Jelang Idul Fitri, LAPAN: Asteroid Besar Dekati Bumi

Pusat Sains Antariksa LAPAN
Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebutkan posisi Asteroid 1997 BQ ketika mendekati Bumi pada 22 Mei 2020. (net)

JAKARTA | patrolipost.com – Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebut akan ada asteroid yang akan mendekati Bumi dengan ukuran lebih besar menjelang Idul Fitri 1441 Hijriah yakni asteroid 1997 BQ atau 136795.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Center of Near Earth Object Studies (CNEOS) milik NASA, asteroid 1997 BQ akan mendekati Bumi pada hari Kamis, 21 Mei 2020 pukul 21.44 Universal Time atau Jumat, 22 Mei 2020 pukul 04.44 Waktu Indonesia Barat (bertepatan dengan 28 Ramadan 1441 H) pada jarak 6,16 juta kilometer.

Asteroid ini memiliki kecepatan relatif yaitu pada 11,68 kilometer per detik ketika mendekati Bumi.

“Ukuran asteroid ini sekitar 650 meter hingga 1,5 kilometer. Asteroid 1997 BQ dikategorikan sebagai asteroid Apollo dan Potentially Hazardous Asteroid (PHA) dengan kelas spektral S,” tulis Pusat Sains Antariksa LAPAN .

Sementara asteroid kategori Apollo adalah asteroid yang memiliki sumbu setengah panjang lebih besar dibandingkan dengan orbit Bumi. Beberapa asteorid Apollo bisa menjadi ancaman bagi penduduk di Bumi apabila berada pada jarak yang sangat dekat seperti Meteor Chelyabinsk yang memasuki atmosfer Bumi dan meledak di langit kota Chelyabinsk, Rusia pada 15 Februari 2013 silam dengan ukuran 17 meter.

Asteroid 1997 BQ diperkirakan berukuran antara 650 meter hingga 1,5 kilometer dengan magnitudo mutlak +18,0 jika diamati pada jarak 1 SA (Satuan Astronomi) dari Matahari dan pengamat. Asteroid ini 10 kali lebih terang dibandingkan dengan Asteroid 2009 XO yang juga akan mendekati Bumi.

Mengapa Asteorid Jatuh?
Menurut Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA, tarikan gravitasi planet dapat mengubah lintansan orbit asteroid. Baik asteroid sesatan (stray asteroid) maupun pecahan dari tabrakan asteroid terdahulu diyakini telah menabrak Bumi di masa silam, yang berperan penting dalam evolusi planet Bumi hingga seperti saat ini.

Sedangkan menurut Planetary Defense Coordination Office NASA, jatuhnya asteroid adalah proses alami yang terjadi terus menerus. Setiap harinya, material seberat 80 hingga 100 ton, asteroid jatuh ke Bumi dari luar angkasa dalam bentuk debu dan meteorit kecil (pecahan asteroid yang hancur di atmosfer Bumi).

Setidaknya dalam 20 tahun terakhir, sensor radar pemerintah Amerika Serikat telah mendeteksi hampir 600 asteroid berukuran sangat kecil (beberapa meter saja) yang memasuki atmosfer Bumi sehingga menciptakan bolide atau fireball.

Para ahli memperkirakan bahwa benda jatuh alami yang besarnya sama dengan pecahan meteorit di Chelyabinsk terjadi sekali atau dua kali dalam 100 tahun. Benda jatuh alami yang lebih besar diperkirakan sangat jarang terjadi (dalam skala ratusan hingga ribuan tahun).

Namun, mengingat ketidaklengkapan katalog objek dekat bumi saat ini, benda jatuh alami seperti meteorit Chelyabinsk dapat terjadi kapan saja. (305/pkr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.