Warga Bakar Sampah, Pura Desa lan Puseh Banyubiru Jadi Arang

NEGARA | patrolipost.com – Kelalaian membakar sampah kembali menyebabkan musibah. Kali ini Pura Desa lan Puseh Desa Adat Banyubiru, di Banjar Banyubiru, Kecamatan Negara Senin (2/9) terbakar. Bahkan musibah dengan kerugian ditaksir lebih dari Rp 1 miliar ini terjadi dua pekan menjelang piodalan.

Berdasarkan informasi di lokasi kejadian, kebakaran Parahyangan Desa lan Puseh, Desa Pakraman Banyubiru yang berlokasi di Jalan Cupel ini diketahui pertamakali sekitar pukul 15.30 Wita oleh warga sekitar pura. Kebakaran ini diduga disebabkan pembakaran sampah.

Sebelum kejadian, salah seorang warga, Zubaedah (70) sekitar pukul 15.00 Wita membakar sampah daun untuk memudahkan mencari kayu bakar di tegalan belakang pura. Sebelum meninggalkan lokasi, nenek yang tinggal di belakang pura ini sempat memadamkan api. Namun saat kembali 30 menit kemudian, ia melihat api sudah melalap bangunan meru pura.
Warga lainnya, I Wayan Astawa (50) yang tinggal di seberang jalan sekitar pukul 15.30 Wita melihat api sudah melalap sejumlah bangunan pura. “Anginnya memang kencang,” ujarnya. Begitupula Putu Suirga (61) Petajuh Desa Adat Banyubiru yang juga pemegang kunci pura melihat kepulan asap pekat dari areal pura di sebelah utara rumahnya. “Saya buka gerbang, api sudah membubung di meru,” ungkapnya.
Warga yang berhamburan ke lokasi kejadian langsung berusaha memadamkan api hingga beberapa saat armada pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian. Seluruh bangunan beratap ijuk ludes terbakar.
Seperti pada Utama Mandala, meru tumpang tiga, meru tumpang pitu, bale pepelik, pelinggih Ulundanu dan Taksu serta Pelinggir Sri Sedana di Madya mandala, api masih menyala hingga beberapa kali proses pemadaman.
Bendesa Adat Banyubiru, I Nyoman Jaya Dearata mengaku sempat mendapat firasat tidak mengenakan. “Dari tiga hari bermimpi gigi bawah saya tanggal, tapi kepikirannya ke orangtua yang sakit,” ungkapnya.
Bangunan pura yang mulai dibangun tahun 2002 dan ngenteg linggih pada September 2014 ini tidak sementara tidak bisa difungsikan, padahal purnama, Sabtu (14/9) mau odalah. Diakuinya sebelumnya juga musibah pernah terjadi di pura seluas 21 are ini. Tahun 2004 juga pernah Bale Gong terbalik kena angin puting beliung.
Sementara itu Kelihan Baga Parahyangan Desa Adat Banyubiru, I Wayan Polen mengatakan untuk sementara bangunan akan dipindah, maka akan dibuatkan sanggar agung di bele agung sehingga persembahyangan tidak terhambat. “Secepatnya kami akan paruman desa dan mecaru. Piodalan ditunda dengan guru piduka dan pejati,” ungkapnya.
Akibat musibah tersebut kerugian ditaksir lebih dari Rp 1,5 milyar. Satu pelinggih saja sekitar Rp 400 juta, belum termasuk upakara. “Kalau ini perkiraan kami kerugian sampai Rp 1,3 milyar,” jelasnya.
Wayan Polen yang mengaku sejak sepekan memiliki perasaan tidak mengenakan ini mengaku akan meminta bantuan pemerintah daerah baik kabupaten maupun provinsi. “Dari tiga pratima, yang berhasil diselamatkan hanya Keris Pejenengan dan pratima Ida Bhatara Brahma. Sedangkan pratima Ida Bhatara Wisnu terbakar. Rencananya semuanya bangunan akan dibongkar karena sudah tertimpa musibah dan untuk pembangunan ulang secara bertahap, juga akan kami ajukan ke Pemda,” tandasnya.
Kasat Reskrim Polres Jembrana, AKP Yogie Paramagita dikonfirmasi Senin (2/9) petang mengatakan proses pemadaman hampir 3 jam atau api baru berhasil dipadamkan sekitar pukul 17.45 Wita dengan menghabisakn 21 tangki air dari Pemadam Kebakaran Jembrana dan BPBD Jembrana.
“Penyebab kebakaran diduga bersumber dari api pembakaran sampah sekitar 14 meter timur pura,” tandasnya. (pam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.