Tradisi Nyomia Bhuta Kala dengan Arak Ogoh-ogoh Dapat Dilaksanakan, Begini Respon KMHDI Bali

kmhdi
Beberapa anggota KMHDI Bali. (ist)

DENPASAR | patrolipost.com – Menjelang perayaan Hari Raya Nyepi 2022 yang masih berada di tengah pandemi, serta kembalinya bermunculan pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat khususnya di kalangan muda mudi yang rindu akan tradisi Nyomia Bhuta Kala dengan pawai mengarak Ogoh-ogoh. Oleh karena tak ingin hal tersebut menimbulkan narasi-narasi yang berpotensi menimbulkan gejolak di masyarakat, dan setelah menerima audensi dari para perwakilan Pasikian Yowana Bali, Gubernur Bali mengeluarkan Surat bernomor B.19.430/287 /Kes/DISBUD tentang Penegasan Pembuatan dan Pawai Ogoh-ogoh Menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944.

Surat tersebut berisikan bahwa pelaksanaan tradisi budaya arak-arakan Ogoh-ogoh dapat dilaksanakan dengan berbagai pembatasan dan penyesuaian serta dibantu pengawasannya oleh Satgas Covid-19. Surat tersebut juga merespons Surat Edaran Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali Nomor 009/SE/MDA-Prov Bali/XII/2021 tentang Pembuatan dan Pawai Ogoh-Ogoh Menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944.

Bacaan Lainnya

Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), Putu Esa Parwita mengatakan saat ini tidak bisa dipungkiri kasus Covid-19 yang sempat melandai, kini kembali mengalami peningkatan akibat dari varian baru Omnicron. Sehingga pihaknya mengapresiasi adanya keputusan Gubernur Bali.

“Terkait dengan putusan Gubernur tentang pelaksanaan tradisi budaya Ogoh-ogoh, kami sangat mengapresiasi keputusan ini yang dapat mengakomodir aspirasi para kalangan anak muda dan dicarikan jalan tengah sehingga timbullah keputusan ini,” ujar Esa saat pekan lalu.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa pawai arak-arakan Ogoh-ogoh  merupakan ajang setahun sekali bagi kaum muda di Bali untuk menuangkan kreativitasnya sekaligus melestarikan tradisi budaya yang biasanya juga menjadi daya tarik pariwisata, baik dari wisatawan domestik (wisdom) maupun mancanegara. Namun akibat pandemi Covid-19 yang melanda di seluruh belahan dunia, penyelenggaraan yang dianggap sebagai pentas budaya ini vakum selama 2 tahun.

Adapun problematika apabila pelaksanaan pawai arak-arakan Ogoh-Ogoh digelar akan menjadi kontradiktif dengan timbulnya peningkatan kasus positif Covid-19. Ini tentu akan menyebabkan kerumunan masyarakat yang berpotensi sebagai jalur penularan bagi Virus Covid-19 tersebut.

“Namun di sisi lain kegiatan ini menjadi obat rindu bagi masyarakat Bali terutama kalangan kaum muda yang sekian lama merindukannya serta sebagai agenda tahunan daya tarik pariwisata kegiatan tradisi budaya tersebut akan sangat membantu dari segi ekonomi bagi Provinsi Bali yang akan menarik wisatawan luar Bali untuk datang ke Bali. Hal ini tentunya sangat membantu upaya pemulihan perekonomian Bali setelah dua tahun dihancurkan oleh pandemi Covid-19,” jelas Esa.

Selain itu pihaknya berharap keputusan yang baik ini nantinya jangan sampai tercoreng dengan perilaku-perilaku yang tidak taat pada Protokol Kesehatan.

“Di kesempatan ini saya mengimbau kepada teman-teman pemuda untuk dapat menerapkan Protokol Kesehatan secara ketat serta tolong untuk Satgas Covid-19 yang ada di desa untuk membantu pengawasan pelaksanaan perayaan ini agar nantinya dapat berlangsung secara sukses dan aman tentunya tanpa menimbulkan klaster baru nantinya,” tandasnya. (030)

Pos terkait