesanga. Dan berdasarkan perhitungan itulah, Nyepi di Buahan, jatuh  Rabu ini,” ujar Parwata.

Meski memiliki perhitungan sendiri dalam menentukan awal tahun baru, namun warga Buahan, tetap ikut merayakan Hari Raya Nyepi pada umumnya. Alhasil, warga setempat dalam setahun merayakan Nyepi sebanyak dua kali.

Kalaupun, lanjut dia, ada warga yang tetap harus masuk kerja, pihaknya juga memberikan kelonggaran dengan sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Di antaranya, kendaraan bermotornya harus diletakkan di batas desa, warga tersebut diharapkan mengawali berangkatnya dan harus dengan berjalan kaki, serta tidak diperbolehkan selama perjalanan tersebut mampir ke rumah tetangga.

“Kami sadari warga di sini kan banyak profesinya. Jadi, kami juga berikan kelonggaran. Akan tetapi, tetap harus menghormati pelaksanaan Nyepi di Buahan ini,” pungkasnya. (ata)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.