Tragedi Maut Kanjuruhan, Ini Alasan Polisi Tembakkan Gas Air Mata yang Dilarang FIFA

kerusuhan 44444
Polisi menembakkan gas air mata saat tragedi Kanjuruhan. (ist)

JAKARTA | patrolipost.com – Kerusuhan yang terjadi usai laga Arema FC Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang diwarnai dengan tembakan gas air mata dari pihak kepolisian. Polisi beralasan gas air mata ditembakkan karena penonton sudah anarkis. Seperti dilansir, Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menuturkan kekalahan Arema FC membuat suporternya kecewa sehingga turun ke lapangan. Para suporter ini mencari para pemain dan official Arema FC.

“Oleh karena pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para pemain,” kata Nico dalam konferensi pers di Polres Malang, Minggu (2/10/2022).

“Dalam prosesnya itu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan sampai dilakukan (penembakan) gas air mata karena sudah anarkis, sudah menyerang petugas, merusak mobil, dan akhirnya kena gas air mata,” sambungnya.

FIFA Larang Gas Air Mata di Stadion
Akibat tembakan gas air mata, para suporter itu berhamburan ke satu titik keluar stadion. Imbasnya terjadi penumpukan suporter yang mengakibatkan kekurangan oksigen.

“Di dalam proses penumpukan itulah terjadi kurang oksigen yang oleh tim medis dan tim gabungan ini dilakukan upaya penolongan yang ada di dalam stadion kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit,” jelasnya

Nico mengungkapkan kerusuhan itu menewaskan 127 orang. Para korban tewas ini antara lain dua anggota polisi dan 125 orang suporter Arema.

“Yang meninggal di stadion ada 34 kemudian yang lain meninggal di rumah sakit pada saat upaya proses pertolongan,” tuturnya.

Selain itu, ada 180 korban luka-luka masih dirawat di rumah sakit. Ada juga 13 mobil yang disebut dirusak massa suporter Arema.

“Kemudian masih ada 180 orang yang masih dalam proses perawatan,” jelasnya.

Polri meng-update jumlah korban meninggal dunia buntut kerusuhan di Stadion Kanjuruhan , Malang, Jawa Timur. Berdasarkan hasil penelusuran tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri hingga malam ini, jumlah korban akan terus bertambah.

Data tersebut dimutakhirkan setelah tim DVI Polri mengecek seluruh rumah sakit yang menampung para korban kerusuhan Stadion Kanjuruhan Malang.

“Update data terakhir yang dilaporkan meninggal dunia  setelah ditelusuri di RS sebanyak 125 orang dan bisa bertambah,” kata Karodokpol Pusdokkes Polri, Brigjen Nyoman Eddy Purnama Wirawan kepada awak media, Minggu (2/10/2022).

Nyoman Eddy mengakui ada selisih angka korban meninggal dunia dari data yang dirilis Polri sebelumnya. Sebab, terdapat kesalahan pencatatan data di rumah sakit yang menangani para korban. Nyoman Eddy menuturkan, dari jumlah korban meninggal dunia tersebut, 124 di antaranya telah berhasil diidentifikasi. Sedangkan, satu lainnya masih proses identifikasi.

“Jumlah korban luka sebanyak 323 orang,” ujarnya. Sekadar informasi, ratusan orang meninggal dunia buntut kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). Kerusuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC versus Persebaya berakhir dengan skor 2-3.

Pertandingan dimenangkan Persebaya Surabaya. Sejumlah suporter Aremania tak terima atas kekalahan tersebut dan merangsek masuk ke lapangan. Anggota polisi melerai kerusuhan dengan menembakkan gas air mata. Akibatnya, para penonton berhamburan keluar stadion. Mayoritas para korban kehabisan napas dan terinjak-injak saat mencoba keluar dari stadion. Mirisnya, terdapat anak-anak yang menjadi korban dalam tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang tersebut. Sementara itu, PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) memutuskan untuk menghentikan kompetisi BRI Liga 1 2022/2023 selama sepekan. PT LIB menyampaikan duka cita mendalam terhadap para korban akibat peristiwa tersebut. (305/dtc/snc)

Pos terkait