Tren Berwisata di Masa Pandemi, Biro Perjalanan Wisata Tawarkan Kegiatan Wisata di Luar Ruangan

BERSANTAI - Masyarakat memilih bersantai di halaman terbuka di masa pandemi Covid-19

DENPASAR | patrolipost.com – Biro perjalanan wisata (BPW) di Bali melihat adanya perubahan tren berwisata di kalangan masyarakat pasca-pandemi Covid-19. Sejak munculnya Covid-19, masyarakat merasa khawatir bepergian maupun melakukan aktivitas di dalam ruangan yang berbaur dengan orang lain. Hal ini ditakutkan akan membawa potensi penyebaran Covid-19.

Berdasarkan anggapan tersebut, BPW akan mengubah produk-produk wisata yang dijual dalam paket tur. BPW pun tetap berupaya menarik minat masyarakat untuk bepergian atau melakukan perjalanan wisata ke Bali. Ketua Penasehat Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) 1971 Bali, I Ketut Ardana beberapa waktu lalu mengatakan bahwa di masa pandemi ini masyarakat atau calon wisatawan cenderung akan melakukan perjalanan wisata yang aman, nyaman, bersih dan sehat.

Bacaan Lainnya

Menurut dia, BPW sekarang ini mengubah produk-produk wisata yang ditawarkan di dalam paket tur. Dimana dulunya sebelum munculnya Covid-19, beberapa produk wisata yang dikemas di dalam paket tur adalah aktivitas wisata di dalam ruangan seperti menonton pertunjukkan seni dan budaya.

“Aktivitas di dalam ruangan yang melibatkan orang banyak dianggap tidak aman di masa pandemi seperti sekarang ini karena berpotensi menyebarkan virus. Maka, kami mengubah produk-produk di dalam paket tur dari dalam ruangan sekarang memilih aktivitas wisata di luar ruangan,” terang Ardana yang baru mengakhiri masa jabatannya sebagai Ketua Asita 1971 Bali.

Kata dia, karena pandemi Covid-19 belum berakhir maka aktivitas wisata di luar ruangan saat ini dianggap paling aman dari potensi penyebaran virus. Calon wisatawan pun di era adaptasi kebiasaan baru lebih suka menikmati kegiatan wisata di luar ruangan bersama keluarga.

Diakui Ardana, selama tahun 2020 sejak awal pandemi menyebar di Bali, BPW di Bali mengalami kerugian sekitar Rp 5 triliun. Pandemi tersebut membawa dampak kerugian bisnis pelaku usaha travel agent yang menangani wisatawan asing maupun domestik.

Berbagai upaya telah dilakukan pelaku usaha biro perjalanan wisata di Bali dalam membangkitkan pariwisata Pulau Dewata pasca-pandemi Covid-19. Salah satunya dengan melakukan verifikasi protokol kesehatan berbasis kebersihan, kesehatan, keamanan dan kepedulian terhadap lingkungan (CHSE).

Dari 400an anggota Asita 1971 Bali saat ini sudah ada 76 agen perjalanan wisata yang terverifikasi CHSE dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. “Itulah salah satu upaya kami dalam meningkatkan kepercayaan calon wisatawan agar tertarik berwisata ke Bali. Kami di BPW mengharapkan bantuan dari pemerintah berupa dana hibah pariwisata untuk biaya operasional dan biaya penerapan CHSE sebagai persiapan jika pariwisata Bali dibuka untuk kunjungan wisatawan asing,” harapnya. (811)

Pos terkait