Tinggal di Gubuk Reot, Maria Warga Desa Golo Wune Rindukan Rumah Layak Huni

maria1x
Maria Evin bersama anak-anaknya dan tampak luar gubuk tempat tinggalnya. (rob)

BORONG | patrolipost.com –  Di tengah kehidupan warga lainnya bisa dibilang cukup layak, Maria Evin asal Heso, Desa Golo Wune, Kecamatan Lambaleda Selatan, Manggarai Timur, tinggal bersama 3 anaknya di gubuk reyot yang hanya diterangi lampu minyak tanah.

Kondisi Maria yang seperti ini bukan tanpa alasan. Maria ditinggal sang suami merantau ke Kalimantan dan tidak pernah dinafkahi. Suaminya hilang kabar, meninggalkannya menjadi ‘single parent’ membesarkan 4 orang anak.

Bacaan Lainnya

Kepada patrolipost.com, Kamis (22/2/2024), Maria menuturkan suka duka hidupnya tinggal di gubuk berukuran sempit. Dia menjadi orangtua tunggal menafkahi 4 anaknya hingga yang sulung menikah dan ikut bersama suaminya. Maria kini tinggal bersama 3 anaknya.

“Pernah suatu ketika, atap tempat tinggal kami ini terangkat saat angin kencang,” kata Maria sambil menunjuk ke atap seng yang sudah karatan.

Gubuk yang ditempati Maria bersama anak-anaknya tanpa kamar, hanya satu ruangan saja dimana ada perapian, tikar untuk alas tidur serta kardus berisi pakaian dan juga beberapa ember dan karung.

“Kami hanya punya gubuk ini, selain itu untuk kebutuhan MCK belum ada,” tambahnya.

Lanjut Maria, untuk penerangan di malam hari, dia bersama anak-anaknya menggunakan lampu minyak tanah. Mereka belum dijangkau listrik meski PLN sudah masuk di kampungnya.

“Malam hari, kami hanya diterangi lampu minyak tanah. Penerangan seadanya, karena hanya itu yang bisa saya upayakan,” ungkapnya.

Maria pun sangat berharap untuk bisa tinggal di hunian yang layak. Dia cemas saat terjadi angin kencang, gubuk tempat dia tinggal bisa roboh dan membahayakan mereka.

“Saya sangat ingin agar anak-anak ini tinggal di rumah yang lebih layak. Waktu itu, Pemdes yang lama sempat menawarkan bantuan rumah, namun karena penerima bantuan perlu untuk swadaya sebagian bahannya, saya tidak bisa upayakan. Saya saat itu bingung dan bantuan rumah pun dialihkan kepada orang lain yang lebih siap dari saya,” tutur Maria.

“Harapan saya ke depan, mudah-mudahan ada yang bermurah hati untuk membantu kami agar bisa membangun rumah yang lebih layak,” imbuhnya.

Maria juga menyampaikan, untuk lahan gubuk tersebut merupakan milik mereka sendiri, bahkan masih cukup untuk rumah dengan ukuran yang lebih besar. Namun, membangun rumah dengan upaya sendiri menjadi sesuatu yang mustahil bagi Maria. Hanya satu hal yang ada dalam benaknya, bekerja banting tulang agar anak-anaknya tidak kelaparan. (pp04)

Pos terkait